Soal jodoh memang selalu menjadi misteri. Tidak ada yang tahu siapa jodoh kita, kapan kita akan bertemu dengannya, dan bagaimana hubungan kita dengannya. Seperti kisah Anto dan Rini (bukan nama sebenarnya). Pasangan ini awalnya hanya teman, namun akhirnya berakhir dengan pernikahan. Bagaimana ceritanya?
Kisah ini bermula dari pertemuan mereka di perpustakaan kampus. Keduanya sama-sama mahasiswa Jurusan Teknik Kimia. Saat itu, Anto sedang mencari buku. Untuk panduan praktek di laboratorium. Begitu juga Rini. Keduanya lalu terlibat pembicaraan.
Anto memang sering ke perpustakaan. Setiap ada waktu kosong, Anto selalu nongkrong di sana. Untuk membaca buku. Anto dikenal sebagai mahasiswa kutu buku. Apa saja judul buku dibacanya. Tidak saja buku terkait perkuliahan, tapi juga buku pengetahuan.
Rini juga begitu. Wanita berparas ayu ini juga kerap ke perpustakaan. Ia juga dikenal sebagai mahasiswi berprestasi. Indeks Prestasi (IP) nya selalu di atas 3,5. Tak hanya di perpustakaan. Mereka kerap bertemu di laboratorium. Namun, sepanjang pertemuan itu mereka tidak pernah menjalin hubungan spesial. Hubungan mereka hanya sebatas berteman biasa.
Seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama. Untuk mengerjakan tugas kuliah atau sekadar mengobrol. Mereka juga sering saling berbagi cerita tentang kehidupan mereka.
Keakraban itu terus berjalan. Hingga mereka menamatkan pendidikan di kampus. Tiga bulan setelah tamat, Anto diterima kerja di sebuah perusahaan tambang. Sementara Rini sudah duluan bekerja di bank ternama di kotanya.
Singkat cerita, Anto ternyata memiliki perasaan lebih pada Rini. Namun, ia takut untuk mengungkapkan perasaannya. Ia khawatir jika Rini tidak memiliki perasaan yang sama. Buruknya lagi, ia bisa saja kehilangan temannya itu.
Akhirnya, setelah lama ragu-ragu, Anto memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Ia lalu menelepon Rini. Sayang, panggilannya tak berbalas. Ia terus mencoba. Hasilnya tetap sama.
Panggilannya tak direspon. Lama juga Anto bermenung. Mencoba menerka-nerka. Ada apa dengan temannya itu. Tak biasanya, Rini mengabaikan teleponnya. Rasa penasaran itu terus menghantuinya.
Baru 2 jam setelah itu, kegelisahannya terjawab. Rini menelepon balik. “Maaf Anto, HP tadi ketinggalan di kantor. Tadi aku makan siang di luar,” ucap Rini di balik HP-nya.
“Iya, ga apa-apa. Aku mau ngajak kamu makan malam? Kalau ada waktu kita ketemuan jam 7 malam di kafe X,” balas Anto.
Bak gayung bersambut. Rini menerima ajakan Anto. “Oke teman. Aku tunggu. Jangan sampai terlambat,” jawab Rini.
Memang, setiap mereka janjian di luar, Anto selalu datang terlambat. Tak pernah tepat waktu. Ada-ada saja alasannya. Tapi untuk pertemuan ini, Anto bertekad datang lebih awal.
Datanglah waktu pertemuan itu. Anto datang lebih awal. Setengah jam lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Ia tampak gelisah. Hatinya berkecamuk. Jantungnya berdetak kencang. Ada rasa takut di hatinya. Untuk mengungkapkan perasaannya.
Tepat pukul 7 malam Rini datang. Ia langsung menuju ke meja Anto. Di sudut kafe. Tempat itu tempat favorit bagi mereka. Setiap nongkrong, mereka selalu duduk di sana.
“Tumben kamu ontime sekarang? Biasanya kan selalu telat. Oiya, ada apa nih, ngajak ketemuan? ujar Rini sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Iya, saya berupaya gak telat lagi. Takut kamu kelamaan nunggu,” jawab Anto singkat.
“Aku mau mengungkapkan sesuatu,” sambung Anto.
Rini tampak kaget. Tak biasanya Anto seperti itu. “Kamu mau mengungkapkan apa? Balas Rini. Dengan nada terbata-bata, Anto lalu mengungkapkan perasaannya. Mendengar itu, Rini terperanjat. Ia kaget. Tak percaya, kalau Anto menaruh hati kepadanya.
Lama juga Rini terdiam. Sementara Anto tampak semakin gugup. Bibirnya diam membisu. Ternyata perasaannya berbalas. Rini juga memiliki perasaan yang sama.
Sejak saat itu, mereka pun mulai menjalin hubungan. Setelah beberapa bulan berpacaran, mereka memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka berlangsung dengan sederhana, namun penuh kebahagiaan. (Eri Mardinal)