in

Belajar Dari Youth Opportunity Program Jitu

Elfindri, Direktur SDGs Padang

SEBUAH kajian yang komprehensif mencoba melihat dampak program kredit untuk pemuda terhadap perbaikan berbagai indikator kemiskinan. Blattman dkk (AER, 2020) menelusuri setelah berjalannya program Yang dimaksud selama 9 tahunan, ribuan pemuda Uganda diberi kredit modal kerja sebesar US 400 untuk usaha start up.

Hasilnya positif bisa membuat pemuda yang berasal dari keluarga miskjn dapat ke luar dari kemiskinan. Sebuah terobosan elok bagaimana memutus mata rantai kemiskinan antar generasi.

Program kredit untuk pemuda ini cukup relevan tentunya pada saat kualitas pendidikan anak muda relatif rendah, dan mereka tidak cukup pengalaman dan keteramplan selama menjalani masa pendidikan.

Peranan penyediaan kredit lebih kepada proses dimana pemuda akan semakin mampu melewati proses melalui prinsip learning by doing. Temuan penelitian Blatter dkk 2020 ini sejalan dengan hasil temuan enterpreunership di Amerika Serikat.

Ketika penyediaan kredit dikurangi, dan anak muda yang potensial semakin sedikit yang akses, maka setelah 10 tahun, memang terjadi jumlah anak muda yang tercatat sebagai self employed menurun, sekaligus kajian itu menemukan konsistensi dampak kredit terhadap masa depan terbukanya pasar kerja.

Di Indonesia masih banyak variasi program yang dirintis melalui program nasional dan daerah. Mulai dari program Kartu Pra Kerja, yang masih belum jelas effectiveness program itu. Dana yang besar mungkin bisa terserap tapi apakah anak muda mampu memanfaatkan kartu pra kerja untuk mereka semakin mendiri pada masa transisi masuk pada pasar kerja?

Program terhadap pemuda memang sangat diperlukan, keberpihakan pada mereka akan membuat jumlah pembayar wajib pajak akan meningkat. Namun tentunya program serupa mesti disiapkan dengan proses dimana learning by doing terbentuk, dan beban pemuda untuk membayar dalam bentuk pajak akan semakin terlihat.

Jika saja program yang sama dilakukan sesuai dengan konteks masalah masingpmasing desainnya dapat menyesuaikan. Kenapa banyak mahasiswa mengalami uutang oleh Pinjol? Karena pemuda masih sangat terbatas akses mereka bisa bertahan untuk memperoleh pendidikan, sekalian juga akses terhadap usaha start up suatu saat akan membuat kesempatan pemuda untuk semakin kompetitif semakin terlihat.

Sayang sekali agenda seperti ini masih langka dan terbatas diinisiasi oleh pemerintah. Baik melalui pemerintah pusat sampai pemerintah daerah. Penyediaan kredit pinjaman untuk usaha pemula start up dengan skala mikro masih sangat relevan sebagai sebuah program yang ditawarkan ke depan.

Kita pernah dengar bahwa program grameen Bank di Bangladesh bahkan punya slogan zero refuse, dengan arti semua proposal dibiayai tergantung pada kesiapan. Jika belum siap ada proses pendampingan.

Tabungan Ustman yang digagas oleh Pemerintah Kota Bukittinggi juga bagian yang perlu didukung. Penyediaan kredit tanpa bunga adalah salah satu terobosan. Pemda bisa pinjam dana ke Bank Nagari, kemudian beban biaya pinjaman ditanggung melalui APBD.

Akuntabilitas dan tranparansi anggaran untuk program pemuda memang perlu disiapkan, semangat untuk bekerja secara serius, gigih berinovasi dan keberanian perlu ditanamkan.
Hanya dengan inovasi program yang ditujukan untuk pemuda, suatu saat akan lahir kemandirian pemuda dalam hidup sekaligus mereka tidak masuk miskin sebagaimana mungkin orang tuanya dulu. (Elfindri, Direktur SDGs Padang)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Permendikbudristek PPKSP Hadirkan Rasa Aman dari Kekerasan

Momentum Hari Tani Nasional, Saatnya Petani Berkembang dan Berdaya