in

UPTD SMPN 2 Kec. Payakumbuh: Haji Piobang, Pahlawan Luhak 50 Yang Terlupakan

Upik Yusni, S.Pd.
(GURU UPTD SMPN 2
KECAMATAN PAYAKUMBUH)

Pesatnya perkembangan media sosial saat ini, juga berdampak pada tingkat literasi generasi milenial dewasa ini. Seperti halnya, buku sejarah yang kini lebih banyak tersimpan di rak buku perpustakaan atau lemari-lemari sebagai pajangan.

Ini karena, generasi Z saat ini, pada umumnya lebih senang bermain medsos dari pada membaca buku. Bahkan sudah banyak yang meninggalkannyadan melupakan tentang sejarah. Kondisinya memang berbeda dengan zaman dahulu, di mana orang sangat senang menggali dan mempelajari sejarah, contohnya seperti sejarah lokal.

Secara umum pengertian, adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dari pengertian tersebut, maka sejarah pasti menyangkut suatu kejadian atau peristiwa dan waktu, dengan munculnya figur seorang tokoh di tengah–tengah masyarakat.

Baik tokoh ulama maupun tokoh masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi zaman yang mengintari lingkungan di mana ia berada, apakah itu kondisi sosial budaya, sosial kemasyarakatan, ekonomi, agama dan pendidikan.

Bahkan di Luhak 50 sendiri, ada nama Haji Piobang yang telah mewarnai zamannya, dan mempengaruhi kondisi zaman sesudahnya. Ia mampu berinteraksi sejajar dengan kondisi zamannya tersebut.

Melihat figur Haji Piobang yang begitu unik, sehingga penulis tertarik untuk melihat perjuangan Haji Piobang. Permasalahan pokok yang muncul di sini adalah bagaimana kondisi masyarakat pada masa Haji Piobang di dalam bidang agama, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan politik.

Haji Piobang adalah seorang ulama yang mempunyai pengaruh di tengah-tengah masyarakat sekaligus sebagai tokoh gerakan Padri (gerakan penerapan syariat islam di Minangkabau) yang telah mewarnai sejarah pada zamannya. Ia mengadakan usaha dari perjuangan serta permurnian dalam bidang agama, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan politik.

Di antara usaha besar yang telah di lakukannya itu adalah mendirikan surau sebagai tempat pendidikan di Dusun Gando, Kenagarian Piobang. Kemudian melahirkan murid–murid sebagai pengikutnya.

Keberhasilannya juga dapat di lihat dari pengaruh yang di timbulkannya. Setelah ia wafat, munculah ulama-ulama yang juga memperjuangkan apa yang telah dirintis oleh Haji Piobang. Orang mulai sadar akan pentingnya ilmu agama dan berani mempertahankan negerinya dari penjajah.

Gerakan Paderi yang terjadi di Minangkabau sejak awal abad ke-19 sebenarnya adalah gerakan permunian keagamaaan. Gerakan ini digerakkan oleh tiga orang Haji yang pulang dari Makkah tahun 1803 yaitu Haji Miskin dari Pandai sikek, Haji Piobang dari Luhak 50 kota dan Haji Muhammad Arif dari Sumaniak dari Luhak Tanahdatar.

Mereka ingin mengadakan permurnian agama islam di minangkabau. Gerakan permurniaan yang mereka bawa adalah gerakan Wahabi yang berkembang di Makkah pada abad ke-18. Adapun tujuan gerakan Wahabi adalah menghapus semua tahayul, bid’ah dan khurafat yang terjadi pula pada umat islam serta kembali pada Al Quran dan sunnah Nabi.

Ketiga haji yang pulang dari Makkah tersebut melihat kenyataan yang terjadi di Minangkabau sangat memperhatinkan, di mana masyarakat muslim tidak peduli lagi dengan norma-norma keagamaan.

Penyimpangan-penyimpangan agama seperti menyambung ayam, berjudi, dan minuman-minuman keras dan lain-lain. Setelah melihat penyimpangan yang terjadi tersebut ketiga Haji ingin menerapkan ajaran Wahabi di Minangkabau.

