Akhir-akhir ini tersebar berita yang menggambarkan daya beli masyarakat melemah. Lesunya perekonomian nasional sudah menjalar ke Kota Padang. Berita tersebut membuat kita, khususnya saya menjadi kepo (ingin tahu, red). Bermacam pertanyaan berseliweran mencari jawaban.
Kalau dilihat suasana pasar tradisional di Kota Padang, kegiatan jual beli masih berjalan normal. Begitu juga dengan kegiatan transaksi di mini market-mini market masih terlihat normal. Hal ini sedikit berbeda dengan kondisi pusat perbelanjaan seperti di mal yang terlihat agak lengang. Tapi menjelang hari Raya, liburan dan event lain, biasanya tempat-tempat tersebut akan ramai oleh pengunjung.
Melirik data yang dirilis BPS, laju pertumbuhan ekonomi khususnya pengeluaran konsumsi masyarakat Sumatera Barat selama tahun 2017 terjadi peningkatan. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi masyarakat tercatat 0,27 persen (triwulan I 2017 terhadap triwulan IV 2016). Pertumbuhannya meningkat lagi menjadi 2,69 persen (triwulan II terhadap triwulan I 2017). Data tersebut menggambarkan daya beli masyarakat Sumatera Barat sejatinya tidak melemah. Daya beli itu ada, tapi cara konsumen membelanjakan uangnya yang beralih.
Kemajuan teknologi informasi saat ini telah menggeser pola belanja masyarakat. Era internet membuat perilaku konsumen berubah. Fenomena tersebut terjadi sedemikian massive dan cepat. Masyarakat lebih suka berbelanja online ketimbang belanja offline di pusat perbelanjaan. Diujung jari, transaksi terasa lebih menyenangkan dan menguntungkan. Lebih banyak pilihan, lebih praktis dan nyaman, ada program promosi dan potongan harga, bahkan iming-iming free ongkos kirim telah menggiurkan konsumen memanfaatkan sarana online ini.
Terjadi juga pergeseran paradigma, kesan ekslusif berbelanja di mal. Dulu masyarakat lebih mementingkan sebuah prestise dari perilaku sosial masyarakat yang menganggap membeli barang di mal terkesan mewah. Selain belanja juga dimanfaatkan sekalian wisata atau cuci mata. Namun, paradigma tersebut juga sudah bergeser. Mal sudah menjadi tempat yang biasa bagi masyarakat. Kalaupun mau berwisata, mereka akan mencari tempat rekreasi lain.
Mal di Kota Padang akan terlihat sangat ramai pada saat grand opening. Hal ini ditandai dengan kondisi jalan di sekitar mal macet total, saking membeludaknya pengunjung yang datang. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak bertahan lama. Setelah itu, pengunjung mulai stagnan.
Selain itu, adanya kecenderungan pedagang yang berjualan pada event atau acara tertentu dan waktu tertentu. Seperti di GOR H. Agus Salim dan Pantai Padang. Tempat-tempat tersebut menjelma menjadi pasar kaget setiap hari Minggu. Kegiatan olah raga pagi yang sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Padang untuk shopping dan barang-barang yang dijajakan up to date. Beragam jenis barang yang tersedia dengan kualitas yang tidak kalah bagusnya seperti yang dijual di pusat-pusat perbelanjaan, serta penawaran harga lebih murah.
Di samping itu, banyak bermunculan toko di sepanjang jalan utama membuat persaingan semakin ketat. Pembeli yang semakin selektif, bukan hanya jenis dan kualitas barang, harga yang murah, tapi pelayanan yang menyenangkan juga menjadi daya tarik pembeli. Masyarakat merasa lebih efektif dari sisi waktu, sambil berolahraga (kawasan GOR dan Pantai Padang) atau pulang kerja (sepanjang jalan) bisa belanja keperluannya tanpa harus mendatangi pusat perbelanjaan.
Terjadinya perubahan pola berbelanja masyarakat Kota Padang, membawa pengaruh terhadap keberadaan tempat perbelanjaan lain yang selama ini sudah berada di zona aman. Maraknya keberadaan toko online (e-commerce) diduga sebagai salah satu penyebabnya. Demikian juga semaraknya kegiatan jual beli di tempat lain seperti yang di GOR H. Agus Salim Padang, sedikit banyak berdampak terhadap eksistensi tempat-tempat perbelanjaan tersebut.
Dampak yang mungkin dirasakan langsung adalah lengangnya pengunjung beberapa mal di Kota Padang. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan bijak. Solusi yang tepat perlu diterapkan, sehingga bisa bertahan di tengah perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Para pelaku usaha maupun pengelola pusat perbelanjaan dan supermarket harus jeli dalam melihat pola konsumsi masyarakat.
Mereka perlu berinovasi agar mampu menciptakan daya tarik pengunjung, bertahan di tengah meningkatnya penjualan online. Mereka pun bisa memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, line dan lainnya untuk mempromosikan bisnisnya. Pelaku usaha juga bisa menawarkan diskon harga, dan mengadakan event-event yang dapat menarik pengunjung.
Kalau perlu pusat belanja menyediakan fasilitas foodcourt, sinema dan tempat bermain anak seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa pusat perbelanjaan lain. Mengingat, di samping shopping, pengunjung juga perlu sarana tempat bersantai. Jika tersedia paket komplit bagi seluruh anggota keluarga yang tersaji dalam satu atap, diharapkan akan menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Apapun cara transaksinya, seharusnya kegiatan tersebut dapat menunjang geliat perekonomian Kota Padang maupun nasional. Kita berharap semua kegiatan ekonomi baik di pasar tradisional, pasar modern, kegiatan ekonomi konvensional atau online sama-sama maju dan saling menopang satu sama lain. Mereka bisa saling mengisi, saling melengkapi tanpa menjadi “monster”bagi yang lain. (*)
LOGIN untuk mengomentari.