Banda Aceh – Banjir yang terjadi di Aceh tahun ini diklaim merupakan yang paling parah selama beberapa tahun terakhir. Selain curah hujan tinggi, alih fungsi hutan menjadi penyebab utama bencana alam tersebut terjadi.
Selama November 2016 banjir melanda sejumlah wilayah seperti Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Singkil hingga Subulussalam. Rata-rata banjir dialami warga di wilayah barat – selatan Aceh.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, Muhammad Nur mengungkapkan, sejumlah penyebab banjir kali ini ialah munculnya pertambangan ilegal, pembukaan kelapa sawit dan pembangunan infrastruktur seperti jalan yang menghancurkan hutan di Aceh.
“Juga akibat adanya pembukaan lahan sawit oleh warga sendiri. Itu akibatkan pemberian bantuan bibit sawit oleh pemerintah,” kata Muhammad Nur di Banda Aceh, Selasa (29/11/2016).
Hingga 2016, Walhi Aceh mencatat alih fungsi hutan di Aceh sudah mencapai hampir satu juta hektar. Akibatnya wilayah yang terjadi pengalihan fungsi hutan tersebut membuat struktur tanah menjadi labil. Bahkan tahun ini saja, sudah bertambah 9 Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan sawit baru di Serambi Mekkah.
M Nur menambahkan, untuk mengantisipasi semakin parahnya banjir dan perambahan hutan, pihaknya meminta Pemerintah Aceh menghentikan mata anggaran pengadaan bantuan bibit sawit kepada warga.
“Harus memperkuat hukum lingkungan hidup dan pengawasan bagian dari pencegahan dan penegakan hukum lingkungan. Pemerintah harus membangun infrastruktur yang tidak menghancurkan hutan, tetapi yang berbasis lingkungan,” ungkapnya.
Selain itu masyarakat yang berada di wilayah pinggiran hutan juga dibantu dalam sektor ekonomi alternatif tanpa harus mengalih fungsi hutan.
OKEZONE
Redaksi:
Informasi pemasangan iklan
Hubungi:
Telp. (0651) 741 4556
Fax. (0651) 755 7304
SMS. 0819 739 00 730