Shanghai (ANTARA Sumsel) – Sebagai salah satu negara terkuat dalam berbagai cabang olahraga tingkat dunia, China tidak akan melewatkan begitu saja Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan.
Pengurus sejumlah cabang olahraga di negara berpenduduk terpadat di dunia itu tidak banyak bicara, begitu pun dengan para atletnya.
Mereka lebih senang mempersiapkan diri secara matang daripada berkoar-koar di media mengenai target yang bakal dicapai dalam perhelatan akbar empat tahunan di Asia itu.
Apalagi sistem pembinaan olahraga di daratan Tiongkok tersebut sangat terstruktur sehingga prestasinya pun terukur.
Puncak prestasi yang mereka canangkan adalah menjadi yang terbaik di ajang olimpiade. Dengan demikian, mencatat prestasi level di bawahnya sudah menjadi keharusan.
Sistem penyaringan atlet tidak asal-asalan, apalagi berdasarkan faktor kedekatan dengan pembina, pengurus, atau pelatih cabang olahraga tertentu.
Penyaringannya pun dari bawah. Boleh dibilang tingkat akar rumput sehingga di China jarang sekali ditemukan atlet “karbitan”.
Contoh yang paling mudah dilihat adalah banyaknya komunitas-komunitas olimpiade di China.
Komunitas Olimpiade yang dilembagakan secara mandiri oleh masyarakat itu adanya di kecamatan atau distrik kalau di China.
Dengan begitu, maka atlet yang berprestasi, baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional, bibitnya dari komunitas tersebut, bukan atlet yang dipersiapkan secara instan.
Belum lagi sekolah-sekolah tingkat menengah di China yang tak kalah seriusnya dalam membina atlet.
Tidak jarang di antara sekolah menengah di China bersaing ketat mencetak atlet berprestasi dengan berlomba-lomba menyediakan fasilitas olahraga yang tidak hanya memadai melainkan juga berstandar internasional.
“Olahraga bukan sekadar program ekstrasekolah, melainkan juga ajang pencarian bakat,” kata Wakil Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 39 Beijing Zuo Fulin kepada Antara, beberapa waktu lalu.
Sekolahan yang berlokasi di Xihuangchennggen Bei Lu No2 Beijing itu saat ini sangat serius membina siswa-siswanya menjadi atlet bulu tangkis.
Saat Antara mendapat kesempatan berkunjung, sekolah yang lokasinya tidak jauh dari objek wisata Kota Terlarang itu memiliki beberapa sarana olahraga, di antaranya lapangan basket, lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis, kolam renang, dan areal tenis meja (dua terakhir lokasinya di bawah tanah atau basement).
Menariknya, di dinding lapangan bulu tangkis terdapat foto-foto para pemain bulu tangkis top di dunia, seperti Lin Dan (China), Lee Chong Wei (Malaysia), dan tidak ketinggalan Taufik Hidayat dari Indonesia.
Kalau pemerintah Indonesia bisa membantu, katanya, pihaknya sangat berkeinginan mendatangkan Taufik agar bisa membina murid-murid di sekolah tersebut.
Zuo mengaku penggemar berat Taufik Hidayat.
Tidak hanya Zuo, sebagian besar masyarakat China mengenal Indonesia dari bulu tangkis. Bahkan, mereka memuji atlet-atlet bulu tangkis Indonesia yang menjadi lawan terberat atlet-atlet China.
Model pembibitan atlet sejak dini dengan tingkat persaingan yang ketat itu berlangsung secara berkesinambungan.
Atlet-Pengusaha
Sejauh ini belum ada informasi mengenai formasi atlet yang bakal memperkuat tim China di ajang Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Namun bisa jadi atlet-atlet tingkat provinsi yang meraih medali di ajang Pekan Olahraga Nasional China di Tianjin tiga bulan lalu bakal diikutsertakan di ajang Asian Games tahun depan.
