“Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer
A. Tentang Menulis
1. Menulis Sebagai Proses
Tahukah anda? Semua penulis paling hebat sekalipun di dunia ini, pasti memiliki karya yang paling buruk. Kenapa? Karena mereka memulai belajar menulis dari Nol. Sehingga tak ada pernyataan bahwa mereka menjadi penulis hebat secara tiba-tiba.
Lalu bagaimana mereka mampu menjadi penulis hebat? Mereka menjalani proses selama bertahun-tahun. Andrea Hirata, yang namanya mencuat setelah membuat Novel berjudul Laskar Pelangi dan bahkan difilmkan, sebelumnya harus mendalami kepenulisan sastra melalui kuliah di Amerika. D. Zawawi Imron, untuk membuat puisinya yang berjudul “Ibu” dimuat di Media Kompas, beliau melakukan pengeditan selama 1 Tahun.
Dan saya? Ah, apalah saya. Saya mulai konsisten belajar menulis pada tahun 2013 akhir, dan puisi saya baru dimuat untuk pertama kalinya di Koran Radar Surabaya pada tahun 2015. Padahal saya mengirimnya di tahun 2014. Kesimpulannya? J.K. Rowling yang terkenal dengan buku Harry Potter-nya baru mampu menerbitkan karya super power dan mendunia itu setelah 21 tahun ditolak oleh penerbit!
Menulis adalah proses. Kita tidak bisa menjadi penulis hebat secara instan. Kita harus tekun berproses menulis setiap hari. Dan pada saatnya, setelah 2-3 tahun dan selanjutnya, percayalah, kita akan menjadi yang sebenar-benarnya penulis!
2. Menulis Sebagai Pola Berpikir
Menulis dan berbicara adalah dua hal yang berbeda. Berbicara tidak butuh runtutan atau step-step. Dia muncul apa adanya, sesuai kemauan si pembicara. Tetapi menulis memerlukan tahapan-tahapan seperti piramida, semakin ke bawah semakin meluas dan besar. Menulis butuh tema, judul, isi dan kesimpulan.
Seseorang yang ingin menulis, harus memetakan dulu pokok bahasan dalam pikirannya. Apa yang akan dia bahas? Dari mana memulai? Apa masalahnya? Apa pemecahannya? Apa urgensinya? Apa saja sudut pandangnya? Dsb. Maka dari itu, akan sangat berbeda cara berbicara seorang penulis dengan yang bukan penulis. Seorang penulis akan lebih runtut dalam pembicaraannya. Sementara yang bukan penulis cenderung ke sana ke mari tanpa beraturan. Walaupun tidak selamanya demikian, secara umum realitas seperti itu banyak ditemukan.
3. Menulis Sebagai Pembentukan Perilaku
Semua orang sepakat bahwa menulis adalah pernyataan atau sikap. Maka, orang yang menulis akan bersikap sesuai apa yang ditulisnya. Sekalipun bagi mereka yang sudah mencapai kesimpulan, dia tidak akan apatis terhadap apa yang dikritik dalam tulisannya. Melainkan menyesuaikan dengan perilaku yang lebih solutif dan lebih baik.
kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,