BANTEN – November 2016 adalah bulan penuh entertainment di Provinsi Banten. Setelah suskes menggelar Gebyar Wisata Banten 2016, pada 10–13 November lalu, di Tangcity Mall, Tangerang Banten, kini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten menghangatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Caraya? Dengan Festival Tanjung Lesung, 18–20 November 2016. Lalu akan dilanjutkan dengan Banten Beach Festival, 25-27 November 2016 di Pantai Wirton, Anyer Banten.
”Ini adalah kalender event di penghujung tahun 2016 ini. Kami berharap melalui 3 event ini Provinsi Banten dapat meningkatkan animo masyarakat untuk dapat berwisata ke Banten. Seperti yang sudah diketahui salah satu destinasi di Banten masuk kedalam 10 destinasi prioritas nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata yaitu Tanjung Lesung,” ujar Ida Parwati, PIC Tanjung Lesung, Pokja 10 Top Destinasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang juga diamini Kepala Dinas Pariwisata Banten, Opar Sohari.
Menpar Arief Yahya menyambut gembira dan memberikan apresiasi atas kegiatan di bulan November 2016 itu. Tanjung Lesung harus semakin banyak aktivitas atau event. Itu akan menjadi ajang promosi yang bagus untuk percepatan Tanjung Lesung sebagai destinasi prioritas.
Lebih lanjut Ida menegaskan, ditetapkan Tanjung Lesung menjadi salah satu dari 10 destinasi prioritas nasional, pihaknya terus melakukan inovasi menciptakan acara yang berkesinambungan dan mampu menarik banyak wisatawan. ”Festival Tanjung Lesung ini direncanakan tahunan dan ini merupakan tahun kedua. Ini merupakan hajat besar dan dilaksanakan berkat dukungan dari semua pihak yaitu Kementerian Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Kabupten Pandeglang, Banten West Java dan tentunya juga masyarakat Provinsi Banten khususnya masyarakat Tanjung Lesung,” beber Ida.
Pelaksanaannya pun dijamin tidak akan membosankan. Pihak panitia sudah mempersiapkan beberapa lomba yang menarik bersama keluarga dan wisatawan mancanegara. Diantaranya adalah, Jukung Race dan Hias serta Lomba Bebegig Sawah.
Untuk Begegig Sawah jelas ini lomba yang unik, imbuh Opar, karena festival ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan berbasis alam dan menarik untuk disaksikan di tengah sawah.
”Selain itu festival ini memantik gairah para petani sebab selama ini banyak event dibuat di perkotaan seolah kehidupan orang-orang di desa tidak terjamah. Ini momentumnya. Bebegig adalah orang-orangan sawah untuk menakuti burung. Akan banyak peserta dengan Bebegig-Bebegig yang menarik dan unik,” ujar Ida berpromosi.
Dalam kegiatan ini nantinya akan menggugah semangat dan memberi kesempatan masyarakat lokal untuk ambil bagian dengan cara memperlihatkan dan berjualan hasil produk masyarakat desa di acara tersebut. ”Produk mereka unik-unik, akan menjadi daya tarik wisatawan dan berdampak pada perekonomian masyarakat,” bebernya.
Rangkaian Exciting Banten in November juga ada Photo Contest (Lomba dan Pameran Foto Ikon Banten), Seminar SDM Kepariwisataan, Pameran Produk dan Industri Pariwisata Provinsi Banten, Gebyar Paguron, Kemah Wisata hiburan dan Games. ” Juga ada pagelran musik band,”katanya. Artis dan band tersebut adalah, Rumput Hijau, Momonon, Shifter, Hijau Daun, Disori – Disori.
”Kami bersama masyarakat Banten akan berusaha menjadi tuan rumah yang baik karena akan mengundang banyak Wisatawan nasional maupun internasional. Jika nanti jalan tol Serang – Panimbang yang ditargetkan akan selesai pada tahun 2018 sudah jadi, maka ini semua akan menjadi warming up mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kawasan dan sekitar kawasan Tanjung Lesung,” tandasnya.
Wanita berhijab itu juga menambahkan, di Festival Tanjung Lesung direncanakan juga turut diramaikan oleh perahu-perahu layar yang tergabung di Sail Regata. Selain akan diadakannya berbagai kegiatan Bahari, imbuh Ida, untuk pertama kalinya juga akan dibuka Museum Lesung yang ada di Indonesia bahkan di dunia. ”Lesung itu tempat untuk menumbuk padi, jadi kami akan kumpulkan di sebuah museum dan ini adalah pertama kalinya di dunia, silahkan bagi yang punya Lesung bisa dititipkan ke Museum kami berikan sertifikat dari pemerintah atas kepemilikan Lesung,” katanya.
Filosofinya juga menarik. Kata Ida, saat jaman dulu, jika masyarakat sedang menumbuk padi dengan Lesung, tetangga-tetangga berdatangan dan langsung bersilaturahmi menyambangi satu sama lain. ”Hal itu juga tentu sebagai dasar promosi Pariwisata, dengan adanya Museum, maka silahkan datang ke kami atau ke Tanjung Lesung,” ujar wanita asli Sunda itu.(*)