Dari Peringatan Hari Pangan Sedunia, Presiden Joko Widodo memberi pesan tegas tentang pentingnya benih unggul sebagai kunci keberhasilan swasembada pangan.
Dalam kehidupan ini, kualitas sebuah produk, diawali dari ‘investasi’ benih yang ditanam sejak awalnya. Tak ubahnya dengan hidup manusia yang ditentukan oleh kualitas pendidikan formal maupun pembentukan karakter anak sejak usia dini, demikian pula tanaman, yang mutu panennya mutlak dipengaruhi oleh kualitas benih yang disemai. Baru kemudian ada faktor-faktor penunjang lain seperti pengairan, sistem tanam, cuaca, ketahanan terhadap penyakit, dan lain-lain.
Wajah Presiden Jokowi tampak berseri-seri saat mengunjungi Pameran Gelar Inovasi Teknologi sebelum menghadiri Puncak Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-XXXVI Tingkat Nasional Tahun 2016 di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Boyolali, akhir pekan lalu. Rona penuh senyum yang seolah membuyarkan rasa penat setelah penerbangan lebih dari satu jam di pagi hari dari Jakarta menuju Solo itu berawal usai meninjau panen padi di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Boyolali.
Di sela-sela menyaksikan pameran, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya benih dengan kualitas terbaik sebagai kunci utama untuk meningkatkan produksi bahan pangan, terutama komoditas padi dan jagung. “Ini menjadi kunci nantinya kita swasembada, kuncinya di benih, dengan hektar yang sama tapi hasilnya bisa dobel,’ kata Presiden sembari meninjau di area tanaman jagung, di sisi selatan area pameran.
Presiden memaparkan, dengan benih yang unggul, produksi padi dan jagung dapat ditingkatkan dua kali lipat meskipun dengan luas lahan yang sama. “Tadi 1 hektar biasanya 5 sampai 6 ton, tadi bisa 11,3 ton padinya, sekarang jagung juga sama biasanya 5 sampai 6 ton juga, sekarang juga bisa 11 ton dan punya potensi ke 13 ton,” kata Presiden.
Didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Presiden mengungkapkan bahwa tahun ini Indonesia sudah tidak mengimpor beras. “Padi tahun ini tidak impor jadi tahun depan sudah produksi terus. Penggunaan-penggunaan benih-benih unggul ini memberikan hasil yang baik,” paparnya.
Pesan penuh semangat tentang benih itu juga muncul karena di area pameran, Presiden Jokowi menyediakan waktu berhenti, lebih dari 15 menit, di depan stand PT Biogene Plantation, produsen benih padi hibrida varietas Sembada. Di situ, Presiden mendapat paparan dari Nasikin, Chief Agronomist sekaligus Wakil Direktur Utama Biogene.
“Potensi produksi padi hibrida Sembada 13,4 ton per hektar dengan rata-rata yang tercapai 10 ton per hektar. Angka ini jauh lebih tinggi daripada produksi padi inbrida,” kata Nasikin. Keunggulan lainnya, padi hibrida Sembada menghasilkan tekstur dan nasi yang cita rasanya disukai masyarakat. Berikutnya, varietas hibrida Sembada memiliki gen ketahanan terhadap beberapa jenis hama utama tanaman padi.
Mendengarkan penjelasan dari Nasikin, Presiden Jokowi tak perlu banyak waktu untuk membubuhkan pesan tertulisnya. “Laksanakan penanaman sebesar-besarnya,” begitu tulisan tangan Presiden Jokowi, menyiratkan dukungannya pada inovasi bidang perbenihan demi mewujudkan program swasembada pangan Indonesia.
Dua hari sebelumnya, Biogene menggelar panen benih padi hibrida varietas Sembada B9 di Desa Ngompro, Kecataman Pangkur, Ngawi, Jawa Timur. Dihadiri Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sidharto Danusubroto, dan Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Biogene bercita-cita meluaskan area tanam padi hibrida.
“Insya Allah dengan bimbingan dinas pertanian, pemerintah, tahun depan target kami 600 ha,” kata Direktur Utama PT Biogene Plantation Bambang Purwadi Priyono. Saat ini, ada 200 hektar lahan di Ngawi yang menjalin kerjasama penanaman padi hibrida dengan perusahaan yang berkantor di Gresik itu.
Bambang menceritakan ide memproduksi benih padi hibrida Sembada berawal dari keinginan menyediakan beras berkualitas untuk memenuhi ransum TNI. Pada 2006, penelitian dan pengembangan mulai dilakukan.
Kini, Biogene telah melepas sembilan varietas benih padi hibrida Sembada, yakni B3, B5, B8, B9, Sembada 101, Sembada 168, Sembada 188, Sembada 626, dan Sembada 989.
“Empat di antaranya, yaitu varietas Sembada B9, Sembada 168, Sembada 188, dan Sembada 989, sangat disukai masyarakat dan banyak ditanam di hampir semua kantong produksi padi Indonesia,” ungkapnya. Bahkan, Biogene sudah mengekspor benih padi hibridanya ke Brunei Darussalam dengan hasil panen lebih tinggi dari padi sejenis dari Filipina, China, dan Malaysia.
Dalam panen benih itu, Menteri Pertanian menuturkan, banyak petani Indonesia yang sekadar menanam padi saja tanpa mempertimbangkan benih. Padahal, menurut Mentan, pemilihan benih padi hibrida atau unggul berpengaruh terhadap produksi panen. “Masyarakat kerpa hanya asal tanam benih saja. Padahal capeknya sama, biayanya sama. Tapi dengan benih unggul produksinya jauh lebih besar, naik hingga tiga ton per hektare,” kata Amran.
Ia menambahkan, jika petani beralih menggunakan benih unggul, ada nilai tambah hingga 120 triliun di dari total lahan nasional. Kementan saat ini mulai mengalokasikan benih hibrida subsidi dan gratis untuk petani di seluruh Indonesia. “Atas arahan Bapak Presiden, kita bagi benih gratis untuk 1 hingga dua juta hektare dan benih subsidi minimal untuk empat juta hektar. Lahan lima juta hektar itu sudah 34 persen dari lahan pertanian di Indonesia,” paparnya.
Jika program penanaman besar-besaran dengan bibit unggul yang terbukti meningkatkan produktivitas petani ini diwujudkan, tentu harapan Presiden Jokowi bahwa Indonesia menang ‘perang’ akan terwujud. Dalam acara puncak Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-XXXVI Tingkat Nasional 2016, Presiden menyatakan bahwa pangan merupakan salah satu dari tiga hal yang akan diperebutkan dalam era kompetisi antar negara, selain air dan energi.
Oleh karenanya, setiap negara harus terus mempersiapkan kedaulatan persediaan pangan nasional dengan baik, termasuk Indonesia yang merupakan negara subur namun masih memerlukan impor sejumlah bahan pangan dari negara lain.
“Negara kita negara besar, negara subur, tapi kita harus berbicara apa adanya. Tahun lalu beras, kedelai, jagung, buah-buahan, gula masih impor,” kata Presiden Jokowi. Namun, optimisme terpancar karena, menurut Presiden, dengan kerja keras dan semangat perubahan yang tinggi, maka kedaulatan persediaan pangan nasional akan terwujud.
.