in

Beban Warga Sikabu Tambah Berat, Biaya Transportasi Membengkak 2 Kali Lipat

Pemkab Siapkan Jembatan dan Bus Pemda 

Sehari pascaambruknya Jembatan Kayugadang yang menghubungkan Nagari Sikabu dengan Nagari Lubukalung, Kecamatan Lubukalung, Padangpariaman, menambah penderitaan masyarakat setempat. Warga harus mengeluarkan biaya transportasi dua kali lipat untuk memasarkan hasil pertanian dan menuju sekolah serta tempat aktifitas lainnya. 

Pasalnya, warga Nagari Sikabu maupun Nagari Lubukalung harus memutar lebih kurang 4 kilometer guna mencapai Jembatan Kotoburuak, Nagari Lubukalung, Kecamatan Lubukalung, jalan alternatif paling dekat dari lokasi yang ada sekarang ini. Merujuk inilah, warga berharap Pemkab Padangpariaman mencarikan jalan alternatif yang lebih dekat. ”Kami sudah usulkan agar Pemkab Padangpariaman membantu dua unit perahu. 

Jadi, kita bisa bantu warga dan anak-anak sekolah menyeberangi sungai,” ujar Wali Korong Kayugadang, Rustam kepada Padang Ekspres, kemarin (15/7). 

Untuk menuju ke Jalan Lintas Padang-Bukittinggi dengan melewati Jembatan Kotoburuk, menurut Rustam, warga harus menempuh jarak sekitar 7,5 kilometer. Bagi mereka, jarak itu sangat memperlambat aktivitas warga. Terutama, pelajar yang hendak bersekolah dan warga yang bekerja pagi.

“Biaya ojek saja sudah mahal sekarang. Perkiraan saya, beban masyarakat akan semakin berat sebulan pascabencana ini. Ekonomi masyarakat saya prediksi akan melesu, karena hasil pertanian semakin lambat penjualannya,” ujar Rustam.

 Sementara itu, Dostani, 65, warga Nagari Sikabu menyebut bahwa jalan alternatif melalui Jembatan Buayan lebih dekat ketimbang menggunakan Jembatan Kotoburuak untuk mencapai Jalan Lintas Padang-Bukittinggi. Namun, jalan itu biasanya hanya digunakan petani untuk pergi berladang.

”Memang ada juga warga yang melewati Jembatan Buayan itu menggunakan sepeda motor. Namun, hanya warga yang memang kesehariannya harus melewati jalan itu,” ujarnya. Menurut dia, jalan itu hanya bisa dilewati sepeda motor dan berlumpur.

Fitriana, 36, warga Nagari Sikabu lainnya mengakui bahwa beban hidup masyarakat semakin berat, terutama biaya transportasi yang meningkat dua kali lipat. “Ongkos ojek dari sini (bagian dalam Jembatan Kayugadang, red) hingga Pasar Lubukalung sekarang Rp 12 ribu. Jadi, pulang-pergi kami harus mengeluarkan biaya untuk ojek saja Rp 24 ribu. Padahal, sebelumnya separuh itu,” ujarnya.

Dia berharap Pemkab Padangpariaman segera mencarikan alternatif untuk meringankan beban warga. Salah satunya, memperbaiki jalan alternatif via Jembatan Buayan. “Kalau jalan menuju Jembatan Buayan bisa dibenahi, tentu sangat bagus karena jaraknya jauh lebih dekat,” ujar wanita beranak dua itu.

Iksandi Perdana Putra, 16, salah seorang siswa kelas 3 SMPN 2 Lubukalung, menyebutkan bahwa ambruknya jembatan membuat dia sangat kesulitan. “Tadi saya sampai di sekolah, yaitu pukul 08.00. Sangat jauh terlambat,” ujar Iksandi ketika diwawancarai Padang Ekspres di halaman sekolahnya. Dia ke sekolah bersama tantenya yang menjadi guru di SMPN 2 Lubukalung.

David Ilham, 17, siswa SMKN 1 Sintuk Toboh Gadang mengaku bolos sekolah setelah kesulitan memperoleh transportasi. Dia juga sepakat agar jalan alternatif melalui Jembatan Buayan perlu diperbaiki segera. “Lagian banyak juga siswa yang tinggal di sini (Nagari Sikabu, red), sekolah di SMAN 1 Batanganai. Mereka tentu akan sangat kesulitan, kalau pergi ke sekolah lewat Kotoburuk,” ujarnya.

