Apa yang ada dipikiran anda jika mendengar adanya kasus pemerkosaan? Mungkin anda akan berpikir bagaiama usaha sang korban untuk menyelamatkan diri entah itu dengan cara berteriak, meronta ataupun menangis saat penyerangan terjadi.
Baru-baru ini peneliti asal Swedia mengungkapkan hasil penelitiannya. Dia adalah Dr. Anna Moller, yang merupakan salah satu peneliti yang terlibat dalam riset tersebut menemukan adanya gejala kelumpuhan sementara yang dialami sebagian korban perkosaan ketika mereka diserang pelaku. Gejala kelumpuhan ini disebut dengan tonic immobility.
Kelumpuhan sementara yang dialami korban perkosaan menurut Moller adalah merupakan reaksi defensif dari tubuh yang bersifat alami dan biasanya, reaksi yang tidak disengaja ini terjadi saat seseorang merasakan ketakutan luar biasa. Dalam riset Dr. Moller, kelumpuhan sementara ini mirip dengan kondisi katatonia, yakni keadaan di mana seseorang tidak akan bisa bergerak, berbicara, dan merespons stimulasi apa pun yang diterima oleh tubuhnya.
Bukan hanya kelumpuhan sementara yang akan dirasakan oleh korban tetapi juga kemungkinan mengalami depresi, bahkan gangguan stres Pascatrauma bisa dialami oleh korban. Adanya fenomena kelumpuhan sementara ini membuat banyak dari korban pemerkosaan enggan untuk melaporkan kejadian pahit yang ia alami karena takut akan pertanyaan “mengapa kamu tidak melawan?” “mengapa kamu tidak berusaha untuk lari?”
Bahkan berdasarkan hasil penelitian Dr. Moller, ia mendapati bahwa 7 dari 10 orang korban pemerkosaan mengalami kelumpuhan sementara. Itu artinya kelumpuhan sementara ini bukanlah fenomena yang jarang terjadi melainkan sangat sering.
Untuk itu berhentilah menyalahkan korban pemerkosaan. Kehadiran anda justru seharusnya dapat menghilangkan trauma yang dialami korban agar supaya dampak stres yang bisa dialami korban dapat terhindarkan. Semoga bermanfaat!
kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,