Jakarta (ANTARANews) – Perusahaan asal Korea Selatan yang telah memiliki basis produksi di negara ini, PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) menargetkan hampir semua produk elektronik yang dipasarkan di dalam negeri menggunakan teknologi inverter guna mendukung program pemerintah dalam penghematan energi.
“Pada Juni 2017 sekitar 90 persen produk LG akan beralih menggunakan teknologi inverter,” kata Manager Pemasaran Home Appliance LGEIN Charlie Woo, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan hal itu merupakan salah satu upaya LG mendukung program Pemerintah Indonesia cq Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menghemat penggunaan energi dalam bentuk kampanye “Gerakan Poting 10%.”
“Apalagi masalah hemat atau efisiensi energi telah menjadi perhatian global,” ujarnya pada kampanye LGEIN “Hemat Energi Bagimu Negeri” itu.
Untuk itu, LG, lanjut dia, akan memperluas penggunaan teknologi inverter pada produk elektronik yang dipasarkan di Indonesia, dari semula hanya pada beberapa model pengatur suhu dalam ruang (AC), lemari es (kulkas), dan mesin cuci, tahun depan berkembang ke produk microwave.
Charlie Woo mengatakan ada beberapa keunggulan teknologi inverter dibandingkan yang konvensional.
Selain hemat energi karena konsumsi listrik lebih rendah, teknologi inverter pada kompresor membuatperalatan elektronik rumah tangga seperti AC, kulkas dan mesin cuci, menjadi lebih senyap ketika beroperasi dan lebih tahan lama.
“Kami berani menggaransi kompresor inverter yang tertanam dalam tiap koleksi ini (Produk LG) dengan jaminan 10 tahun penggunaan,” ujarnya.
Saat ini LG merupakan salah satu pemain elektronik yang cukup besar di Indonesia. Tahun ini Woo memperkirakan LGEIN menguasai pasar barang elektronik rumah tangga di Indonesia mencapai 23 persen, dan ia menargetkan tahun depan pangsa pasar LG naik menjadi 28 persen.
Sementara itu Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Farida Zed mengatakan gaya hidup terutama pemanfaatan barang elektronik yang hemat energi memang peranan cukup penting dalam efisiensi energi, mengingat masyarakat Indonesia terbilang masih boros dalam penggunaan energi.
“Setiap tahun kebutuhan energi kita (Indonesia) tumbuh 6,5 sampai tujuh persen, tidak banyak negara yang mengalami pertumbuhan (kebutuhan energi) yang signifikan seperti itu,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap dukungan kalangan industri manufaktur, termasuk produsen elektronik, untuk menggunakan teknologi hemat energi seperti inverter, sehingga program pemerintah “Gerakan Potong 10%” bisa tercapai.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016