Jakarta (ANTARA) – Sebagian masyarakat saat ini tentunya telah mengantongi Tunjangan Hari Raya (THR), terbukti sejumlah pusat perbelanjaan padat dengan pengunjung untuk berbelanja kebutuhan lebaran.
Bahkan sempat menjadi viral, pengunjung di Pasar Tanah Abang berdesak-desakan pada awal Mei 2021 untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Busana muslim, perangkat shalat dan pakaian anak menempati peringkat teratas buruan masyarakat.
Namun patut juga diingat agar penghasilan berlebih ini tidak seluruhnya dibelanjakan. Mengapa demikian? Masyarakat tentunya harus mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan ke depan.
Baca juga: Kemenkominfo: 93 persen masyarakat pernah cari produk secara daring
Pandemi COVID-19 masih menjadi persoalan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini membuat masyarakat harus bijak untuk mengatur belanja.
Hal ini semata-mata agar ekonomi rumah tangga jangan sampai terganggu. Mengatur keuangan dengan pintar tentu menjadi hal yang menantang bagi setiap orang.
Adanya keinginan membeli sesuatu di luar kebutuhan menjadi godaan tertentu sehingga penting mengelola keuangan dengan baik. Terlebih di bulan Ramadhan ini, THR menjadi pemasukan yang ditunggu-tunggu.
Bisa habis
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengungkapkan pendapatan ekstra seperti THR dapat habis begitu saja apabila tidak ada kontrol dari pribadi masing-masing.
Ditambah melonjaknya harga-harga barang saat bulan Ramadhan membuat pengeluaran pun ikut lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Alih-alih berhemat, banyak orang malah menjadi lebih boros di bulan Ramadhan.
Apa saja pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga itu? Salah satunya acara buka puasa bersama di kafe dan restoran, belanja parsel untuk dikirim ke teman atau keluarga, membeli baju baru, hingga memberikan angpau ke keluarga atau teman.
Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia hilang Rp1.356 triliun akibat pandemi 2020
Pengeluaran seperti itu lazim bahkan sudah menjadi tradisi setiap kali lebaran.
Apabila seseorang tidak pintar mengelola keuangan tentu hal ini akan menyebabkan permasalahan terhadap kondisi keuangannya. Karena itu perlu strategi khusus agar pengeluaran tetap terkontrol.
Eko menyarankan setelah menerima THR, penting untuk membuat skala prioritas setiap pengeluaran. Hal ini sangat penting agar alokasi dana tidak digunakan untuk sesuatu yang bukan porsinya.
Dengan membuat daftar prioritas kebutuhan belanja akan lebih terkontrol dan tidak mudah tergiur barang lain yang bukan menjadi prioritas. Ini juga akan membantu menyesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing, ungkap Eko.
Hal lain yang bisa dipergunakan untuk menghemat pengeluaran adalah dengan memperhatikan harga barang akan dibeli termasuk kemungkinan mendapatkan diskon-diskon yang menguntungkan.
Ramadhan menjadi salah satu momen dimana banyak diskon yang diberikan oleh toko atau pedagang. Menurut Eko, masyarakat bisa memanfaatkan promo dan diskon tersebut untuk belanja kebutuhan.
Apalagi diskon saat ini sudah semakin banyak dan mudah diakses, hanya lewat internet atau aplikasi kita bisa mendapatkan diskon. Ini bisa dimanfaatkan untuk belanja kebutuhan yang banyak namun pengeluaran tetap terkontrol.
Diskon ini bisa menjadi solusi berbelanja di tengah kebutuhan yang semakin banyak namun harga juga melonjak.
Namun Eko juga mengingatkan bahwa keberadaan diskon ini bukan memancing untuk berbelanja tetapi seharusnya menjadi solusi ketika harus berbelanja kebutuhan.
Penting untuk diingat “Belanja dengan cari diskon, bukan diskon membuat kita belanja”.
Masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas voucher diskon daring. Saat ini banyak penyedia layanan seperti itu. Bahkan menjelang lebaran ini mereka bisa memberikan diskon di atas 40 persen ke berbagai “merchant“.
Hal ini dibenarkan Ricky Boy Permata selaku CEO penyedia layanan voucher diskon. Diskon ini memang diberikan karena mempertimbangkan tingginya kebutuhan masyarakat selama Ramadhan ditambah harga barang pokok juga ikut-ikutan naik.
Ricky mengatakan dalam membeli voucher diskon penting untuk memperhatikan kemudahan untuk mendapatkan (akses) beberapa bahkan menawarkan melalui aplikasi.
Pertimbangan lain. Agar memperhatikan mitranya (merchant dan brand). Semakin banyak mitra tentunya membuat voucher itu semakin menarik. Apalagi kalau voucher itu bisa diterima juga di gerai-gerai minimarket dan pasar modern lainnya.
Belanja daring
Masyarakat juga bisa memanfaatkan belanja daring mengingat mendekati lebaran seperti sekarang banyak penyedia e-commerce memberikan tawaran yang menarik berupa diskon barang.
Justru di tengah pandemi seperti sekarang ini berbelanja melalui toko daring dirasakan lebih aman ketimbang berdesak-desakan di pusat perbelanjaan atau pasar. Bahkan banyak dari toko offline seperti di Pasar Tanah Abang yang juga menyediakan layanan daring.
Menurut Nisa, seorang pedagang di Tanah Abang belanja di toko daring tidak mengenal libur atau tutup. Saat toko tutup, stok barang yang ada masih bisa dijual melalui toko daring.
Hal lain yang membuat toko daring menarik harganya sudah pasti tercantum, tidak perlu lagi bersusah payah menawar. Termasuk apabila ada diskon juga langsung diketahui.
Namun berbelanja di toko daring juga mengandung kelemahan, yakni ketika membeli baju tidak mengetahui kualitas dan jahitan dari baju itu sendiri.
Saat menerima barang terkadang konsumen kecewa barang yang diterima tidak sesuai harapan. Memang di dalam toko daring tertera deskripsi barang yang dibeli, namun untuk barang-barang tertentu memang tidak bisa dilaksanakan secara virtual.
Memang tersedia untuk bayar di tempat dalam artian kalau barang tidak sesuai harapan tidak perlu dibayar. Namun tetap saja untuk produk-produk tertentu keperluan lebaran tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan secara daring.
Dengan demikian berpulang kembali kepada masing-masing orang. Bisakah bijak untuk mengendalikan keuangan yang dimiliki dengan memanfaatkan teknologi atau tetap memenuhi hasrat untuk berbelanja dengan mendatangi langsung namun dengan tetap memperhatikan harga dan diskon barang.
Hal lain lagi yang perlu diperhatikan saat berbelanja kebutuhan lebaran, menurut Eko, menyesuaikan dengan kemampuan keuangan. Walaupun kebutuhan banyak, namun tetap harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan.
Karena itu harus disiplin dengan daftar prioritas kebutuhan kemudian disesuaikan dengan kondisi keuangan.
Menurut Eko walaupun Ramadhan bertebaran promo dan diskon, namun konsumen juga tetap harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan.
Jangan sampai kalap saat melihat diskon yang menggiurkan serta tetap berpegang teguh dengan daftar prioritas kebutuhan yang justru membuat tagihan kartu kredit membengkak.