Dari cabang olahraga renang, Sun Yang (putra) dan Fu Yuanhui (putri) yang menuai sukses besar di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro diperkirakan bakal turun membela negaranya di Asian Games.
Keduanya juga masih belum tertandingi di lintasan renang “National Games” di Kota Tianjin, September lalu, meskipun Fu sempat frustrasi karena kegagalannya meraih medali emas di Kejuaraan Dunia FINA bulan Juli lalu di Budapest, Hungaria.
Selain di lapangan olahraga, totalitas China di ajang Asia Games juga ditunjukkan oleh para pelaku industri.
Apalagi perusahaan yang bergerak di bidang peralatan olahraga ikut terlibat dalam ajang empat tahunan tersebut.
Kami turut senang bisa berpartisipasi dalam menyukseskan penyelenggaraan Asian Games di Indonesia, kata Zhiliang Bian, bos Taishan Sports Industry Group, kepada Antara di Dezhou, Provinsi Shandong, belum lama ini.
Taishan turut menyediakan peralatan dan perlengkapan pertandingan untuk 12 cabang olahraga Asian Games, baik di Jakarta maupun Palembang.
Di Asian Games Guangzhou (2010), pihaknya hanya menyediakan peralatan untuk delapan cabang olahraga. Namun di Indonesia pihaknya bisa 12 cabang olahraga.
Duta Besar RI untuk China pada saat itu Soegeng Rahardjo menyambut positif keterlibatan Taishan karena produknya sering digunakan di ajang olahraga dunia, seperti matras bela diri dan gulat.
Apalagi, katanya saat bertemu Zhiliang, pada 5 Mei lalu, di Dezhou sudah banyak perusahaan yang telah menjalin kemitraan dengan pihak swasta di Indonesia.
Kedutaan Besar RI di Beijing pun sejak satu tahun yang lalu gencar mempromosikan Asian Games ke-18 tersebut.
Bahkan, layar monitor berukuran besar yang terpasang di sebelah kiri pintu gerbang KBRI Beijing di Dongzhimen Wai Dajie No 4 turut mempromosikan Asian Games 2018.
Demikian halnya dengan media-media di China yang terus mendukung penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang itu dengan pemberitaan-pemberitaan positif sejak 2014 setelah Vietnam menyatakan tidak sanggup menjadi tuan rumah.
Indonesia saat ini tengah sibuk-sibuknya merenovasi infrastruktur, fasilitas, dan akomodasi para atlet yang akan bersaing di ajang Asian Games 2018, demikian laporan Kantor Berita Xinhua pada 23 November 2017.
Media resmi pemerintah China itu juga melaporkan bahwa pemerintah Indonesia juga gencar menggembleng sejumlah atletnya agar bisa bersaing.
Beberapa media resmi lainnya juga tidak lupa menyebutkan bahwa Indonesia tercatat dua kali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade itu, yakni pada 1962 dan 2018.
Untuk mendukung penyelenggaraan Asia Games tahun depan, Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong mengajukan permintaan khusus kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla agar disiapkan lahan seluas 1.000 meter persegi di JCC untuk memudahkan peliputan wartawan China.
Wapres menyebutkan 300 wartawan dan teknisi dari China sudah mendaftarkan diri kepada pihak panitia penyelenggara Asian Games di Jakarta dan Palembang.
“Jadi, China ingin ‘live’ selama 12 jam. Mereka ingin menunjukkan supremasinya di bidang olahraga karena dapat diyakini atau mungkin juara umumnya bisa China,” kata Kalla usai bertemu wakil perdana menteri perempuan itu di Jakarta pada 27 November 2017.
China tidak hanya mempertaruhkan supremasi para atletnya, namun kesuksesannya sebagai salah satu pendukung utama di Jakarta dan Palembang pada 2018 menjadi sangat penting atas penyelenggaraan Asian Games 2022 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang.