Truk, 3 Motor Terjuni Batang Anai, Enam Luka-luka
Jembatan Kayugadang yang menghubungkan, Nagari Sikabu dengan Nagari Lubukalung, Kecamatan Lubukalung, Padangpariaman, kemarin (14/8) sekitar pukul 15.00, ambruk ke dalam Batang Anai. Enam orang dilaporkan terluka dalam kejadian itu, satu unit dump truck bersama tiga sepeda motor juga terseret ke dalam sungai.
Korban luka-luka diketahui bernama Nita Wulandari, 18 (luka berat), Winda Suspita, 33 (luka berat). Lalu, Tiara Putri Ningsih, 13 (luka ringan), Misrizal, 39, luka ringan, Lara Putri Yulisman, 19, luka ringan dan Junaidi, 45, sopir truk warga Nagari Balah Ilir. Nita Wulandari dan Winda Suspita dirujuk ke RSUP M Djamil Padang guna mengobati luka parah yang dialaminya.
Robohnya jembatan berusia 30 tahun yang rangkanya bekas kerangka Jembatan Pasarusang Batanganai itu, mengejutkan warga sekitar. Terlebih, sewaktu kejadian jembatan itu sedang ramai dilewati warga. Kendati hujan lebat, tak menyurutkan warga untuk mengevakuasi korban.
Pantauan Padang Ekspres di lokasi kejadian, satu unit truk Hyundai berwarna biru Nopol BG 8144 EC bermuatan kerikil dan tiga sepeda motor terlihat berada di dasar Batang Anai. Sementara satu unit minibus Toyota Rush warna hitam Nopol BA 1082 FE mengantung di ujung jembatan.
Fitriana, 36, salah seorang warga Nagari Sikabu menyebutkan bahwa saat kejadian kawasan tersebut diguyur hujan lebat. Kendaraan yang melaju di jembatan itu, terlihat saling berdesakan. ”Biasanya hanya dilewati satu mobil saja, karena jembatan itu sudah goyang. Namun akibat hujan lebat, semua orang terlihat terburu-buru. Waktu itulah, bagian tengah jembatan ambruk,” ujarnya.
Kepala BPBD Padangpariaman, Amiruddin menyebutkan, jumlah korban sebanyak enam orang. Tiga korban yang mengalami luka ringan dibawa ke Puskesmas Lubukalung, sedangkan dua korban lainnya yang mengalami luka berat dirujuk ke RSUP M Djamil.
”Tim kami dibantu pemuda setempat, harus berenang menyeberangi aliran sungai untuk menyelamatkan korban,” ujar Amiruddin, dan diamini Wali Korong Kayugadang, Rustam, di sela-sela evakuasi korban, kemarin.
Sejauh ini, menurut Amiruddin, baru dua unit sepeda motor berhasil dievakuasi. Sedangkan truk pembawa kerikil masih berada di dasar Batang Anai. ”Tim kami kesulitan mengevakuasi truk, mengingat terbatasnya peralatan,” ujar Amiruddin.
Jalan Alternatif
Ambruknya jembatan ini, membuat warga setempat kewalahan. Otomatis, jarak terdekat menuju kedua nagari tersebut, terputus. Kini, warga berharap pemerintah daerah bisa mencarikan jalan alternatif.
Wakil Ketua DPRD Padangpariaman, Januar Bakri yang mengaku menghentikan paripurna setelah mendengar kejadian itu, memahami kekhawatiran warga.
”Kami sudah survei lokasi. Sekarang yang paling penting bagaimana mencarikan jalan alternatif untuk penyeberangan warga. Sebab, jembatan ini akses satu-satunya warga setempat,” ujar kader Partai Demokrat itu.
Berdasarkan fakta di lapangan, menurut dia, hanya terdapat dua jembatan alternatif yang bisa digunakan warga. Yakni, Jembatan Kotoburuk dan Buayan. Untuk itu, pihaknya meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUPR) Padangpariaman membenahi jalan menuju kedua jembatan tersebut.
”Jalan alternatif yang paling dekat itu lewat Jembatan Buayan (berjarak sekitar 4 km, red). Namun, jalan tersebut milik provinsi. Untuk itu, besar harapan kami agar Pemprov Sumbar memperbaiki atau paling kurang mendatarkan jalan menuju jembatan itu,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Komisi III DPRD Padangpariaman, Happy Neldy menyebutkan, jembatan itu sudah tidak layak lagi. ”Selain usia jembatan itu sudah tua, kapasitas kendaraan yang melewatinya bermuatan berat, seperti truk pengangkut material pasir, batu dan kerikil,” terang kader Partai Gerindra itu.
Dia berharap Pemprov Sumbar memberikan respons cepat untuk membenahi jalan menuju Jembatan Buayan. Sebab, jalur itu menjadi harapan terbesar masyarakat untuk lebih cepat menuju jalan utama (Jalan Padang-Bukittinggi, red).
”Kasihan kita dengan warga, terlebih anak sekolah. Mereka pasti sangat kesulitan keluar dari nagari. Sedangkan jembatan belum tentu bisa diperbaiki cepat,” ujar Happy.
Khusus jalan menuju Jembatan Kotoburuk, menurut Ketua Komisi II DPRD Padangpariaman Munofestoni, pihaknya meminta Dinas PUPR mendatarkannya dengan berkoordinasi dengan Pemprov Sumbar.
Menyikapi itu, Plt Kepala Dinas PUPR Padangpariaman, Budi Mulya berpendapat bahwa jalan alternatif terbaik yang bisa digunakan warga lewat jalan lingkar Duku-Sicincin sebelum mencapai Jembatan Buayan. ”Kami secepatnya berkoordinasi dengan provinsi, agar dilakukan pembenahan jalan Duku-Sicincin,” ujarnya.
Menurut dia, Jembatan Kayugadang membentang sepanjang 90 meter, di mana sekitar 30 meter di antaranya putus kemarin. ”Sebanarnya, kami sudah menyiapkan proposal untuk pembangunan jembatan ini. Untuk itu, sekarang kami berupaya keras ke tingkat provinsi dan pusat agar pembangunan jembatan bisa dianggarkan,” katanya.
Stop Truk Sirtukil
Ambruknya Jembatan Kayugadang mestinya perlu menjadi pelajaran bagi Pemkab Padangpariaman agar lebih teliti dan tegas. Khususnya, menertibkan aktivitas truk pengangkut material pasir, batu, dan kerikil (sirtukil). Sebab, warga menilai bahwa jembatan itu bukan hanya kurang mendapat perhatian pemerintah, namun juga menjadi tidak kokoh setelah kerap dilalui kendaraan muatan berat.
Ritno Kurniawan, salah seorang tokoh muda di Lubukalung mengatakan, gejala kerusakan Jembatan Kayugadang sudah terlihat hampir 10 tahun lalu. Namun kerusakannya tidak diperbaiki secara serius, tapi hanya ditimbun menggunakan pasir oleh pemilik truk. Hasilnya, beban badan jembatan semakin berat. ”Jembatan ini menjadi akses utama masyarakat. Bisa dikatakan, jembatan ini urat nadi pergerakan ekonomi warga,” ujar penggerak wisata Nyarai Lubukalung itu.
Efifatul Hidayah, salah seorang warga Nagari Sikabu mengatakan, terbannya Jembatan Kayugadang memang menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk lebih perhatian terhadap pembangunan. Selain itu, dia berharap kejadian itu menjadi pendorong bagi masyarakat untuk menghentikan aktivitas truk pengangkut sertukil. ”Selama ini tidak ada yang melarang. Nah setelah kejadian ini, harusnya kita mulai belajar untuk menjaga nagari ini,” ujarnya.
Tokoh masyarakat Nagari Sikabu, Juliyus Budi, yang juga anggota DPRD Padangpariaman mengatakan, dia sangat mendukung keinginan masyarakat. Namun bagi dia, ambruknya jembatan Kayugadang itu akibat usia kerangka jembatan sudah sangat tua.
”Saya tahu betul, kerangka Jembatan Kayugadang ini bekas kerangka Jembatan Pasarusang Batang Anai selesai dikerjakan pada tahun 1985 silam. Padahal, kerangka jembatan Batang Anai yang dipindahkan tersebut, umurnya jauh lebih tua lagi, yakni, sejak zaman Presiden Soekarno,” ujarnya.
Terkendala Anggaran
Bupati Padangpariaman, Ali Mukhni yang dihubungi Padang Ekspres, tadi malam (14/5) mengakui bahwa usia Jembatan Kayugadang sudah sangat lama. Hanya saja, pihaknya terkendala untuk pembangunananya karena membutuhkan biayanya yang besar, mencapai sekitar Rp 40 miliar.
”Tadi (kemarin, red) Sekkab, Kadis PUPR, BPBD, dan dinas terkait sudah meninjau lokasi. Sekarang kami mengupayakan jalan alternatif agar akses warga tetap lancar,” ujar Ali Mukhni kepada Padang Ekspres.
Dia juga memerintahkan Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur, bersama Dinas PUPR dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, meninjau kembali jembatan tersebut, pagi ini (15/8). Hal ini dilakukan guna menghitung segala kebutuhan untuk perbaikan jembatan tersebut. ”Insya Allah, langkah cepat kita lakukan untuk membenahi jembatan ini melalui bantuan anggaran kebencanaan dari BNPB,” ujarnya.
Soal galian C, Ali Mukhni mengakui bahwa aktivitas tambang sirtukil sangat menjamur di Kecamatan Lubukalung tersebut yang bergerak secara ilegal. ”Kami bisa saja menyurati Pemprov Sumbar untuk penertiban tambang galian c ini. Namun, Pemprov Sumbar kan tidak ada mengeluarkan izin mereka (penambang, red). Jadi, semua aktivitas tambang di sana ilegal,” ujarnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.