HARI anak merupakan hari yang sangat indah untuk dibicarakan. Apalagi yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Pendidikan yang dititikberatkan kepada pemangku jabatan yaitu guru, tentunya para guru berusaha menjalankan tugas atau amanah agar tujuan tercapai.
Satu di antaranya melahirkan generasi MADANI (generasi yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.). Ini seiring dengan visi dan misi Bupati Limapuluh Kota. Dengan misinya yakni Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbudaya dan berdaya saing berlandaskan keimanan.
Kinestetik anak perlu dikembangkan
Kinestetik merupakan kecerdasan berpikir dengan menggunakan tubuhnya, yang ditunjukkan dengan ketangkasan gerak untuk memahami perintah dari otak. Jadi cendrung tipe anak yang gaya kinestetik menonjolkan gerakan dalam kehidupannya. Biasa anak seperti itu, bagi guru mau pun orang tua menjadi kewalahan melihat tingkah si anak.
Terkadang sering divonis mereka adalah anak nakal. Namun sebaliknya, jika ditelusuri gaya kinestetik tersebut termasuk tipe yang unik. Bahkan kinestetik digolongkan kebentuk kecerdasan seseorang menyikapi suatu hal di manapun dia berada. Dengan demikian kinestetik si anak jangan sampai terabaikan, semestinya perlu dikembangkan.
Kinestetik anak mulai tampak ketika usinya di bawah lima tahun, lambat laun berkembang sesuai lingkungan. Inilah yang menjadi tolak ukur untuk perkembangan dan pendidikan anak.
Ciri-ciri gaya kinestetik tersebut adalah aktif menggerakkan anggota tubuh seperti menggoyangkan kaki, berusaha menyentuh benda-benda yang dirasa asing, mengeksplorasi bunyi benda dengan mengetuk-ngetuk benda yang dipegangnya, merasa cepat bosan, kesulitan untuk diam dalam waktu lama.
Dari empat ciri kinestetik tersebut membuktikan bahwa anak dengan kinestetiknya membuat orang kurang menyenanginya. Apalagi ketika belajar, mereka menjadi pusat perhatian teman-temannya dan seperti itulah yang disukai anak kinestetik tersebut.
Dalam arti kata kinestetik cendrung bernilai kurang baik, pada hal itu adalah sebuah kecerdasan. Bahkan juga sering anak kinestetik gagal pendidikan disebabkan kurang mendapat perhatian.
Untuk itu perlu dicarikan solusi mengembangkan kecerdasan kinestetik agar bernilai sempurna. Cara mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak di sekolah/kelas seperti Buat kelas drama, Ajak bermain peran, Ajak dalam kegiatan memperbaiki/membuat, Hargai dan dukung hobinya, Libatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dll.
Sebagian anak merasa kurang nyaman berada di kelas yang sama dengan gaya kinestetik temannya, karena mereka cendrung dengan gaya visual dan audio visual. Di situlah pentingnya peran guru dalam pengelolaan kelas agar pembelajaran berjalan lancar dan sukses.
Seperti yang diuraikan di atas, si guru membuat kelas drama. Di kelas drama tersebut kinestetik anak akan terarah dengan baik, karena dibimbing dengan topik yang akan diperankan.
Di situ mereka akan menampilkan keinginannya dengan menggunakan bahasa tubuh atau gerak. Pada akhirnya kinestetik yang tidak beraturan, lambat laun menjadi berharga karena dibimbing dan mereka merasa dihargai.
Generasi Madani, akan lahir dari kecerdasan kinestetik anak yang telah dikembangkan orang tua dan guru dengan strategi tepat serta mudah dilakukan. Generasi yang beradap, berkarakter, berjiwa sosial, dan kaya ilmu pengetahuan serta teknologi.
Karena itu, tidak boleh diabaikan bahkan mesti dikembangkan agar bermanfaat. Belum tentu gaya audiovisual dan visual akan lebih hebat dari kinestetik. Ketiganya saling mendukung, dan yang paling penting adalah memberikan mereka (anak-anak) kepercayaan dan kemerdekaan bahwa mereka mempunyai kemampuan.
Hari Anak Nasional, 23 Juli 2022 disambut dengan goresan singkat tentang gaya belajar anak sebagaimana yang diluncurkan pada kurikulum merdeka saat ini. Salah satunya adalah gaya kinestetik yang unik serta cerdas. Terpancing untuk membicarakannya, karena sering orang salah tanggap dengan makna yang terdapat pada kata kinestetik tersebut.
Ternyata kinestetik adalah tipe yang cerdas, berwawasan, punya ide cemerlang, inovatif, dan kreatif. Sayang jika terabaikan, dan merugi seandainya tidak dikembangkan. Mereka yang hobinya menari, melukis, dan menyanyi dalam arti kata berjiwa seni, dapat digolongkan ke tipe kinestetik.
Di dalam kinestetiknya pun terselip audiovisual dan visual. Itulah anak-anak kita yang selalu dibanggakan serta diharapkan orang tua, masyarakat, dan negara. Selamat Hari Anak Nasional. (***)