Jakarta (ANTARA News) – Bank Dunia akan membantu mengurangi angka “stunting” atau kekerdilan karena kurang gizi yang dialami oleh sekitar 30 persen balita atau bayi bawah lima tahun di Indonesia.
Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim secara khusus menyoroti isu stunting sebagai salah satu tantangan besar dalam pembangunan sumber daya manusia, sehingga membutuhkan penanganan serius.
“Anak berumur dua tahun yang menderita stunting memiliki volume otak 40 persen lebih kecil dibandingkan anak yang tidak terkena,” ujar Kim dalam acara Supermentor ke-20 yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa malam.
Stunting, menurut Kim, berkaitan erat dengan kemiskinan di mana 48 persen balita yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga miskin di Indonesia menderita kondisi ini.
Sementara saat ini, prevalensi stunting di Indonesia cukup tinggi dengan sembilan juta balita atau sepertiga dari seluruh balita Indonesia mengalami stunting.
“Kami melihat potensi besar Indonesia untuk mengurangi angka stunting sebesar 20 persen dalam 10 tahun. Ini tujuan yang cukup realistis, bahkan saya rasa Indonesia dapat mencapai target tersebut lebih cepat dari prediksi,” ujar Kim.
Mekanisme yang diajukan Kim untuk mengurangi prevalensi stunting pada balita di Indonesia yakni dengan menggiatkan petugas kesehatan masyarakat.
Partisipasi tenaga kesehatan terutama untuk melayani masyarakat miskin terbukti ampuh memberantas berbagai penyakit, seperti tuberculosis, yang pernah dilakukan Kim di Peru saat menjadi bagian dalam organisasi “Partners in Health” pada 1994.
“Saya pikir Indonesia bisa melakukan sesuatu yang serupa dengan membangun program pekerja kesehatan formal yang bisa membantu menurunkan angka stunting pada anak,” tutur mantan Ketua Departemen Kesehatan Global dan Pengobatan Sosial di Harvard Medical School, Amerika Serikat.
Kim mengaku telah menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan akan mendiskusikan lebih jauh isu stunting pada balita dalam pertemuan pada Rabu (26/7).
“Besok saat bertemu Presiden Jokowi saya akan sampaikan bahwa Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia dalam penanganan masalah stunting ini sebagai upaya membangun sebuah bangsa dengan berinvestasi kepada generasi mudanya,” kata pria kelahiran Seoul, Korea Selatan itu.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada awal masa anak lahir.
Adapun intervensi yang sangat strategis dalam penanganan stunting ialah pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (masa dalam kandungan dan sampai dua tahun).
Pemerintah Indonesia dalam RPJMN telah menargetkan menurunkan prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen menjadi 28 persen pada 2019.
Sementara berdasarkan data monev Kemenkes 2016, prevalensi stunting diperkirakan berada pada 27,5 persen yang menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting sudah selaras dengan target RPJMN.
(T.Y013/T007)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017