Langganan Kawal Delegasi RI sejak Era SBY
Senior Officer UN Force AA Permana ditugaskan khusus untuk mengawal Wapres Jusuf Kalla selama menghadiri sidang umum PBB di New York, AS, pekan lalu. Sejak bergabung di kepolisian PBB pada 2004, Permana memang langganan mengawal pimpinan delegasi Indonesia. Wartawan Jawa Pos (grup Padang Ekspres) Juneka Subaihul Mufid berbincang dengan Permana di sela-sela tugasnya mengawal Wapres.
Jalan masih sedikit basah saat Wapres Jusuf Kalla (JK) dan delegasi Indonesia berjalan kaki menuju markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Jarak dari tempat mereka menginap di Hotel The Westin Grand Central ke markas PBB hanya kurang dari 500 meter.
Tinggal jalan lurus, melewati dua perempatan. Saat rombongan sampai di perempatan pertama pada Senin (18/9), ternyata jalan sudah ditutup. Petugas dari New York Police Department (NYPD) yang berseragam hitam, polisi PBB yang berseragam biru, dan agen yang berompi Secret Service sudah berjaga di tiap titik perempatan.
Rombongan JK yang hendak menyeberangi perempatan dilarang agen Secret Service yang berkacamata hitam. JK dan delegasi dari Indonesia diminta untuk memutar melalui akses lain. Seorang pengawal JK lantas maju dan bernegosiasi dengan petugas Secret Service di seberang perempatan.
Syarat utama menjadi anggota polisi PBB adalah minimal sudah lima tahun di kepolisian atau militer. Usia tidak boleh lebih dari 32 tahun. Pada waktu itu, dia sudah bekerja lima tahun dan usianya masih 26 tahun. Permana pun memberanikan diri mendaftar dengan melengkapi berbagai persyaratan.
Setelah lolos syarat administrasi, dia diminta datang ke markas PBB di New York. Biaya untuk tes dirogoh dari kantong sendiri. Dia masih ingat betul lokasi tes yang berada di lantai 3 salah satu gedung di kompleks tersebut. Dia menjalani tes bersama 60 orang lain. “Saya tolah-toleh 60 orang itu tidak ada orang Indonesia. Saya sendiri,” ujarnya, lantas tersenyum.
Tes selama sepuluh hari itu menguji kemampuan intelektual dan fisik. Mulai tes tulis, wawancara, hingga tes menembak. Pengumuman kelulusan tidak langsung disampaikan di New York. Para peserta, termasuk Permana, diminta kembali ke negara masing-masing. Seminggu berlalu tidak ada kabar. Sampai sebulan pun kabar yang ditunggu tidak kunjung datang. Dia pun pasrah. Dia bertugas seperti biasa menjadi polisi di Polda Bali. “Sekitar dua bulan ada telepon pakai private number. Saya masih pakai Nokia 3310,” sambung dia.
Dia tidak menyangka bahwa telepon itulah yang dia nanti-nantikan. “You get the job. Congratulation,” ujar dia menirukan suara dari balik telepon. Dia tidak akan lupa kata-kata yang mengubah arah nasibnya dari Bali ke New York itu meski awalnya tidak begitu saja percaya. Permana pun diminta melengkapi semua dokumen dan mengurus visa diplomat. Dia mengundurkan diri dari kepolisian dan berangkat ke New York untuk tugas baru sebagai polisi PBB pada Juni 2004.
Setelah pendidikan, Permana mendapatkan tugas di bagian pengawalan. Juga ke bagian K-9, investigasi, dan respons. Dia pernah pula bertugas menjaga gedung UN. Pada saat itu sedang musim dingin. Dia tidak mengira bila musim dingin bisa sampai minus 9 derajat Celsius. “Saya makan salju sampai 6–12 inci,” ungkapnya, lantas tertawa. Dia menuturkan, bila di Indonesia ada istilah makan asam garam, di New York istilah itu menjadi makan salju.
Musim dingin menjadi saat-saat yang kurang menyenangkan dalam bertugas. Dia harus membawa baju tebal plus rompi antipeluru saat mengawal Sekjen PBB. Nah, jadi kurang nyaman bila harus masuk ke ruangan yang panas. Setelah kedinginan langsung panas dan berkeringat. Tapi, di luar itu, tugas menjadi pengawal memang penuh tantangan. Permana harus memastikan semua keamanan tiap kepala negara yang berkunjung ke gedung PBB. Selain itu, dia harus mengawal Sekjen PBB, termasuk saat mereka berkunjung ke luar negeri.
“Kalau (misalnya, red) ada apa-apa dengan Pak JK muncul di koran, yang disalahkan bukan Paspampres, tapi saya. Tanggung jawab itu yang memancing semangat diri saya,” imbuh dia. Permana kini dikaruniai dua putra dari pernikahannya dengan gadis asli Bali, Desak Putu Dewi. Putra pertamanya, Dewa Gede Alessandro Permana, sudah berusia tujuh tahun. Sedangkan putra kedua Dewa Axel Permana. “Soal nama tetap harus sesuai tradisi,” kata Permana yang masih menyandang status WNI itu. (*)
LOGIN untuk mengomentari.