in

Waktu Indonesia Kreatif

Di awal tahun ini, tak ada salahnya jika tergoda menjawab pertanyaan Cak Lontong: Orang yang membawa mobil? Bantuan untuk itu adalah ada lima huruf, huruf kedua U.

Tergoda jawaban lurus, bisa menyebutkan supir. Atau agak miring seperti duduk, atau muter. Ternyata itu jawaban salah dalam segmen Teka Teki Sulit -, dari acara “Waktu Indonesia Bercanda” yang disiarkan televisi setiap hari.

Ternyata jawaban semua itu keliru. Yang dianggap betul, adalah super. Kok? Kuncinya pada kata “membawa”, karena orang yang mampu membawa/menggotong/ mengangkat mobil pastilah orang yang super.

Jawaban tak terduga—juga pengolahan dengan para penebak yang merupakan tamu tetap plus wajah baru, adalah tepokan humor. Unsur kejutan yang dipopularkan dan dirumuskan oleh Teguh pendiri Srimulat, bahwa lucu itu aneh, lucu itu tidak biasa.

Pada garis yang sama, Dagelan Mataram yang dirintis dan dikembangkan Basiyo, menggunakan jurus yang sama. Adalah Basiyo yang memainkan logika tak terduga dengan meminta duit dari penarik beca karena yang bersangkutan ikut menikmati.

Atau jenis pekerjaan untuk “mengecat laut”. Permainan kata dalam mempermainkan logika menjadi benang merah tradisi dan produksi humor di negeri ini. Ini menjadi sangat menarik manakala kita lihat tidak semua jenis kreasi atau karya menempuh jalan seperti ini.

Lebih menarik lagi adalah jenis dan varian yang dimunculkan sangat beragam. Bukan hanya berupa teka teki, tapi juga bisa hasil sensus, juga dalam bentuk nasihat. Yang tetap gerrr, bagi yang ingin terhibur.

Sehingga tidak berlebihan, misalnya dibentuk Pusat Hiburan Cak Lontong. Di mana lembaga atau institusi ini mengkhususkan diri mempelajari, merumuskan, dan mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam berbagai bentuk penyampaian.

Dalam dan melalui berbagai media dan sarana yang ada. Eksplorasi ini bisa dibandingkan dengan investasi mencari sumber minyak, atau batu bara, yang ternyata bisa habis dan juga menimbulkan kerugian.

Industri kreatif, dalam pengertian ini bisa menjadi pendekatan dengan misalnya melakukan hal yang sama pada grup Teater Koma pimpinan Ratna dan Riantiarno, atau komunitas yang dilahirkan oleh Butet Kertarajasa, atau apa yang dilakukan oleh Emha Ainun Najib. Atau siapa pun para seniman, para kreator yang selama ini sudah membuktikan keunggulannya juga dalam berproses secara kreatif.

Apa susahnya, dan betapa kecil rupiah, mendirikan Gedung Kesenian Sapardi Joko Damono, yang setiap waktu tertentu menggelar pembacaan puisi, atau diskusi, atau mengelola penerbitan, atau membicarakan apakah penyair itu tetap memakai topi saat tidur. Banyak hal bisa dimunculkan, digali, dan terutama dikembangkan secara lebih terbuka dan menjadi tempat pembelajaran.

Sesungguhnyalah negeri ini kaya raya dan memendam fosil, namun sekaligus juga menyimpan kekuatan kreatif yang seperti halnya fosil bisa menjadi industri.

Industri kreatif seluas-luasnya dalam dunia kesenian, dunia olahraga, dunia sosial, dan semua itu menghibur tanpa hari libur. Maka sungguh busuk jika ada yang menghancurkan dengan tindak kejahatan korupsi, merendahkan kemanusiaan dengan menyebar kebencian dan permusuhan.

Semua itu bisa dijalani dengan tetap optimistis, gembira sambil bermain tebak-tebakan. Misalnya: Bimbim, Kaka, nama-nama musisi di… terdiri dari lima huruf, dan huruf kedua L. Kalau bergegas menjawab Slank, itu masuk jebakan. Karena jawaban yang dikehendaki adalah nama yang diulang. Bim diulang, Ka diulang. Waktunya becanda dan kreatif.

What do you think?

Written by Julliana Elora

BERITAPAGI – Sabtu, 6 Januari 2018

BIKIN MERINDING !!! HUTAN AOKIGAHARA DI JEPANG TERNYATA…