Haji piobang merupakan penggerak ulama pemurniaan pemikiran Islam di Indonesia. Haji Piobang di lahirkan di Piobang pada tahun 1772 M yang pada waktu kecil bernama Muhammad Amin Bin Abdurrahman. Beliau berasal dari keluarga berada dan terhormat.

Setelah dewasa beliau tinggalkan kampung halamannya menuju Pariaman untuk belajar agama. Berkat kemauan keras, sampailah beliau menunaikan ibadah Haji, di samping itu beliau juga belajar agama di Makkah yang gurunya bernama Muhammad Bin Ibnul Wahab dari Arab Saudi.

Pada tahun 1803 Haji Piobang bersama kawan–kawannya pulang ke Minangkabau di mana masyarakat minangkabau pada waktu itu berpegang teguh dengan adat-istiadat. Kaum adat mendominasi kekuatan. Tetapi kaum adat menyalahgunakan kekuasaan sehingga banyaklah terjadi penyimpangan–penyimpangan agama.

Haji Piobang, Haji Sumaniak, dan Haji Miskin melihat kenyataan tersebut mereka ingin merubah minangkabau lepas dari kekuasaan kaum adat. Untuk memulai gerakannya didirikanlah surau pertama di Kototuo, Agam.

Akan tetapi nama surau tidak di ketahui, bangunan surau tersebut di bagi dua yang berguna untuk tempat ibadah belajar agama. Keistimewaan Haji Piobang adalah di samping mengajar ilmu agama beliau juga mengajarkan ilmu bela diri.

Dan yang lebih istimewa lagi adalah ilmu siasat perang. Di luhak Limapuluh Kota secara diam-diam beliau membentuk pasukan baru dengan melatih pemuda-pemuda di setiap dusun-dusun, mulai dari Piobang sampai ke Situjuh, Gadut, Taram untuk menghalangi tentara Belanda masuk.

Ahkirnya Haji Piobang di kalahkan oleh Belanda. Menurut kepercayaan masyarakat setempat peristiwa meninggalnya Hagi Piobang di sebabkan oleh Belanda.

Di saat haji piobang lengah, pasukan Belanda secara diam-diam menyerang dan memenggal kepala Haji Piobang sehingga terpisahlah kepala dengan tubuhnya, kepalanya ditumbuk di dalam lesung, dan lesung tersebut masih ada sampai sekarang yang dijadikan sebagai bukti sejarah yang berada di Dusun Piobang Luhak Limapuluh Kota.

Luhak limapuluh Kota sendiri terdiri dari beberapa kelarasan, di mana salah satu di antaranya Sungai Baringin. Di sinilah terdapat Jorong Gando dan Jorong Piobang. Bila ditinjau dari sejarahnya Jorong Piobang berasal dari Jorong Gando, jorong Gando inilah Jorong tertua, di sana merupakan jorong nenek moyang mereka.

Menurut pendapat masyarakat setempat, jorong Gando tersebut berasal dari kata Gando yang mempunyai pengertian banyak. Pada zaman dahulu desa ini ramai di kunjungi oleh orang dari jorong lain, terutama bagi rakyat yang berada di daerah sekitarnya.

Tujuan mereka berkunjung ke Jorong Piobang untuk mencari tempat yang tanahnya subur dan berhumus. Sebagai tempat yang cocok untuk bersawah dan berladang. Karena suburnya tanah di sana banyaklah pengunjung berkeinginan menetap di sana. Dan karena penduduk di sana berasal banyak jorong dan daerah, maka dinamakanlah daerah ini jorong Gando.

Sejak zaman dahulu, umumnya mata pencaharian penduduk bercocok tanam, dengan hasil utamanya daerah ini adalah beras, sayur sayuran, serta komoditi yang terkenal adalah tembakau yang dikenal dengan tembakau Piobang.

Karena kesuburan tanahnya, hasil panen padi setiap tahun terus meningkat, jika di banding dengan jumlah penduduk pada waktu itu tidak berimbang, sehingga penduduk sejahtera. Mereka adalah pemeluk agama islam yang taat melakukan ibadah dan berbuat kebajikan sehingga dalam beragama keyakinannya kuat.

Tapi harus diakui, dari daerah inilah lahirnya seorang ulama yang bernama Muhammad Amin Bin Abdurrahman atau di sebut juga Haji Piobang. Semenjak kecil beliau sudah terlihat keluhuran budi pekertinya. Beliau sangat di sukai banyak orang.

Setelah dewasa pengikutnya semakin bertambah. untuk menghimpun jemaahnya beliau dirikanlah sebuah surau di tepi Dusun Gando. Karena beliau selalu pergi ke surau untuk menunaikan ibadah dan mengumandangkan azan memanggil masyarakat untuk beribadah.

Membuat beliau mendapat julukan dari masyarakat setepat dengan sebutan “Poi Obang” dari kata poi obang inilah lama-kelamaan berubah menjadi Piobang sampai sekarang.
Di sekitar bekas surau Haji Piobang inilah sebagai pusat dusun Piobang, di mana pada zaman penjajahan Belanda di dusun ini di bangun sebuah pelabuhan kapal terbang.

Sehingga menjadi kebanggaan masyarakat Luhak Limapuluh Kota sampai awal kemerdekaan, karena masih terpakai. Semenjak Agresi Belanda II pelabuhan ini tidak dipakai. Sampai saat ini kelihatan di sana bekas-bekas pelabuhan yang dulu beroperasi.

Menurut kepercayaan masyarakat Gando dan Piobang mereka selalu mengagungkan makam beliau sebagai makam orang keramat, dengan menganggap beliau orang dekat kepada Allah. Sehingga terjadilah suatu tradisi di sana kalau seandainya hujan tidak turun–turun mengakibatkan hasil pertanian menjadi kurang memadai, maka masyarakat beramai–ramai melakukan penyembilahan binatang seperti kambing, sapi atau ayam dan di masak di dekat makam beliau.

San dimakan bersama setelah itu barulah mereka berdoa bersama memohon kepada Allah SWT agar menurunkan hujan. Belum saja masyarakat sampai di rumah masing–masing hujan sudah turun membasahi seluruh jorong mereka. Adapun makam tersebut terletak di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota tampak bagus dan rapi.

Menurut masyarakat setempat, makam ini baru saja direhab oleh anak Nagari dengan bantuan dana dari perantau dan Pemkab Limapuluh Kota. Makam yang diperkirakan memakan biaya puluhan juta itu, selain dibuatkan rumah makam juga di lengkapi dengan jalan melingkar, sehingga memudahkan bagi pengunjung yang berziarah.

Peziarah yang datang ke makam ini ada yang dari Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya di Sumatera. Sampai ahkir hayatnya pengikut Haji Piobang selalu mendapat siksaan dari kaum adat dan penjajah. Sebaliknya kaum adat menerima kedudukan yang layak dari Belanda. Rakyat ditakuti supaya patuh pada Belanda dan melarang menceritakan sejarah perjuangan Haji Piobang.

Bagi siapa yang menceritakan akan mendapatkan hukuman dari Belanda, tetapi secara sembunyi–sembunyi dapat dituturkan juga. Perjuangan Haji Piobang dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Imam Bonjol, dan muridnya tersebut berhasil mengembangkan gerakan pemurnian yang telah di rintis oleh Haji Piobang.

Sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Limapuluh Kota, yang mana visi: Mewujudkan Limapuluh Kota yang Madani, Beradat dan Berbudaya dalam, Kerangka Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dan misi : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbudaya dan berdaya saing berlandaskan keimanan.

Maka penulis mengkorelasikan artikel ini agar pelajar atau generasi milenial sadar akan pentingnya menjaga warisan sejarah lokal dan tidak akan pernah tenggelam oleh arus zaman. Dan tercapailah visi dan misi pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota. (Upik Yusni, S.Pd, GURU UPTD SMPN 2 KECAMATAN PAYAKUMBUH)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Lima Petak Bangunan Ludes Terbakar di Kampung Olo Nanggalo, 16 Warga Terdampak

Stifarm Padang Berikan Dukungan Nyata Pengentasan Stunting di Kurao Pagang