in

Zikir dan Doa untuk Bangsa, Presiden Shalat Jumat Bersama Massa di Monas

Pekik takbir menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla di lapangan Monas, kemarin siang (2/12). Pada menit-menit akhir jelang waktu Shalat Jumat, Presiden memutuskan bergabung bersama peserta aksi damai yang diperkirakan berjumlah lebih dari satu juta orang untuk Shalat Jumat berjamaah.

Aksi damai dan doa bersama berlangsung sejak pukul 08.00. Massa berdatangan sejak selepas subuh dan langsung memenuhi area Monas dan sekitarnya. Aksi tersebut merupakan kelanjutan unjuk rasa sebelumnya pada 4 November, yang menuntut agar Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama diadili.

Presiden tiba tepat saat azan berkumandang. Usai azan, kedatangan Jokowi diumumkan lewat pengeras suara oleh Ketua Gerakan nasional Pengawal Fatwa MUI Bachtiar Nasir. Karena hujan deras, rombongan presiden langsung masuk ke tenda yang telah disediakan. 

Pembina Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab menjadi khatib dalam Shalat Jumat tersebut. Dalam khutbahnya, dia menyinggung mengenai konstitusi, kebhinekaan dan penistaan agama. Menurutnya, pasal dan ayat dalam konstitusi Indonesia yang tidak bertentangan dengan Al Quran wajib dipatuhi seluruh umat Islam.

Dia juga melarang umat beragama saling menghina agama orang lain. “Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu, sama sekali tidak boleh dihina dan dinistakan,” ucapnya dengan suara lantang. Begitu pula agama Islam, tidak boleh ada umat beragama lain yang merendahkannya.

Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin menjadi imam Shalat Jumat. Pada rakaat kedua, dia memimpin para jamaah membaca Qunut Nazilah selama sekitar 15 menit. Shalat Jumat berlangsung khidmat di bawah guyuran hujan. Para jamaah mengaminkan setiap lantunan doa yang diucapkan ulama yang juga menjabat Rais Aam PBNU itu.

Meski basah kuyup terkena hujan, para jamaah tetap khusyuk menjalankan ibadah. Sejumlah aparat yang mengamankan jalannya aksi juga ikut shalat berjamaah. Mereka berbaur dengan para jamaah dengan alas seadanya. Sepatu pun masih mereka kenakan saat shalat, sebagaimana yang dilakukan sejumlah jamaah yang bertugas sebagai laskar pengamanan. 

Usai shalat, Jokowi yang dikawal puluhan anggota Paspampres naik ke atas panggung menemui para ulama. Menggunakan mikrofon, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berbicara kepada seluruh peserta aksi. “Terima kasih atas doa dan zikir yang dipanjatkan bagi negara kita. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,” pekik Jokowi yang langsung disambut pekik takbir para peserta.

Jokowi mengapresiasi jalannya aksi yang begitu damai meski jumlah massanya sangat banyak. Saya ingin memberikan penghargaan setinggi-tingginya, karena seluruh jamaah yang hadir tertib sehingga acaranya bisa berjalan dengan baik,” lanjutnya. “Selamat kembali ke tempat tinggal masing-masing,” tambahnya, menutup pidato.

Rombongan Jokowi langsung kembali ke Istana dengan pengawalan ketat paspampres. Kemarin, mereka tidak mengenakan batik sebagaimana biasanya, melainkan mengenakan seragam militer dengan baret biru.

Sementara itu, Menkopolhukam Wiranto usai Shalat Jumat meminta publik bersabar menanti proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama. Penyerahan saudara Ahok sebagai tersangka kepada kejaksaan sudah selesai,” ujarnya. Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak berniat mengintervensi proses hukum yang sedang berlangsung. 

Sejak awal, tutur Wiranto, pihaknya sudah yakin aksi bakal berlangsung damai. Sebab, masyarakat yang datang sama sekali tidak berniat untuk berunjuk rasa. “Kedatangan massa cair itu sebenarnya ingin bersama-sama melakukan zikir dan doa bersama untuk keselamatan negara,” ucap mantan Panglima TNI itu.

Hal senada disampaikan Menag Lukman Hakim Saifuddin. Dia menuturkan, umumnya bila ada massa berkumpul dnegan jumlah besar, potensi kegaduhan pasti ada. Namun, dalam aksi kemarin, tidak terjadi kegaduhan. Aksi berjalan dengan tertib hingga selesai.

Mengenai keputusan presiden datang ke Monas, itu merupakan inisiatif pribadi Presiden. “Tentu setelah mendengar banyak pertimbangan, tapi pada akhirnya putusan diambil sendiri oleh presiden,” terang Lukman. Putusan itu diambil jelang azan berkumandang.

