Oleh: Zuhrizul Chaniago
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama, persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna.
Yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.
Pariwisata madani bisa diartikan sebagai pariwisata yang berbasis nilai-nilai agama dan budaya dengan terus menjaga kelestarian alam, memproteksi budaya dan kearifan lokal serta memberikan dampak dan manfaat bagi ekonomi masyarakat sekitar .
Basamo mambangun pariwisata Sumbar Madani adalah suatu gerakan bersama semua pihak (Pentahelix). Mulai dari pemerintah (pusat dan daerah) , pelaku wisata, media, masyarakat dan seluruh asosiasi pariwisata terkait untuk bergandengan tangan membangun sinergisitas dan berupaya untuk mempersiapkan Provinsi Sumbar nenjadi destinasi wisata tujuan unggulan nasional yang memiliki standar kompetensi dan hospitality.
Baik nasional maupun internasional menyambut wisatawan yang datang dari seluruh penjuru Indonesia dan dunia dengan terus menjaga nilai nilai agama, budaya, kearifan lokal dan kelestarian alam. Serta berdampak secara ekonomi baik untuk pemasukan daerah dan warga Sumatera Barat khususnya.
Ada 3 aspek yang menjadi rujukan pariwisata madani. Pertama, aspek nilai-nilai agama dan budaya. Sebahagian tokoh masyarakat masih beranggapan bahwa pariwisata itu hanya akan merusak nilai nilai budaya dan agama. Ini masih berkembang di nagari-nagari yang miliki potensi wisata.
Namun sejak pariwisata berkembang luas dan anak-anak muda nagari mulai terlibat dalam pengembangan dan menjaga pariwisata, anggapan-anggapan seperti ini mulai berkurang. Tinggal lagi bagaimana mengeduksi lebih lanjut dan meyakini bahwa pariwisata akan dibangun adalah pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal. Wisatawan harus diberikan rambu-rambu yang jelas, apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh. Jelas ini harus melibatkan asosiasi travel agent dan pemandu wisata tentunya.
Ada 5 komponen masyarakat di nagari nagari yang harus terlibat pengembangan pariwisata madani yaitu, alim ulama, niniak mamak, cadiak pandai/aparat nagari, bundo kanduang, dan pemuda parik paga.
Kelima komponen masyarakat inilah yg harus terus menerus menjaga pariwisata tidak bergeser dari norma-norma budaya. Sebab budaya itulah sesungguhnya yg menjadi daya tarik wisata itu sendiri nantinya. Sebab orang berwisata itu ingin melihat apa yang belum pernah dia lihat ragam budaya dan tradisi. Ingin Mendengar apa yang belum pernah dia dengar. Baik itu informasi-informasi daerah, legenda, cerita rakyat, musik tradisi, sejarah dan asal usul daerah.
Kemudian ingin merasakan apa-apa yang belum pernah dia rasakan. Seperti, kuliner khas daerah dengan kemasan higienis dan bersih tentunya.
Artinya dapat kita lihat bahwa pariwisata telah memaksa kita untuk mempersiapkan daerah dan masyarakatnya harus mempertahankan budaya, kearifan lokal, seni Tltradisi, kuliner khas daerah, kebersihan, keindahan, kenyamanan dan menjaga kelestarian alam.
Semua itu sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya kita bahwa Islam itu menyuruh umat untuk bersih, menjadi tuan rumah yang baik dengan ramah dan sopan santun memuliakan tamu. Serta islam menyukai keindahan dan kita diwajibkan menjaga alam ciptaan-Nya.
Dari segi budaya ternyata juga dengan pariwisata, anak-anak nagari kembali mengenal seni tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan acara-acara adat, makanan-makanan tradisional yang lebih sehat dan bahkan harus di tingkatkan agar dapat bernilai ekonomi. Seperti lahirnya sanggar sanggar seni tradisi dan silat, lahirnya ide-ide kegiatan-kegiatan adat harus di lestarikan yang nantinya menjadi daya tarik wisata dan bernilai ekonomi bila dikemas secara baik dan berkualitas.
Kedua, aspek menjaga kelestarian alam. Banyak pemahaman dari sebahagian pejabat bahwa mengembangkan pariwisata harus dengan membangun sarana fisik. Namun kita lengah dengan membangun sumber daya nanusianya. Akhirnya banyak bangunan-bangunan fisik yang dibuat malah merusak wisata itu sendiri dengan kerusakan orisinal destinasi yang tidak terjaga dari kelestarian yang menjadi daya tarik wisata itu sendiri.
