JAKARTA – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan Indeks Zakat Nasional (IZN). Dengan indeks ini diharapkan dapat memberi gambaran peran zakat mengatasi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan penerima zakat/mustahik sekaligus memetakan perkembangan institusi zakat. “Indeks dapat dijadikan referensi dalam mengevaluasi kondisi terkini pengelolaan zakat, sekaligus menjadi acuan dalam menyusun kebijakan,” kata Ketua Baznas, Bambang Sudibyo di Jakarta, Selasa (13/12).
Secara umum, kata dia, IZN dapat memicu peningkatan kualitas pengelolaan zakat sehingga tujuan pengelolaan zakat nasional dapat tercapai sebagaimana tercantum dalam UU No 23/2011 tentang Zakat. Indeks tersebut, kata dia, merupakan yang pertama dan satu-satunya di dunia sehingga diharapkan dapat menjadi barometer pengelolaan zakat di dunia. Bambang berharap IZN dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja zakat secara nasional maupun internasional.
Negara-negara lain dengan pengelolaan zakat yang sudah baik juga dapat menggunakan indeks tersebut. Menurut dia, IZN dapat langsung diterapkan penghitungannya pada kuartal pertama 2017 dan dapat dihitung secara berkala satu atau dua kali dalam satu tahun. “Hingga kini memang belum ada alat ukur standar mengukur kinerja dan perkembangan zakat baik pada level nasional maupun internasional.
Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting dalam menentukan keberhasilan pencapaian pembangunan zakat,” kata dia. Selain itu, kata Bambang, dengan mengetahui perkembangan pencapaian kinerja zakat dapat juga diukur kontribusi zakat terhadap pembangunan ekonomi nasional.
“Bukan hanya oleh lembaga zakat, IZN diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang dapat dipakai oleh regulator, lembaga zakat dan juga masyarakat dalam mengevaluasi perkembangan zakat secara nasional,” katanya. Direktur Pusat Kajian Strategis (Puskas) Baznas, Irfan Syauqi Beik mengatakan penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis metode campuran yaitu metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dalam kajian ini metode kualitatif, kata dia, dipakai dalam membentuk model perkiraan penghitungannya. Sedangkan metode kuantitatif digunakan dalam menyusun komponen pembentuk IZN. Ant/E-3