Pergaulan generasi muda Sumbar, terutama Kota Padang sudah berada di ambang mencemaskan. Perkelahian antarpelajar, hampir terjadi setiap pekan. Setiap malam Minggu, di sejumlah tempat beberapa gerombolan anak muda dilengkapi dengan peralatan ‘bacakak’ seperti geer sepeda motor, tongkat kayu, dan sejumlah senjata tajam siap siaga di tangan mereka.
Selain mangkal di sejumlah persimpangan dan bergerombol di pangkal jembatan, gerombolan anak-anak yang didominasi usia sekolah itu, juga kerap kompoi dengan sepeda motor. ”Jika malam Minggu, sampai Minggu Subuh, saya tidak berani lewat di jembatan Puruih. Saya takut dipalak, atau kena imbas dari perkelahian anak muda yang ramai mangkal di jembatan itu,” ujar Muharman Buyung, 54, salah seorang pedagang di Pasar Raya yang tiap hari menjelang subuh melalui jalan itu dari kediamannya di kawasan Lubukbuaya ke Pasar Raya.
Yang juga tak kalah bikin kita khawatir adalah terjaringnya dua anak perempuan di bawah umur saat Satpol Pamong Praja Kota Padang melakukan razia di tempat hiburan malam, Jumat dini hari lalu. Keduanya digaruk bersama 12 wanita malam lainnya.
Terjaringnya dua anak perempuan di bawah di tempat hiburan malam itu, memantik keprihatinan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Padang yang diketuai Harneli Bahar.
Tak ingin berdiam diri mendengar adanya perempuan di bawah umur beraktivitas pada tempat hiburan malam, istri Wali Kota Padang itu turun gunung. Bersama tim gabungan, mereka melakukan razia di sejumlah tempat hiburan malam di Padang, dari Sabtu malam (25/3) hingga Minggu dini hari (26/3).
Pada razia Sabtu malam lalu, tim gabungan terdiri dari personel Polri, TNI dan Satpol PP Padang. Dari beberapa tempat hiburan malam yang didatangi, tak satu pun ditemukan wanita di bawah umur. “Razia kita kali ini menanggapi temuan wanita di bawah umur saat penertiban rutin yang digelar Satpol PP Padang,” kata Harneli Bahar di lokasi razia Minggu dini hari (26/3). Razia ini bertujuan untuk membersihkan Padang dari praktik maksiat dan akan berkelanjutan yang dilakukan tim gabungan.
Wajar razia malam itu tidak membuahkan hasil. Waktu razia dinilai kurang pas. Soalnya, sehari usai dirazia Pol PP, jelas membuat pengelola tempat hiburan malam jaga badan. Mereka melarang perempuan di bawah umur masuk ke tempat itu. Coba razia digelar beberapa hari kemudian, mungkin ceritanya bakal lain.
Terlepas dari itu, kita layak memberi apresiasi kepada Harneli Bahar yang mau turun gunung. Istri wali kota itu berbaur dan rela begadang bermasa tim melakukan razia hingga dini hari. Tak hanya itu, Harneli mewanti-wanti pengelola hiburan malam agar tidak melibatkan wanita di bawah umur di tempat usaha mereka. Jika terbukti, izin tempat hiburan malam itu direkomendasikan untuk dicabut.
Mari kita kawal kebijakan ini bersama-bersama. Bila tempat hiburan malam kedapatan menyimpang dari komitmen, kita laporkan ke piihak berwajib. Jangan bertindak sendiri-sendiri. Karena kita adalah negeri hukum. (*)
LOGIN untuk mengomentari.