Dia menjelaskan, presiden merasa perlu hadir langsung untuk menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang hadir. “Doa untuk bangsa dan negara ini sesuatu yang sangat mulia. Karenanya, Presiden perlu untuk langsung hadir untuk menyampaikan terima kasih dan apresiasi,” lanjutnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan pemerintah tidak akan melarang aksi-aksi lanjutan yang berkenaan dengan penanganan kasus hukum Ahok. Apalagi, bila aksi tersebut berupa doa bersama, berjalan dengan damai, serta tidak anarkis.

Bahkan, saat hendak berangkat Jumatan di Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Kepresidenan, JK menyebutkan belum berniat ke Monas. Dia menuturkan bahwa kehadiran di Monas itu diputuskan dalam waktu yang cepat.

“Memang spontan tadi dan tidak direncanakan bahwa toh rakyat dan kita yakin bahwa itu pertemuan damai dengan doa,” jelas JK. Pemerintah pun menjamin proses penanganan kasus hukum Ahok dilakukan dengan adil dan tanpa intervensi. 

Aksi yang dilakukan sejak pagi tersebut diiringi gerimis di kawasan Monas dan diarahkan Wakil Ketua GNPF-MUI Zaitun Rasmin. Dalam aksi tersebut, massa fokus diarahkan untuk mendengarkan doa selain berorasi untuk menurunkan Ahok. Mulai dari doa dari KH Arifin Ilham, lagu-lagu dari Opick hingga pelafalan 10 ayat pertama Surat Al Kahfi yang dipimpin Syeikh Ali Jaber.

“Orang yang menista Al Quran adalah orang yang mengancam keutuhan NKRI,” ujar Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat orasi di panggung bersama Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir.

Massa tersebut memenuhi kawasan Monas dan mengular hingga flyover Jalan Casablanca di depan Hotel Le Meridien. Mereka sudah berkumpul sejak 07.00. Pukul 10.30 WIB, peserta aksi yang bersiap menjalani Shalat Jumat hingga barisan shaf terbagi menjadi dua. Satu mencapai Bundaran HI dan lainnya melewati Masjid Istiqlal di sisi utara Monas.

Usai Shalat Jumat, masyarakat pun berangsur-angsur bubar. Kebanyakan dari mereka berjalan menyusuri jalan Thamrin dan Tugu Tani untuk menuju kantong-kantong parkir. Sebagian besar juga menikmati makanan yang dibagikan secara gratis dari berbagai kelompok ormas Islam.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali menyiapkan angkutan untuk membantu para peserta aksi damai kembali ke kampung halaman. Ada 300 unit bus dari Damri, PPD, dan Jasa Raharja yang disiapkan bagi mereka yang mengalami kesulitan mendapatkan angkutan. 

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menuturkan, 200 bus disiapkan di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Sedangkan 100 unit lainnya sebagai cadangan yang saat ini siap dikerahkan bila diperlukan tambahan.

“Saat ini sudah sekitar 50 bus yang diberangkatkan. Kita masih akan tunggu malam ini hingga besok,” ujar Menhub Budi usai mengunjungi keberangkatan bus-bus bantuan tersebut di Silang Monas, Jumat (2/12).

Dari yang sudah diberangkatkan, beberapa tujuannya adalah Lampung, Bandung, Sukabumi, Bogor, dan Serang. Ada pula yang digunakan untuk melayani peserta yang berasal dari Pekanbaru hingga Medan.

Tidak hanya menyiapkan angkutan bus, Menhub juga menyiapkan masing-masing dua gerbong kereta api tujuan Purwokerto dan Semarang.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto mengatakan, Aksi Super-Damai 2 Desember ini terbukti damai. Sejak awal aksi hingga akhir, sesuai catatan kepolisian tidak ada kerusuhan. 

Ancaman Bom

Di hari yang sama, ditemukan ancaman paket diduga granat di Bandara Soekarno-Hatta. Hingga saat ini penyelidikan masih berlangsung.

Secretary & Legal PT Angkasa Pura II (Persero), Agus Haryadi menyampaikan, paket diduga granat itu ditemukan Jumat (2/12) pukul 02.30 WIB oleh petugas cleaning service. Saat itu, si petugas bermaksud membuang sampah. Namun, justru menemukan dua paket mencurigakan yang diduga granat. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Panti Pijat di Nagoya Dirazia, Dalamnya Mencengangkan

Indonesia vs Vietnam: Fokus Saja di Leg Pertama