Intensitas hujan yang tinggi sejak beberapa pekan terakhir menyebabkan kerawanan bencana di kawasan Kecamatan Gunuang Omeh. BPBD Limapuluh Kota mendeteksi potensi bencana tanah bergerak di Jorong Aie Angek, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, sejak 24 November lalu.
Tanah bergerak menyebabkan retakan dan celah di tanah dengan potensi sewaktu-waktu akan terus bergerak. Sebab kawasan dengan topografi berbukit, lereng dan lembah. Diperparah kondisi tanah yang labil. Sehingga warga diimbau terus waspada dan memperhatikan risiko terjadinya longsor.
Kalaksa BPBD, Rahmadinol, mengatakan retakan tanah berada dekat dengan pemukiman warga dan salah satu titik jalan ruas Suliki-Sungai Dadok mengalami terban dengan kerusakan ringan.
“Ya, memang akibat intensitas hujan cukup tinggi sejak beberapa pekan terakhir, membuat kondisi tanah labil dan berpotensi longsor dengan pergerakan tanah. Kita berharap masyarakat waspada. Siap untuk selamat,” ungkap Rahmadinol Datuak Sutan Kabilangan, Senin (28/11) sore.
Kalaksa BPBD yang juga Manajer Pusdal Ops PB ini, sebelumnya menyebutkan potensi dampak bencana di Aie Angek sekitar 10 unit rumah. Sementara Dua unit bangunan berada pada kondisi sangat rawan. Kerawanan bencana tersebut sudah disampaikan kepada warga untuk tetap waspada, jika curah hujan terus tinggi beberapa hari ke depan.
“Akibat tingginya curah hujan pada hari Kamis tanggal 24 November sekitar pukul 22.30 Wib di Jorong Aia Angek, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh. Sehingga menyebabkan pergerakan tanah dan terbannya badan jalan,” terang Kalaksa seperti laporan tertulis BPBD Limapuluh Kota.
Ditambah Ramadinol, Pusdalops PB sudah melakukan koordinasi dengan pihak Polri, Nagari dan masyarakat. Semntara TRC melakukan kaji cepat, kemudian koordinasi dengan pihak PUPR, selanjutnya BPBD juga telah mengirim permohonan kajian terhadap kondisi tanah bergerak ke Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Berkoordinasi dengan Wakil Penanggung Jawab Pusdal Ops PB, Elsiwa Fajri dan Manajer Pusdal Ops PB, Ade Putra N, Kalaksa BPBD mengambil kesimpulan tindakan lebih lanjut, mulai dari meminta agar pemilik rumah sekitar tanah bergerak untuk siaga apabila intensitas hujan tinggi dan sekaligus upaya menimalisir korban jiwa.
“Kemudian kita sosialisasi ke masyarakat dalam mitigasi tanah bergerak di Nagari Koto Tinggi. Selanjutnya diperlukan Koordinasi dengan Geologi terkait tanah bergerak. Begitu juga dengan perluya kajian teknis dengan OPD terkait, karena potensi longsor sudah ada, dan mengancam perumahan masyarakat. Akibat cuaca yang tidak menentu diharapkan kepada semua elemen masyarakat harus waspada terhadap bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di Lingkungan tempat tinggal masing-masing,” terang kalaksa BPBD.
Tidak hanya di Nagari Aei Angek, topografi kawasan Kecamatan Gunuang Omeh dengan perbukitan di jajaran Bukit Barisan, cukup ekstrim. Bahkan sebagai basis perjuangan di zaman Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), Kototingi sangat strategis dengan medannya yang sulit dijangkau musuh. Sehingga secara umum dengan nagari yang ada di daerah ini, cukup rawan tanah bergerak dan longsor.
“Memang selain di Aie Angek, jorong lainnya seperti di Kampuang Muaro, Kampuang Melayu dan sejumlah jorong lainnya, termasuk juga di nagari lainnya di Kototinggi, seperti di Jorong Sungai Mangkirai, Nagari Pandam Gadang dan sejumlah daerah lainnya,” uca, Metrizal, aktifis geologi di Limapuluh Kota, kemarin.
Menurut Metrizal, kondisi tanah yang labil dan kemiringan tanah, ditambah curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama. Sehingga jika dilihat kondisi saat ini, tanah bergerak akibat berada di kondisi lereng yang miring, kemudian dipicu curah hujan yang tinggi. ”Sementara kondisi tanah dan batuan di bawahnya cukup labil,” terang Metrizal. (fdl)