Kebakaran Keempat, Kerugian Rp 1,5 Triliun
Tidak butuh waktu lama, api merambat dan menghanguskan tiga blok kawasan pasar bertingkat di Pasa Ateh (Pasar Atas), Bukittinggi, Senin (30/10) pagi. Dari sekitar 416 petak toko yang berada di lantai 2, sekitar 354 petak toko dan kios hangus terbakar bersama barang milik pedagang. Sementara 423 petak toko dan kios di lantai satu, selamat dari kobakaran api namun tetap mengalami kerusakan.
Tidak hanya itu. Seluruh lapak pedagang kaki lima di bawah pasar bertingkat itu, juga terpaksa dibongkar untuk memudahkan akses mobil pemadam kebakaran memadamkan api. Pemerintah Kota Bukittinggi mencatat, sedikitnya 1.042 pedagang terdata mengalami dampak kerugian cukup parah. Tak tanggung-tanggung, kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun.
“Pasa Ateh yang terbakar ini akan dipagar dan dibersihkan. Memang tidak semuanya terbakar, tapi tidak mungkin dipakai lagi.
Walau di lantai satu tidak terbakar misalnya, tapi tetap itu berbahaya karena tadi saya lihat ada tembok yang sudah rapuh di lantai atas dan bisa membahayakan pedagang dan pengunjung. Kerugian akibat kebakaran Rp 1,5 triliun. Jumlah itu bisa bertambah,” kata Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias saat meninjau lokasi kebakaran, kemarin.
Pemko Bukittinggi berencana merelokasi atau memindahkan sementara pedagang yang jadi korban kebakaran ke Jalan Perintis Kemerdekaan. Namun untuk pemindahan itu, Pemko butuh waktu dan minta pedagang bersabar karena bakal disiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarananya, seperti parkir dan lainnya.
“Saya sudah perintahkan SKPD terkait bekerja keras, jika perlu sampai malam. Rencananya, pukul 14.00 besok kami mengundang para pedagang ke Balai Kota untuk membahas masalah relokasi ini,” ujar wali kota yang terpilih dari jalur independen ini.
Ramlan menambahkan, pihaknya juga sudah memanggil pimpinan asuransi untuk datang ke lokasi guna mendata pedagang yang masuk asuransi sehingga bisa diproses klaimnya. “Prosesnya jangan dipersulit. Jumlah yang masuk asuransi belum tahu. Ada yang masuk asuransi dan ada yang tidak. Asuransi adalah kesadaran,” katanya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno juga meminta Pemko Bukittinggi mengatur pedagang, dengan mengedepankan kenyamanan pengunjung. “Desainnya harus bagus, konstruksinya juga yang baik, tidak berserakan, jelas tempat parkirnya di mana. Pedagang yang jual pakaian tempatnya di mana, yang jualan sepatu di mana, harus diatur sedemikian rupa agar pengunjung merasa nyaman,” jelas Irwan yang memperingkat tugasnya di Jakarta dan langsung kembali ke Sumbar meninjau pasar terbakar itu, kemarin.
Gubernur menyebut, penataan pedagang sangat penting karena Bukittinggi merupakan kota wisata. “Pasa Ateh ini kan populer. Banyak wisatawan yang belanja ke sini. Apalagi belanja di Bukittinggi masih menggunakan sistem tawar menawar. Tawar menawar itu ada seninya dan ada kepuasan di sana,” jelasnya.
Menurutnya, penanganan pasar dan pedagang harus dilakukan dengan baik karena kebakaran ini tidak hanya mengganggu Bukittinggi, tapi juga Sumbar. “Ini menjadi keprihatinan kita, tidak hanya Bukittinggi tapi Sumbar. Wisatawan yang datang juga bakal terpengaruh karena wisatawan yang datang tidak dapat berbelanja. Baik, bordiran, sulaman, songket dan lainnya di pasar ini untuk sementara,” ungkapnya.
