JAKARTA, METRO–Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar membeberkan sebanyak 600 akun media sosial (medos) di dunia maya yang terindikasi mengandung paham radikalisme
“Kami mencatat setidaknya ada 600 akun berpotensi radikal,” ujar Boy dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar saat rapat kerja dengan Komisi III DPR RI, Selasa (25/1).
Boy mengaku saat ini, BNPT terus melakukan pengawasan terhadap 600 akun tersebut dengan bekerja sama dengan Polri, TNI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
“Seluruhnya kami kerjasamakan dengan berbagai stakeholder yang ada apakah di kepolisian, BSSN, BIN, TNI dan juga Kominfo,” katanya.
Menurut Boy dari 600 akun tersebut rinciannya adalah 650 konten propaganda, 409 konten umum dan informasi serangan, 147 konten anti-NKRI, 85 konten anti-Pancasila, tujuh konten intoleran, dan dua konten paham takfiri atau mengkafirkan, serta ada 13 konten berkaitan dengan pelatihan aksi terorisme.
Selain itu, setidaknya ada sebanyak 40 konten mengenai pendanaan terorisme. Sehingga saat ini dunia maya sangat dimanfaatkan bagi para pelaku teror untuk mengumpulkan pendanaan uang.
“Karena pendanaan terorisme di dunia maya ini dengan menggunakan platform yang ada cukup dominan akhir-akhir ini,” ungkapnya.
Boy berujar, dengan 600 akun di media sosial mengenai terorisme tersebut juga semakin meningkatkan aksi teror yang dilakukan seorang diri atau lone wolf.
“Kemudian fenomena teror seorang diri lone wolf ini juga cukup meningkat berkaitan dengan penyebarluasan paham radikalisme di sosial media sehingga seorang diri di antara warga negara kita ini telah berapa kali menjadi pelaku terorisme,” pungkasnya. (jpg)