Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam membangun sebuah bangsa yang besar dan maju. Untuk itu, pendidikan perlu diprogramkan dengan terencana. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal, perlu kerja sama antara semua pihak, termasuk guru sebagai pelaksana pembelajaran termasuk pendidikan karakter.
Dengan adanya pendidikan karakter maka siswa tidak hanya cerdas pengetahuan, tetapi juga akan menjadi cerdas emosionalnya. Sehingga ketika adanya permasalahan dapat diselesaikan dengan bijaksana, tanpa menyakiti dirinya ataupun orang lain.
Namun, saat ini pendidikan karakter sudah mulai menurun seperti maraknya bullying di sekolah dasar. Bullying merupakan bentuk tindakan yang agresif, kekerasan, menyakiti orang lain yang dilakukan secara terus menerus.
Penyebabnya beragam, mulai dari lingkungan keluarga yang selalu bertengkar, tontonan yang kurang mendidik, lingkungan masyarakat yang kurang ramah anak bahkan guru yang masih belum totalitas memahami cara mengatasi perilaku bullying di sekolah.
Kita sebagai guru sangat berperan penting dalam mengantisipasi kasus bullying di sekolah dasar yaitu dengan membimbing, menasehati, mengarahkan, membina dan memberikan contoh sikap yang baik di sekolah.
Bullying, tindakan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan di antara sesama pelajar, telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Kasus-kasus bullying yang terjadi di berbagai tempat, baru-baru ini kita melihat bullying antara sesama pelajar di Cilacap, Kuningan dan Denpasar, dari anak perempuan hingga anak laki-laki, dari kasus fisik hingga psikologis, menciptakan sorotan atas masalah serius ini.
Kejadian tragis di mana seorang siswa terpaksa membakar sekolahnya, karena tekanan bullying adalah contoh mengerikan dari dampak kejam perundungan. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, kita menyaksikan kasus yang lebih mengerikan lagi, yaitu kematian seorang siswa yang akibatnya adalah bullying yang berlebihan.
Sebuah pertanyaan mendasar pun muncul, mengapa pelaku bullying sepertinya kehilangan segala bentuk belas kasihan terhadap teman sekolah mereka sendiri? Ketidakmampuan untuk merasakan belas kasihan dan empati terhadap sesama adalah salah satu ciri yang paling mencolok dalam perilaku pelaku bullying.
Kasus-kasus yang disebutkan di atas menggambarkan tingkat kekejaman yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa mereka yang melakukan bullying telah kehilangan sentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan dasar, seperti hormat-menghormati, harga-menghargai dan saling membantu sesama.
Namun, pertanyaan yang lebih mendalam adalah bagaimana kondisi ini bisa terjadi, dan apa yang mendorong pelaku bullying untuk melakukan tindakan yang begitu kejam Pengaruh lingkungan, tekanan sosial, dan kebutuhan untuk menonjol di antara teman-teman mereka dapat menjadi faktor yang memicu perilaku pelaku bullying.
Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihormati. Selain itu, pendekatan pendidikan yang efektif dalam mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan sikap peduli terhadap sesama juga memegang peranan penting dalam membentuk karakter siswa. Kita juga perlu mengeksplorasi upaya konkret dalam mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan pendidikan.
Salah satunya adalah melalui pembentukan satuan tugas anti bullying di setiap satuan pendidikan. Dengan langkah-langkah proaktif seperti ini, kita dapat berharap bahwa masalah bullying dapat dihentikan sebelum mencapai tingkat yang merugikan fisik dan mental para siswa.
Selanjutnya, pendidikan yang berfokus pada penguatan profil pelajar Pancasila juga harus diuji lebih lanjut untuk memahami apakah dampaknya cukup signifikan dalam membentuk karakter siswa yang lebih baik.
Kesadaran akan kasus-kasus bullying yang terjadi di berbagai tempat harus mendorong kita untuk bertindak lebih proaktif dan kolaboratif dalam upaya mencegahnya. Memastikan bahwa setiap siswa merasa aman, dihormati, dan memiliki rasa keadilan adalah langkah awal yang penting dalam mengatasi masalah ini.
Hanya dengan memahami akar permasalahan ini, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan yang menjadikan belas kasihan dan empati sebagai pilar utama dalam hubungan antar sesama pelajar.
