in

(Cerbung) Dua Naga – Prolog

Bayangan memanjang rebah di atas tanah, tunduk pada cahaya mentari yang masih muda. Sebuah bangunan tua tampak kuyup akibat gempuran hujan. Wringin Branjang, begitulah orang-orang menyebut bangunan andesit yang kokoh berdiri di Gunung Gedang.

Pagi ini, seharusnya menjadi pagi yang indah untuk memulai hari. Namun, angin mendadak resah, seolah belum puas bertingkah dalam persekutuannya dengan hujan lebat semalam. Ia menerjang dan menghempas apa pun dalam lintasannya.

Dari timur, awan hitam berarak mendekat. Nampaknya, itu bukanlah awan mendung pembawa hujan, namun lebih pantas disebut sebagai badai pasir atau debu. Badai dengan pergerakan yang sangat cepat, sekaligus menunjukkan besarnya kekuatan angin.  Hanya dalam waktu sekejap saja, suasana telah berubah menjadi pekat.

Satu hal yang aneh, angin itu seolah hanya berputar dan berpusat di Wringin Branjang. Semakin lama, pusaran angin semakin membesar dan meninggi. Menyedot segala yang masuk jangkauannya. Siapa pun pasti beranggapan sama bahwa fenomena itu bukanlah kehendak alam. Seperti  ada sebuah kekuatan atau energi yang sengaja menggerakkannya. Kekuatan yang entah ditujukan untuk apa.

Pusaran bak tornado itu, semakin meninggi, membentuk corong. Ia belum juga kenyang melahap energi alam di sekitarnya. Bahkan awan-awan di puncak Kelud, seolah tak berdaya melawan gaya tarik yang teramat dahsyat tersebut. Hingga pada satu titik, terciptalah kilatan petir yang menyilaukan, diiringi dentuman geledek yang memekakkan telinga.

Dentuman yang mampu menekan udara di sekitarnya bak ledakan atom. Seketika, pusaran angin membuyar, lalu membentuk rambatan gelombang dengan kekuatan yang dahsyat. Efek ledakan terus  merambat hingga batas entah.

Sementara di pusat pusaran, kepulan debu masih bertebaran. Dalam suasana yang suram, kilatan cahaya terlihat saling menyambar. Petir itu, nampaknya telak menyambar atap Wringin Branjang. Anehnya, tak sedikit pun bangunan andesit itu goyah, apalagi hancur. Yang terjadi hanyalah bentukan gelombang listrik yang menyelimuti dan mengitari bangunan kotak itu.

Gelombang listrik itu, kian lama terlihat memudar, menyusut dan memadat membentuk inti cahaya yang berpijar.  Kilauan putih yang menyilaukan, menyeruak keluar melalui pintu dan lubang ventilasi berbentuk bintang. Beberapa saat kemudian, cahayanya seolah meledak lalu berubah menjadi kuning keemasan. Hanya seper sekian detik, cahaya itu pun berubah menjadi biru hingga akhirnya meredup.

Suasana riuh, seketika menjadi hening. Dan “Sring!” benturan logam tiba-tiba saja terdengar dari dalam. Seiring dengan itu, terpijar cahaya redup berwarna merah, seperti logam yang membara. Cahaya itu terlihat menyala-nyala di mulut Wringin Branjang. [hers]

***

Bersambung

kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,

What do you think?

Written by Julliana Elora

10 Meme Kocak Mobile Legends Bang-Bang 5×5 Yang Bikin Ngakak

Jakarta Ingin Kelola Tanah Waqaf Habib Bugak di Mekkah