Jumat, 21 Juni 2019 11:34 WIB
BANDA ACEH – Boat yang ditumpangi 39 jamaah zikir–sebelumnya berkembang informasi rombongan pengantin–yang berangkat dari Keunekai, Sabang, menuju Pulo Aceh, Kamis (20/6) sekitar pukul 11.30 WIB, tenggelam di perairan Pulo Dedap, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.
Lokasi tenggelamnya boat sarat penumpang itu terjadi di depan arus Lampuyang, atau terpaut sekitar 2 mil dari Pulo Aceh. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun boat dengan nama KM SKPT 29 Sabang tersebut hilang tenggelam di lautan.
Informasi yang diperoleh Prohaba, kemarin, boat tersebut berangkat dari Keuneukai bersama satu boat lainnya yakni KM SKPT 23 yang juga membawa jamaah zikir ke Pulo Aceh. Namun, saat berada sekitar dua mil dari arus Lampuyang, KM SKPT 29 yang dinakhodai Marzuki itu oleng akibat dihantam ombak besar. Karena tak dapat dikendalikan, boat KM SKPT 29 Sabang itu seketika hilang tenggelam.
Sebelum boat tenggelam, penumpangnya langsung terjun ke air untuk menyelamatkan diri. Syukur, semua penumpang boat itu berhasil diselamatkan boat KM SKPT 23. “Seluruh penumpang selamat setelah ditolong boat KM SKPT 23. Mereka akhirnya dievakuasi ke Gampong Gugop, Kecamatan Pulo Aceh,” kata Kepala Kantor SAR (Kakansar) Banda Aceh, Budiono SE, yang membagikan informasi tersebut dalam grup WhatsApp (WA) termasuk Prohaba.
Menurut Budiono, setelah menerima informasi ada boat penumpang yang tenggelam di Perairan Pulo Dedap, sekitar pukul 12.15 WIB, petugas Basarnas-Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) langsung mencari informasi dari penumpang yang selamat.
“Informasi yang kami terima, satu dari puluhan penumpang boat itu sempat pingsan karena banyak terminum air. Tapi, belakangan ia sudah sadar kembali. Selain itu, sebagian penumpang juga masih trauma,” ujar Budiono.
Kakansar Banda Aceh ini juga menerangkan, karena kondisi cuaca yang tak memungkinkan, rombongan zikir tersebut akan bermalam di Pulo Aceh. “Kalau tak ada kendala, besok pagi (hari ini-red) sekitar pukul 07.30 WIB, KN SAR Kresna akan menjemput mereka ke Pulo Aceh untuk dibawa pulang ke Balohan,” demikian Budiono.(mir)