in

Amerika akan Tetap Ada di Laut China Selatan

Sejarah dan peliknya persoalan di Laut China Selatan diangkat jadi topik dalam buku “On Danger Ground. America Century in The Sout Cina Sea

“Amerika sebaiknya tetap ada di Laut China Selatan. Demi kepentingan negara afiliasinya dan sekaligus mengimbangi kekuatan Tiongkok di sana,” sebut Gregory B Poling, pengarang buku usai diskusi dengan mahasiswa dan dosen di ruang pertemuan American Corner, di Universitas Andalas, Selasa (8/8/2022).

Ia menyebutkan hal di atas, menjawab pertanyaan wartawan tentang masukan dari pengamat militer Indonesia, agar Amerika tidak terlibat dalam persoalan Laut China Selatan karena hal itu adalah urusan negara terkait di Asean. Ia juga membantah, kehadiran Amerika di Laut China Selatan sebagai bentuk pergeseran peran Amerika dalam perang Rusia dan Ukraina

“Tidak terkait perang Rusia – Ukraina. Amerika telah membantu pendanaan Ukraina dalam perang menghadapi Rusia. Sedangkan persoalan laut China Selatan sudah lama menjadi perhatian Amerika. Tidak memicu perang dunia ketiga. Semua negara yang terlibat tidak ingin disebut sebagai pemicu perang,” sebutnya.

Akademisi dan peneliti strategi Internasional itu menyebutkan banyak negara yang terganggu akan gerakan China di Laut China Selatan, namun cenderung diam.

“Banyak hal penyebabnya. Bisa saja sanksi ekonomi dan pemutusan hubungan kerjasama, itu menjadi pertimbangan sebuah negara,” sebut Gregory.

Mengapa Amerika terlibat? Direktur lembaga Centre For Strategic Interasional Studies (CSIS) itu menyebutkan Amerika sudah ada lama di laut China Selatan. Amerika, sebutnya merupakan negara perdagangan laut internasional. Ia memperlihatkan foto armada laut Amerika, USS Olimpiade pada tahun 1898 .

“Amerika juga punya negara afiliasi seperti Filiphina, Korea dan Vietnam yang harus mereka jaga, agar tidak diserang negara lain,” sebutnya

Ia menyarankan agar masyarakat dan akademisi menyuarakan kepentingan sebuah negara di Laut China Selatan. “Itu adalah bentuk desakan terhadap pemerintah yang akan menilai keinginan warganya akan kedaulatan negara mereka,”

Mengapa Laut China Selatan? Pertanyaan datang dari seorang peserta yang bertanya. Mengapa daerah sengketa itu disebut dengan Laut China Selatan, apakah artinya itu milik Tiongkok.

Gregory menjelaskan penamaan itu telah ada lebih lama dibandingkan klaim Tiongkok yang dikenal dengan “sembilan garis putus-putus”. Masing – masing negara juga memiliki penamaan terhadap laut tersebut, seperti Indonesia menyebutkannya laut Natuna.

Nancy Pelosi ke Taiwan

Kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, ke Taiwan Kamis (4/8) menurut Gregory tidak terkait langsung dengan urusan Laut China Selatan. “Itu penguatan terhadap negara Taiwan,” sebutnya

Ia juga menilai hanya masalah keamanan, ketika ditanya mengapa pesawat Nancy Pelosi tidak melewati Laut China Selatan tapi malah melewati daerah di Indonesia. “Sebagai negara demokrasi, legislatif dan eksekutif itu punya keinginan berbeda. Secara keamanan kunjungan itu berbahaya, namun jika diputuskan tentu saja pihak keamanan Amerika akan menjaga warga negaranya,” sebut Gregory menanggapi komentar netizen yang ditanyakan wartawan.

Seperti diketahui sebelumnya penerbangan Nancy Peloci itu dipantau oleh ribuan orang melalui situs radarflight. Sebagian netizen menduga pesawat Amerika itu akan melewati jalur Laut China Selatan. Namun kunjungan itu disebutkan memicu kemarahan Beijing.

Buku On Dangerous Ground tersebut ditulis disiapkan selama 3,5 tahun, secara instensif pada tahun 2019-2020. Dalam buku yang telah disebarkan di Amerika dan akan beredar secara internasional tersebut, terdokumentasi secara detail persoalan yang terjadi di Laut China Selatan berdasarkan waktu dan momentum penting.(*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Andre Rosiade Bantu Istri Penjual Roti Bakar yang Terkena Kanker Payudara

Light Up the Dream Listriki Pelosok Nagari Sungai Landia Agam