in

“Yang Terpilih Harus Mampu Bersinergi”

Tanggal 19 April, kembali warga Jakarta menunaikan hak pilihnya untuk memilih gubernur dan wakil gubernur yang baru. Dua pasangan calon bertarung di putaran dua, yakni pasangan Basuki Tjahaja Purnama-D jarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Sejak pagi, warga sudah datang ke TPS di tempatnya masing-masing. Pemilihan gubernur Jakarta kali ini sendiri suasananya memang agak beda dengan sebelumnya. Tensi politik memanas sejak putaran pertama. Ruang publik dipenuhi oleh serangan dan kampanye berbau SARA.

Banyak yang mengkhawatirkan bakal terjadi gesekan di tengah masyarakat. Namun hingga waktu pemungutan suara selesai digelar, kekhawatiran munculnya gesekan tak terjadi.

Untuk mengupas itu, Koran Jakarta berkesempatan mewawancarai Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, di Jakarta. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana Anda menilai Pilkada Jakarta putaran kedua, terutama soal jaminan hak pilih warga yang kemarin banyak yang protes?

Kemarin, Kemendagri sudah cek langsung, dan memanggil Plt Gubernur Sumarsono untuk evaluasi. Yang penting, penugasan saya kepada Pak Sumarsono sebagai Plt adalah memastikan jangan sampai satu warga DKI Jakarta tak bisa gunakan hak pilihnya. Walaupun tidak sempat merekam terdata dan sepanjang bisa menunjukan KK, KTP, dan Suket, bisa.

Tahapan pemungutan suara ternyata berjalan lancar. Padahal sebelumnya banyak yang khawatir akan terjadi gesekan. Tanggapan Anda?

Ya, kami mengapresiasi kepolisian yang di-back up TNI, juga di-back up intelijen. Ternyata hasil jam 7 pagi kami monitor, semua aman. Cuma ada satu TPS yang tingkat partisipasinya agak menurun sedikit. Tapi ada yang berlebih. Saya kira ini komitmen Polri didukung oleh aparat yang lain memastikan warga aman, Pilkada DKI ini aman, tenang, tidak ada gejolak.

Jakarta ini kan barometer nasional. Ini Ibu Kota negara sehingga aktivitas ekonomi sosial politik pemerintahan bisa berjalan dengan baik.

Harapan Anda kepada kontestan?

Ya saya kira sebagaimana pilkada-pilkada yang sudah dua kali ini, dua periode ini saya kira wajar yang kalah harus ngikut. Kalau tidak puas, ada upaya menggugat dengan cukup bukti di MK, sehingga dilindungi oleh aturan yang ada.

Yang penting jangan menimbulkan kerusuhan. Dan saya yakin, kepolisian akan tegas dan profesional untuk menindak siapa pun yang mengganggu. Sekarang persiapkan betul tahapan untuk pileg dan pilpres. Kita bersyukur, pemilihan aman, pilkada serentak tahap satu aman.

Ya, wajar kalau ada dinamika politik di DKI Jakarta, meskipun pilkada tapi aromanya aroma pilpres. Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman pers yang juga ikut back up penuh. Ada dinamika tidak ada masalah, ini kan hidup dinamis, ada yang keras ada yang halus, cara orang menyampaikan eskpresi dan dukungannya kan beda-beda.

Ada temuan soal serangan fajar?

Tidak ada. Sekarang kalau ada, Bawaslu silakan teliti. Sekarang kalau satu partai menggerakkan partainya, ya boleh-boleh saja kan, sah. Mengingatkan ke warganya kan boleh-boleh saja, hanya ada rambu-rambu. Tidak ada masalah.

Harapan Anda kepada yang terpilih nanti?

Saya kira siapa pun yang terpilih, ini harus mampu menyelaraskan program strategis nasional membangun sinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sepenuhnya membangun konektivitas dan sinergi dengan Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bogor, menyangkut sampah, banjir, dan transportasi.

Anggaran yang besar itu harus dibagi karena apa pun Jakarta adalah kota budaya, kota pemerintahan, Ibu Kota negara, kota perdagangan.

Saya kira boleh modern, tapi jangan sampai meninggalkan jati diri sebagai masyarakat Betawi, itu yang dikedepankan. Maka budaya-budaya itu, saya kira siapa pun yang terpilih sudah punya kesepakatan yang sama buat DKI itu barometer nasional. agus supriyatna/AR-3

What do you think?

Written by virgo

Merajut Kembali Tenun Kebangsaan

Perlu Optimalkan Dana “Idle”