ACEHTREND.CO, Singkil—“Segera hentikan perambahan Hutan Lindung Anak Laut, karena pemalakan hutan itu berdampak luas terhadap terjadinya bencana ekologi, salah satunya abrasi.”
Demikian ditegaskan M Nasir Kepala Devisi Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh kepada AceHTrend, Sabtu, (4/11/2017).
Keluarnya statemen dari Walhi itu, menanggapi semakin maraknya perambahan dan alih fungsi hutan lindung Anak Laut, Gosong Telaga, Singkil Utara, Aceh Singkil. Sebagaimana yang beritakan AceHTrend Kamis, (2/11/2017) lalu.
M Nasir menjelaskan, perambahan hutan dan peralihannya menjadi kebun, harus dicegah dan menjadi perhatian serius semua pihak terutama kalangan pemerintah.
Kalau tidak ada perhatian, maka menurut organisasi lingkungan hidup indefenden non profit terbesar di Indonesia itu, kelangsungan ekosistem akan terganggu bahkan bisa hancur.
Jika tidak diselamatkan sejak sekarang, ke depan kawasan anak laut dan sekitarnya akan mengalami masalah.
Dalam konteks pencegahan Hutan Lindung Anak Laut, M Nasir menyarankan kepada pemerintah harus aktif melakukan pengawasan.
Kemudian, pemerintah harus memasang patok, tapal batas kawasan hutan lindung.
Sehingga warga mengetahui dengan jelas yang mana kawasan hutan lindung dan hutan bebas.
“Pokoknya, langkah awal, pemerintah harus melakukan penertiban atas perambahan hutan yang telah terjadi,” ucap M Nasir.
Setelah itu, tambah M Nasir, pemerintah harus melakukan reboisasi terhadap kawasan hutan yang keritis.
Dalam kaitan peningkatan ekonomi warga di sekitar hutan, M Nasir mengusulkan agar Pemkab. Aceh Singkil dapat memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan izin pemanfaatan hutan dalam bentuk perhutanan sosial.
Seperti hutan desa, hutan adat, hutan kemasyarakatan, atau alternatif lainnya.
“Dengan demikian, hutan lindung dapat terjaga fungsinya, serta masyarakat sekitar dapat merasakan manfaatnya secara ekonomi,” pungkas Nasir.
Sementara itu, Azwar Tanjung seorang warga Aceh Singkil mengatakan, hutan lindung di Kawasan Anak Laut, selama ini berfungsi sebagai penghalang abrasi air laut.
Jika hutan di Anak Laut habis, bisa dipastikan jalan lintas Singkil-Singkil Utara, tepatnya di Desa Gosong Telaga Barat, akan terancam putus.
Sekarang pun, tambah Azwar, pantai di kawasan Anak Laut telah terjadi abrasi. Itu bisa terlihat di seputaran pancang dua, khususnya ketika angin tenggara dan selatan.
“Jadi perambahan hutan di Kawasan Anak Laut dan Ujung Rajo, harus dihentikan. Kalau tidak alamat bencana akan terjadi,” tegas Azwar Tanjung.[]