Jakarta (ANTARA) – World Animal Protection (WAP) menyerukan peternak untuk memperhatikan kesejahteraan hewan/ayam yang lebih baik atau Better Chicken Commitment (BCC) guna mengurangi pemakaian antimikroba yang selama ini berlebihan.
“Jika pengusaha peternakan menerapkan BCC maka tidak perlu lagi mereka menggunakan antibiotik berlebih yang memicu terjadinya resistensi antimikroba pada ayam,” Manajer Komunikasi Indonesia WAP Rully Prayoga dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Rully menjelaskan ada empat ukuran BCC yang dipakai. Pertama, kepadatan maksimum 30 kg/m2 yang memungkinkan ayam untuk bergerak dan melebarkan sayapnya.
Kedua, penyediaan anjungan untuk bertengger. Selain itu jerami atau bahan lainnya yang membantu ayam memenuhi perilaku alami mereka dan meningkatkan aktivitas dan kesehatan.
Ketiga, pencahayaan kandang yang alami agar ayam dapat berkembang bebas dan keempat adalah penggunaan bibit ayam yang tumbuh lebih lambat dengan kesejahteraan hewan yang tinggi yang terbukti mampu menghindari masalah kesehatan yang disebabkan oleh pertumbuhan cepat yang tidak wajar.
Lebih lanjut Rully memaparkan hasil riset yang dilakukan WAP, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) pada Juli 2021. Temuan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa antibiotik terlarang dan antimicrobial resistance (AMR) banyak ditemukan pada daging ayam yang berasal dari produsen ayam ternama.
“Jika konsumen makan daging ayam yang mengandung bakteri resistan jatuh sakit, tidak ada lagi antibiotik yang bisa digunakan,” ucapnya.
Penelitian itu juga menyatakan bahwa 9 dari 10 responden peduli dengan metode peternakan. Lalu 63 persen khawatir tentang hubungan antara peternakan ayam, penyakit zoonosis dan resistensi antimikroba.
Lalu sebanyak 94 persen meminta produsen bertanggung jawab atas kesejahteraan ayam. Kemudian 76 persen meminta pertanggungjawaban merek makanan cepat saji. Temuan lainnya adalah 67 persen responden akan membayar lebih untuk produk kesejahteraan yang lebih tinggi.
Selain itu, WAP juga mendorong pemerintah untuk merevisi peraturan yang sudah ada agar selaras dengan regulasi terbaru yang menjadi acuan industri di dunia.