SURABAYA – Banjir dengan ketinggian 20 – 70 centimeter merendam tujuh desa dan kelurahan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur (Jatim), Minggu (13/11). Banjir terjadi akibat hujan yang turun sejak Sabtu (12/11) dan menyebabkan air Kali Kemuning meluap.
“Update sampai pukul 15.30, posisi air sudah melewati titik puncak dan stagnan pada saat ini sampai nanti pukul 20.00. Diperkirakan akan mulai surut setelah pukul 20.30,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Sudarmawan, di Surabaya, kemarin.
Sudarmawan menjelaskan ketinggian air saat ini di Desa Kamoning 30-50 centimeter, Desa Pasean 40-70 centimeter, Desa Panggung 40-70 centimeter, Desa Gunung Maddah bagian barat 50-80 centimeter, Kelurahan Dalpenang 50-80 centimeter, Kelurahan Rongtengah 30-70 centimeter.
“Banjir juga menyebabkan arus lalu lintas dari Sampang ke Kecamatan Omben terputus sehingga kendaraan, baik roda dua maupun empat tidak bisa lewat,” tutur dia.
Sampai saat ini belum ada pengungsian oleh warga yang terdampak banjir. “Warga memang sudah terbiasa, namun Pemkab Sampang dan BPBD Jatim sudah menyiapkan lokasi pengungsian,” tutur Sudarmawan.
Tingkatkan Kesiapan
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Nugroho, mengimbau masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir mengingat puncak musim hujan yang diprediksi jatuh pada Januari 2017.
“Sesuai polanya, Januari puncak curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pola bencana juga menunjukkan Januari adalah bulan paling banyak bencana di Indonesia,” kata Sutopo.
BNPB menyebut tahun 2016 sebagai tahun bencana karena sepanjang tahun ini tercatat 1.985 kejadian bencana. Angka tersebut diprediksi masih akan terus bertambah karena curah hujan meningkat selama November hingga Desember. Kejadian banjir, longsor, dan puting beliung diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah.
Jumlah sebanyak 1.985 bencana tersebut mencatatkan rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir. Meskipun yang terjadi tidak termasuk bencana besar, namun korban jiwa dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya cukup besar. Dampak yang ditimbulkan bencana selama 2016 adalah 375 orang tewas, 383 jiwa luka-luka, 2,52 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari 34 ribu rumah rusak.
BNPB mencatat, dari 1.985 bencana, banjir adalah yang paling banyak terjadi yaitu 659 kejadian.
Selanjutnya berturut-turut adalah puting beliung 572 kejadian, longsor 485, kebakaran hutan dan lahan 178, kombinasi banjir dan longsor 53, gelombang pasang dan abrasi 20, gempa bumi 11, dan erupsi gunung api 7 kejadian.
Longsor merupakan bencana yang menimbulkan korban tewas paling banyak, yaitu 161 jiwa. Sedangkan banjir menyebabkan 136 jiwa tewas, kombinasi banjir dan longsor 46 tewas, puting beliung 20 jiwa, erupsi gunung api 7 jiwa, gempa bumi 3 jiwa, dan kebakaran hutan dan lahan 2 jiwa.
“Tingginya curah hujan akibat pengaruh dari La Nina, menguatnya Dipole Mode negatif dan hangatnya perairan muka air laut di sekitar Indonesia telah menyebabkan meningkatnya banjir, longsor, dan puting beliung,” kata Sutopo.
Selain itu, luasnya daerah aliran sungai yang kritis, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, tingginya kerentanan, dan masih terbatasnya mitigasi struktural dan nonstruktural di masyarakat menyebabkan bencana terus meningkat. – SB/Ant/N-3