Diposkan pada: 16 Jan 2018 ; 964 Views Kategori: Berita
Usai memimpin Rapat Terbatas, Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menerima 20 tokoh pemerhati lingkungan Jawa Barat, di Grha Wiksa Praniti, Puslitbang Perumahan dan Pemukiman Kementerian PUPR, Bandung, Jabar, Selasa (16/1) malam.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengakui Sungai Citarum memiliki arti yang sangat penting karena merupakam sumber air bagi sekitar 27,5 juta penduduk, baik yang ada di Jawa Jarat maupun DKI Jakarta, dan 80 persen kurang lebih air minum penduduk jakarta bersumber dari air Citarum.
“Telah 14 kali kami melakukan rapat mengenai Citarum ini dan pada malam hari ini kami mohon masukan dan saran dari bapak/ibu sekalian,” kata Presiden.
Kepala Negara mengaku prihatin karena di sekitar Citarum ada kurang lebih 3 ribu industri yang kebanyakan limbahnya dimasukan ke Citarum.
Karena itu, Presiden menilai, pengerukan-pengerukan yang dilakukan di Sungai Citarum yang sudah beberapa kali dilakukan, tidak akan memberikan hasil kalau hulunya tidak digarap secara baik. Kemudian tengahnya industri-industri tidak digarap dengan baik.
“Tentu saja nanti dari hulu, tengah dan sampai hilir ini akan dikerjakan secara bersama oleh APBN, APBD provinsi kita sudah sepakat, oleh swasta dan juga dukungan internasional,” ujar Presiden.
Pemerintah, lanjut Presiden, telah membuat timeline Citarum aksi selama 2018 ini. Diperkirakan kalau dikerjakan secara cepat dan terus meneris kurang lebih 7 tahun bisa selesai.
“Memang memakan waktu sangat panjang, tapi apapun harus kita kerjakan,” kata Presiden.
Sodetan
Menurut Presiden, sekarang yang telah dikerjakan oleh Kementerian PUPR, mengatasi banjir yang ada di Dayeuh Lolot dan juga sekitarnya ini sudah dibuat kolam retensi , dan juga tahun ini akan kita diselesaikan sodetan terowongan.
“Yang ini sangat mengurangi sekali, tetapi kalau fisik seperti ini tidak diikuti dengan penataan dari hulu, saya kira tidak ada artinya,” ujar Presiden.
Presiden juga menyampaikan ada kurang lebih 2.400 perambah hutan yang hampir semuanya ini para petani kentang, petani wortel, yang tentu membutuhkan solusi untuk memindahkan mereka dari kentang ke produk-produk lain yang ramah terhadap lingkungan. (SM/GUN/ES)