Jakarta (ANTARA News) – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Kongres Teknologi Nasional 2017 menawarkan teknologi Intelligent Transportation System (ITS) untuk mengurangi kemacetan lalu lintas perkotaan.
“Rekomendasi yang dikeluarkan untuk atasi kemacetan dengan Intelligent Transportation System seperti yang sudah digunakan Jepang. Kita uji di Pekalongan nanti,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Wahyu Widodo Pandoe saat menyampaikan rekomendasi bidang teknologi transportasi pada penutupan Kongres Teknologi Nasional 2017 di Jakarta, Rabu.
Teknologi ini, menurut Wahyu, mirip seperti Google Map, yang jika digunakan pengendara dapat berfungsi untuk mengantisipasi terjebak kemacetan. Dalam kaitannya dengan manajemen lalu lintas teknologi dapat pula berfungsi kepadatan lalu lintas.
Kebijakan transportasi perkotaan yang tepat, ia mengatakan, ditujukan untuk menata kebijakan mengatasi kemacetan dengan meningkatkan mode berbagi angkutan umum pada 2025 sebesar 30 persen. Dirinya meyakini target tersebut dapat tercapai dengan segera beroperasinya transportasi masal seperti MRT, LRT, komuter line dan BRT.
Tujuan baiknya, menurut Wahyu, untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan di perkotaan, dengan prioritas dilakukan riset dan pengembangan (risbang) teknologi kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan berbasis bahan bakar green diesel, green gasoline, hibrida, listrik, teknologi gas dan biofuel.
“Bagaimanapun Indonesia tidak bisa mundur dari Paris Agreement. Maka target penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26 persen di 2020 harusnya mempercepat upaya-upaya menekan emisi salah satunya dengan membenahi transportasi perkotaan,” ujar dia.
Untuk mencapai target tersebut, menurut Wahyu, rekomendasi yang juga diberikan dalam kongres adalah mendorong Pemerintah menyiapkan SDM, fasilitas dan kelengkapan badan atau lembaga technology clearing house pengujian dan sertifikasi produk teknologi ramah lingkungan dan hemat energi.
Penguatan teknologi otomotif hemat energi dan ramah lingkungan yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan yang telah disebutkan sebelumnya perlu dilakukan. Sekaligus, ia mengatakan penerapan standar emisi Euro 4 di 2018 untuk bensin, dan 2021 untuk diesel.
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2017