Menurut rencana, hari ini (16/8), warga bergotong royong membersihkan jalan menuju Jembatan Buayan. Harapannya, jalan tersebut bisa dilewati kendaraan roda dua. ”Besok (hari ini, red), kami  bersama warga Korong Surantiah akan menimbun jalan yang persis berada dekat ladang saya. Paling kurang kendaraan roda dua bisa dengan mulus  melewati jalan alteratif melalui Jembatan Buaya tersebut,” kata Marodaik, 56, warga Nagari Sikabu.  

Warga, tambah Marodaik, sangat berterima kasih apabila pembukaan jalan tersebut turut dibantu pemerintah. Lebih-lebih, jalan yang akan dibuka lebarnya 4 meter. “Kalau Pemkab Padangpariaman ingin membantu membuka jalan dengan lebar sekitar 4 meter, saya menjamin tidak akan ada masalah,” ujar Marodaik.

 Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur mengaku sudah memahami kondisi lahan menuju Jembatan Buayan itu. Bahkan, dia mengklaim lahan tersebut sudah dibebaskan pemerintah. “Jadi, sekarang ini tidak ada lagi permasalahan di pemerintah. Masalahnya hanya ada di internal pemilik lahan saja,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni yang baru saja sampai di BIM setelah melaksanakan kunjungan kerja ke Jakarta, langsung menuju lokasi jembatan ambruk. “Selama dinas di luar daerah itu (Jakarta, red), saya tidak nyaman karena ingin melihat langsung kondisi warga yang pastinya sangat membutuhkan solusi atas kejadian ini,” ujar Ali Mukhni didampingi Plh Sekkab Padangpariaman Hanibal, di Jembatan Kayugadang, kemarin.

 Untuk penanganan pascabencana, menurut Ali Mukhni, pihaknya segera membuat laporan tertulis kepada Pemprov Sumbar dan Pemerintah Pusat. Namun menjelang itu, dia akan menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Padangpariaman membuat jembatan darurat untuk membantu warga melintas di sana. “Kami akan bangun jembatan darurat di sini. Setidaknya bisa membantu warga melintas menggunakan kendaraan roda dua,” ujar Ali Mukhni.

 Selain itu, pihaknya juga akan menyediakan bus Pemkab Padangpariaman untuk mempermudah para pelajar di nagari itu menuju sekolahnya. “Kita akan sediakan bus di sini untuk transportasi anak-anak ke sekolah. Jadi, anak-anak kita tidak terganggu proses pendidikannya,” ujar Ali Mukhni yang mendapat anggukan dari salah seorang tokoh masyarakat Nagari Sikabu, Sukri Umar. 

Di sisi lain, Ketua Komisi IV DPRD Sumbar M Nurnas mengingatkan seluruh kepala daerah untuk segera melakukan langkah pemetaan infrastuktur yang sudah tidak layak, terutama jembatan rangka baja. “Unsur pemeliharaan terhadap jembatan rangka baja sangat diperlukan. Jika tidak, jembatan tersebut akan mudah untuk ambruk,” ujar dia. 

Politisi Partai Demokrat itu mengatakan, sebenarnya pembangunan jembatan rangka baja di Indonesia sudah mulai ditinggalkan dan diganti dengan jembatan beton yang tahan lama, serta mudah perawatannya. “Sedangkan jembatan rangka baja lebih susah perawatannya. Kalau terlambat, jembatan akan ambruk seperti di Kayugadang, Lubukalung,” jelasnya.

Terpisah, Kapolda Sumbar, Irjen Pol Fakhrizal menyebutkan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan seiring semakin banyaknya penambangan pasir batu  dan kerikil (Sirtukil) ilegal. “Kami sudah lidik tunggu saja nanti bagimana keputusannya. Yang jelas, kita akan melakukan pengkajian lebih lanjut dan tim sudah mulai bekerja,” ucapnya singkat. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Menyorot Pelayanan Koperasi Jasa Keuangan Gunungpangilun

18 Ribu Pelamar Wajib Ulang Unggah Dokumen