PADEK.CO–Warga Kota Padang mulai bosan dengan aksi demonstrasi yang berlangsung di depan Kantor Gubernur Sumbar. Aksi demonstrasi itu terjadi di dua pintu gerbang di Jl Jend Sudirman.
Di gerbang masuk, massa ratusan orang yang merasa dizalimi oleh Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan di Nagari Aia Bangih, Pasaman Barat. Sedangkan massa yang berjumlah 70 orang merupakan massa pendukung terlaksananya PSN di Aia Bangih.
Sedangkan di tengah-tengah, tepatnya di tulisan Kantor Gubernur Sumatera Barat, tampak pihak kepolisian berjaga-jaga mencegah terjadinya bentrokan antara dua kubu yang berseberangan.
Anita, warga Kota Padang mengaku, terganggu akibat kemacetan yang disebabkan aksi demonstrasi ini.
“Berita yang saya baca, Gubernur Sumbar telah bertemu dengan para pendemo. Jadi, ngapain lagi demo. Kasihan anak-anak yang mereka bawa dalam aksi ini,” jelasnya, Kamis (3/8).
Anita terpaksa menunggu anaknya yang bersekolah di Jl Ujung Gurun, lebih awal.
“Saya takut terjadi kerusuhan, apalagi jalanan sangat macet. Sekolah anak saya begitu dekat dengan lokasi demonstrasi. Lebih saya lebih awal menunggu jam kepulangan anak di gerbang sekolah, takut terjadi kerusuhan dan terjebak macet,” paparnya.
Hal demikian juga diutarakan Lita. Biasanya, Lita dalam beraktivitas ke kantornya di Jalan Sudirman Padang membawa kendaraan pribadi. Akibat demo yang telah berlangsung empat hari, Lita menuju kantor memilih menggunakan taksi online.
“Saya takut terjadi kerusuhan. Jika terjadi kerusuhan, berpeluang akan menimpa kendaraan saya. Saya tidak ingin ini terjadi. Lebih aman saya menggunakan jasa taksi online. Sampai kapan aksi demonstrasi ini. Jujur, saya sudah bosan,” ucapnya.
Hal berbeda dialami oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL) makanan minuman yang berjualan di lokasi demonstrasi di Kantor Gubernur Sumbar. Mereka meraup keuntungan yang berlipat selama aksi demonstrasi yang berlangsung selama empat hari ini.
“Alhamdullilah, dagangan saya berupa air mineral dan teh es laris manis selama aksi demonstrasi di depan Kantor Gubernur Sumbar,” ucap Upik, penjaja minuman mineral selama aksi demonstrasi.
Upik menjelaskan, dalam aksi demonstrasi ini, dirinya berhasil menjual empat kardus air mineral setiap hari, dan puluhan teh es.
“Untuk air mineral, saya mematok harga lima ribu rupiah per botol, dan teh es saya juga mematok harga lima ribu rupiah per gelas,” ucapnya.
Tak hanya pedagang makanan musiman yang berada di sekitar Kantor Gubernur yang beruntung. Pedagang makanan keliling tiba-tiba memenuhi Masjid Raya Sumbar menjelang magrib.
“Alhamdullilah, dagangan saya laris manis di Mesjid Raya Sumbar” ucap Anto pedagang burger keliling, yang tiba-tiba mangkal saat pendemo beristirahat di Masjid Raya Sumbar.
Dalam demonstrasi di hari ke empat ini, Kamis (3/8), tidak terlihat Pemprov Sumbar melalui OPD terkait yang menemui para pendemo. Pemprov tidak menggubris lagi aksi demonstrasi di hari ke empat ini.
Sebelumnya, di hari ketiga, salah satu massa yang berseberangan berhasil bertemu dan berdialog dengan Gubernur Sumbar. (edg/rppg)