in

Dapat Ilmu sambil Mencicipi Buah Jambu Biji

Kebun jambu biji Ariza Farm dikembangkan sejak tahun 2006 lalu. Tak heran, kebun tersebut sudah dikenal luas. Terlebih konsep agrowisata pendidikan yang dikembangkannya, mampu menjadi tempat penyalur pengetahuan perkebunan. Selain itu, Ariza Farm juga memiliki produk olahan
jambu biji.

Jumat (27/10) sekitar pukul 11.00, Padang Ekspres berkunjung ke kebun Ariza Farm di Pangie-pangie, Nagari Limpato, Kecamatan VII Koto Sungaisarik. Suasana kebun jambu biji itu terlihat sepi pengunjung. Namun, beberapa pekerjanya tetap tampak beraktivitas. Mereka sibuk memberihkan dan memanen jambu di kebun itu.

“Kebun ini ramai kunjungan saat sore dan di hari libur. Karyawan kami tetap bekerja, karena jambu memang di panen setiap hari,” ujar Pimpinan Ariza Farm, Zahari Zakaria, ketika menyambut kedatangan Padang Ekspres.

Zahari menceritakan, mula keluarganya tertarik dengan tanaman jambu biji merah, ketika mencicipi buah jambu tersebut di Jakarta. Dia berinisiatif mengembangkan kebun jambu biji, karena belum ada yang melakukannya secara serius di Sumbar.

”Jadi Ariza Farm ini memang kebun jambu biji terbesar yang pertama di Sumbar dahulu ketika dibuka tahun 2006 lalu. Mungkin hingga sekarang ini. Sebab kebanyakan yang ingin belajar pengembangan kebun jambu biji di Sumbar, masih memilih berkunjung ke sini,” katanya.

Kata Zahari, Ariza Farm didirikannya memang untuk unit usaha keluarganya. Untuk itu, pihaknya menetapkan tarif bagi pengunjung kebun tersebut. Yakni Rp 5 ribu per orang untuk pengunjung umum (keluarga, red) dan paket rombongan murid taman kanak-kanak, Rp 8 ribu per orang orang untuk paket rombongan murid SD, Rp 10 ribu per orang untuk paket rombongan pelajar SMP, dan Rp 15 ribu per orang untuk paket rombongan SMA dan perguruan tinggi.

“Tarifnya kami bedakan, karena masing-masing paket memang menyuguhkan layanan berbeda pula. Tentunya telah disesuaikan kebutuhan pendidikan masing-masing rombongan pelajar,” ujar Zahari.

Zahari menjelaskan, perbedaan paket yang disediakan untuk rombongan pelajar tersebut, terkait pengetahuan yang disalurkan pihaknya. Misalnya untuk murid TK, pengetahuan yang diberikan seputar tanaman jambu biji, dan manfaatnya bagi kesehatan. Sedangkan rombongan SD, pihaknya akan menjelaskan proses operasional kebun jambu biji tersebut.

“Kalau untuk konsep wisata semuanya sama. Baik rombongan keluarga ataupun pelajar, datang untuk melihat, memetik, mencicipi jambu, dan bermain di kebun jambu biji Ariza Farm ini,” kata suami dari Arisma itu.

Sedangkan rombongan SMP, kata Zahari pengetahuan yang diberikan sudah mengarah ke praktik mencangkok jambu biji. Lebih teknis lagi paket yang disediakan pihaknya untuk rombongan SMA dan perguruan tinggi, karena disertai latihan perhitungan kelayakan usaha kebun jambu biji. “Untuk tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi ini, paketnya kami rancang dalam beberapa bentuk pilihan. Jadi tarif paketnya juga beragam,” ujar pensiunan Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu.

Kendati demikian, kata Zahari, tarif yang ditetapkan pihaknya tersebut turut didukung sejumlah fasilitas. Yakni arena bermain, lapangan terbuka, meeting ground disertai meja buah, masjid, fasilitas MCK, rumah panggung lesehan, pentas pertunjukan seni, lapangan sepak bola mini dan takraw, jalur tracking, dan camping ground.

“Kami sekarang juga sudah sediakan wahana untuk anak, seperti kolam. Rencananya kami akan tambah lagi wahana lain untuk anak,” ujarnya.

Selain itu, Zahari juga mengatakan, di kebun Ariza Farm sekarang tidak hanya terdapat ratusan tanaman jambu biji. Namun, dia sudah mengembangkan pula tanaman buah lain dan bunga. Namun, dia mengakui, kebanyakan pengunjung masih tertarik untuk melihat, memetik, dan memakan jambu biji.

“Sekarang sudah ada beberapa tanaman lain yang berbuah seperti lengkeng, pepaya, dan manggis. Jumlahnya memang tidak sebanyak tanaman jambu biji. Kalau untuk bunga kami baru fokus untuk hiasa kebun,” ujar ayah empat anak itu.

Untuk tantangan mengembangkan perkebunan tersebut, kata Zahari tergantung perawatan tanaman. Sebab, tanaman jambu biji harus dibungkus dengan plastic agar tidak terserang hama. “Kalau untuk serangan hama sudah teratasi. Jadi tidak ada masalah. Tantangan baru sekarang hanya dari sisi usaha. Sebab sudah banyak yang membuka perkebunan serupa ini,” tandasnya.

Indah Ratna Sari, 24, salah seorang warga Nagari Tobohgadang yang pernah berkunjung ke Ariza Farm mengatakan, perkebunan jambu biji tersebut memang menarik. Sebab hanya dikenai tarif Rp 5 ribu, pengunjung diperbolehkan memetik dan mencicipi jambu biji sepuasnya.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Padangpariaman, Jon Kenedi mengatakan, Ariza Farm merupakan suatu konsep agrowisata yang sangat potensial untuk dipromosikan. Untuk itu, pihaknya terus berupaya mendukung promosi Ariza Farm tersebut. Salah satunya membuatkan palang penunjuk arah di Simpang Lintas Lubukalung, guna mempermudah wisatawan berkunjung ke sana.

“Kita juga masukkan Ariza Farm dalam brosur promosi pariwisata Padangpariaman,” ujar Jon yang didampingi Kabid Pengembangan Pariwisata, Wiwik Herawati, di Kantor Disparpora Padangpariaman, Jumat (27/10).

Selain itu, imbuh Jon, Ariza Farm juga dijadikan pihaknya sebagai percontohan dalam agrowisata. “Kita juga beberapa kali mengikutsertakan Ariza Farm dalam kegiatan bimbingan teknis pariwisata,” kata mantan Camat Nan Sabaris itu.

Kata Jon, Ariza Farm memang menjadi agrowisata satu-satunya yang terbaik di Padangpariaman sekarang ini. Namun, katanya tahun 2018 mendatang, Pemerintah Kabupaten Padangpariaman merencanakan mengembangkan agrowisata kakao di Maliboanai, 2×11 Kayutanam.

“Mudah-mudahan agrowisata kakao terwujud tahun depan. Ini akan menjadi destinasi baru yang potensial. Terlebih agrowisata kakao itu menggunakan konsep hulu-hilir. Jadi pengunjung bisa melihat kebun, pengolahan, display produksi, hingga mencicipi cokelat di satu kawasan itu,” tandasnya. (***)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Literasi Tolak Ukur Kemajuan Bangsa

Terapkan Konsep Hijrah pada Anak