Saat wali kota dan jajarannya melakukan kajian komprehensif, pihak kepolisian tetap bekerja bersama tim Inafis ke lapangan untuk mengolah fakta-fakta dan temuan-temuan yang bisa ditindaklanjuti terkait penyebab kebakaran.
Pemprov bersama Pemko Bukittinggi, menurut Irwan, bakal melakukan kajian mendalam soal pasar itu karena sudah empat kali terbakar yang diduga akibat masalah listrik. “Ini perlu kajian, apakah nanti dibangun lagi atau direhab. Mana yang terbaik bagi pedagang dan Bukittinggi. Dananya kita lihat dulu, apakah dari APBN atau APBD,” kata Irwan.
Sejauh ini, kata Irwan, dia sudah melaporkan kejadian ini ke Kementerian Perdagangan dan diminta mempersiapkan proposal bantuan. Biasanya bantuan dari Kementerian Perdagangan adalah pembangunan atau revitalisasi pasar.
”Pak wali sudah rencanakan pemindahan sementara pedagang ke Jalan Perintis Kemerdekaan karena banyak korban yang tidak bisa jualan. Wali kota sudah memberikan perhatian. Dirjen Kementerian Perdagangan minta kita siapkan proposal,” katanya.
Kasi Inafis Polda Sumbar Kompol Zulwafni yang turun ke lokasi bersama 10 orang tim untuk memeriksa penyebab kebakaran menyebutkan, pihaknya akan mencari data selama dua hari ke depan. “Kita mencari fakta 1-2 hari ini. Kita lihat sumber titik api melalui olah TKP, sengaja atau tidak sengaja. Sejauh ini, tidak ada kesulitan berarti,” ujarnya.
Sejauh ini, pihaknya belum bisa memastikan sumber titik api karena masih mengumpulkan fakta-fakta. “Dengan adanya dokumentasi, kita melihat panorama, memandang foto dari jarak jauh, sikon (situasi dan kondisi) sekitar, close up kita mencari sumber titik api, didukung fakta dan kesaksian, pembuktian dan lainnya. Ini diproses dulu,” imbuh Zulwafni.
Hal senada disampaikan Kapolres Bukittinggi, AKBP Arly Jembar Jumhana. Saat ini, pihaknya sudah memeriksa 10 saksi terdiri dari petugas ronda malam dan saksi mata. “Umumnya, mereka mengaku melihat sumber api dari gardu listrik di blok C. Tadi, seluruh personel sudah ditugaskan untuk mengamankan lokasi. Ada pula yang bertugas memantau kemungkinan penjarahan dan membantu proses evakuasi. Kami akan terus dalami penyebabnya,” tuturnya.
Dewan Pengurus Persatuan Pedagang Pasar Bertingkat (P4B) Pasar Atas Bukittinggi, Syahrul yang juga mengalami kerugian sampai Rp 300 juta pada peristiwa nahas itu, mengharapkan Pemko Bukittinggi bersama wakil rakyat setempat membahas masalah ini secara serius.
“Jangan sampai ada politisasi dalam pembangunan ke depan. Semua pedagang harus terakomodir secara baik dan merata. Jika memang harus dirombak dan dibangun ulang sekalipun, tidak ada masalah. Yang penting harus berjelas-jelas, di mana penampungan sementara dan nanti harus ada jaminan tidak ada pungutan ini-itu untuk masuk kembali berjualan,” harapnya.
Sementara itu, pengurus P4B Bukittinggi, Alfa Edison Dt Mustafa menambahkan, korban kebakaran tahun 1997 lalu yang menghuni pasar penampungan di pelataran Jam Gadang dan Kampung Chino, tahun 1998 sempat mengalami kebakaran akibat terbakar lampu petromak. Mujur tak ada korban jiwa. ”Tahun 2000, pedagang kebakaran ini kembali berjualan di Pasa Ateh setelah renovasi selesai tanpa dipungut biaya,” ujarnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.