Memperkuat Implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Penyebab dari perilaku kejam para pelaku bullying sangat kompleks dan bervariasi. Salah satu faktor utama adalah pengaruh lingkungan di sekitar mereka. Ketika lingkungan sekolah tidak mempromosikan nilai-nilai empati, toleransi, dan sikap peduli terhadap sesama, peluang untuk terjadinya bullying akan meningkat.
Kekuatan tekanan sosial, kebutuhan untuk menonjol di antara teman-teman mereka, dan keinginan untuk merasa kuat dan berkuasa seringkali menjadi pendorong perilaku pelaku bullying. Penting untuk diingat bahwa tindakan bullying tidak hanya merugikan korban, tetapi juga merusak pelaku bullying sendiri.
Mereka sering kali menghadapi konsekuensi dalam hal pelanggaran peraturan sekolah, sanksi sosial, dan bahkan dampak psikologis dalam jangka panjang. Oleh karena itu, selain memberikan perlindungan kepada korban, penting juga untuk mencoba memahami akar permasalahan yang mendorong perilaku bullying ini.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam memerangi bullying adalah dengan memperkuat implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, bernalar kritis dan persatuan dalam pendidikan, kita dapat membantu siswa memahami pentingnya sikap empati, menghormati perbedaan, dan saling mendukung.
Ini adalah langkah proaktif yang dapat diambil oleh sekolah dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan penuh kasih sayang. Namun, upaya untuk memerangi bullying tidak dapat hanya bergantung pada sekolah.
Seluruh komunitas, termasuk orang tua, guru, siswa, dan masyarakat luas, perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Dengan kerja sama yang kuat dan pendekatan holistik, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari ancaman bullying, dan lebih penting lagi, mengembangkan generasi muda yang memiliki belas kasihan, empati, dan moral yang kuat.
Mengenalkan Akhlaq Murid ke Diri Sendiri Sebelum Belajar
Mengenalkan akhlak, merupakan aspek penting dalam pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan moral siswa. Salah satu cara yang efektif untuk memulai proses ini adalah dengan mengajak siswa untuk mengenal akhlak terhadap diri mereka sendiri.
Konsep ini menekankan pentingnya refleksi diri, introspeksi, dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal akhlak terhadap diri sendiri mencakup pemahaman tentang nilai-nilai seperti rendah hati, kesabaran, ketulusan, dan kejujuran.
Siswa diajak untuk merenungkan bagaimana mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam tindakan sehari-hari mereka. Ini adalah langkah awal yang penting dalam proses pembentukan karakter yang kuat.
Dengan mengenalkan siswa pada konsep akhlak terhadap diri mereka sendiri kita dapat membantu siswa membangun pondasi moral yang kuat, yang akan membimbing mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dan pengambilan keputusan dalam hidup mereka.
Ini adalah langkah penting dalam membentuk generasi muda yang berintegritas dan bertanggung jawab. Dalam menghadapi masalah bullying dan kekerasan pelajar di satuan pendidikan, terdapat beberapa langkah penting yang perlu ditekankan.
Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa pelaku bullying seringkali kehilangan empati dan belas kasihan terhadap sesama. Hal ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dasar seperti hormat-menghormati dan mendukung sesama sebagai bagian dari pendidikan.
Pengaruh lingkungan, tekanan sosial, dan kebutuhan untuk menonjol dapat menjadi faktor pendorong perilaku pelaku bullying. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan belajar yang aman, mendukung, dan memperkuat implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, toleransi, dan persatuan dalam pendidikan, dapat membantu murid memahami pentingnya sikap empati, menghormati perbedaan, dan saling mendukung.
Ini adalah langkah proaktif yang dapat diambil oleh sekolah dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan penuh kasih sayang.terhadap sesama sangat penting dalam membentuk karakter murid.
Dengan langkah-langkah ini, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari ancaman bullying dan menghasilkan generasi muda yang memiliki belas kasihan, empati, dan moral yang kuat.
Dalam hal ini, guru sangat berperan di sekolah yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi seluruh kegiatan yang terjadi di sekolah. Terkait perilaku bullying, guru tentu memiliki andil dalam mengatasinya. Karena berdasarkan data, perilaku bullying mengkhawatirkan dan perlu segera diatasi.
Ada banyak cara dalam mengatasi bullying ini, tergantung dari guru itu masing-masing. Adapun cara guru dalam mengatasi perilaku bullying ialah dengan membimbing, menasehati, mengarahkan, membina dan memberikan contoh sikap yang baik di sekolah, karena guru adalah tauladan bagi siswa-siswinya. (Purnama Sari, S.Pd, Guru UPTD SDN 05 Pangkalan)