Misalnya, pembongkaran bangunan-bangunan tua yang dirombak menjadi bangunan modern yang menghilangkan sejarah dari bangunan itu sendiri yanglg menjadi daya tarik wisatan. Kemudian, membangun gerbang-gerbang dan pagar beton di alam akan merubah estetika sebuah kawasan wisata alam yang ramah lingkungan dan lain sebagainya.
Pemahaman bahwa trend wisata dunia menuju rasa perlu kita wujudkan dalam pola pembangunan daya tarik wisata. Bahwa orisinalitas alam menjadi daya tarik sesunguhnya ke depan sebab wisata ke depan menuju ke pariwisata alam yang menjaga alam dari kerusakan kerusakan yang dilakukan oleh manusia.
Sungai mulai dikotori, maraknya perusakan terumbu karang. Selanjutnuya, adanya aksi ilegal logging yang telah membuat air sungai mulai kering dan air terjun hilang di beberapa tempat.
Perlu aturan dan regulasi tegas untuk menjadi kelestarian alam yang menjadi Sunnatullah untuk menjaga keberlangsungan kehidupan terhindar dari bencana dan menghilangkan daya tarik wisata itu sendiri tentunya. Inilah yang menjadikan menjaga kelestarian alam menjadi aspek penting dalam wujudkan pariwisata madani.
Ketiga, aspek berdampak kepada ekonomi masyarakat lokal. Suksesnya pariwisata bukan karena banyaknya wisatawan yg datang dan pergi. Tapi pariwisata akan menjadi sukses apabila berdampak terhadap ekonomi masyarakat.
Tidak bisa dibantah bahwa pariwisata telah menggerakkan sumber-sumber ekonomi bagi masyarakat, baik pengusaha besar, menengah dan kecil. Dengan jegiatan pariwisata munculah peluang-peluang usaha, baik perdagangan maupun jasa.
Seperti, usaha transportasi yaitu pesawat, taksi, mobil/bus rental, bus umum, ojek, rental sepeda, perahu wisata, kapal dan perahu wisata hingga transportasi tradisional seperti bendi dan lainnyan
Usaha kuliner seperti restoran, kafe, kedai makanan kaki lima, makanan khas daerah baik kering maupun basah. Usaha ini tentu sangat berdampak juga kepada produksi hasil pertanian dan perkebunan yang menjadi bahan dasar dari berbagai jenis kuliner. Disamping kebutuhan-,kebutuhan bahan untuk hotel-hotel yang rutin menyediakan makanan kepada tamu-tamunya.
Jasa akomodasi dan perjalanan wisata. Pariwisata telah membuka banyak lapangan kerja bagi usaha usaha jasa hotel, homestay, travel agent dan pemandu wisata baik pemandu gunung leisure maupun pemandu wisata minat khusus. Seperti skyper arung jeram, diver guide, caving guide, surver guide, jungle trekking guide, tandemfly paragliding pilot, pemandu mountain hikking dan banyak lagi operator-operator yangmemerlukan SDM untuk atraksi wisata.
Jasa atraksi wisata. Trens wisata dunia hari ini mereka akan lebih tertarik dengan berbagai tawaran aktifitas wisata dan bukan lagi hanya melihat lihat pemandangan alam dan bangunan-bangunan bersejarah. Banyak traksi yanh menjadi peluang bagi warga lokal untuk dikembangan menjadi sebuah daya tarik. Seperti pertunjukan seni tradisi, silat , belajar kuliner, craft dan lainnya.
Ternyata pariwisata juga menyentuh gerak ekonomi lainnya yg tanpa disadari merupakan rangkaian dari rantai ekonomi yang saling berkaitan satu sama lainnya. Seperti industri makanan sebagai oleh-oleh dan kerajinan tangan.
Kami sebagai penggiat wisata meyakini Mahyeldi dengan keberhasilan-keberhasilan beliau membangun pariwisata Kota Padang dan anak Mlmuda Audy dengan semangat muda visioner serta cerdas, akan mampu wujudkan pariwisata Sumbar yang maju, unggul dan berkelanjutan. (Pegiat Wisata di Sumbar)