Kaliandra Bisa Tingkatkan Produktivitas Ternak Domba
Sejumlah upaya dilakukan peternak guna meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Sayangnya, upaya itu kerap dihadapkan pada peningkatan biaya pakan yang menggerus keuntungan peternak. Pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus), diyakini bisa menjadi alternatif mengatasi persoalan ini.
Penggunaan kaliandra sebagai bahan pakan suplemen guna meningkatkan produktivitas ternak ruminansia terutama domba, memang sudah banyak diteliti. Seperti dilakukan Syahrir tahun 1998 lalu dengan menginokulasi isolat bakteri toleran tannin ke dalam sistem rumen in vivo ternak kambing. Namun, hasilnya belum mampu mendukung pemanfaatan kaliandra sebagai sumber pakan ternak.
Merujuk inilah, Dr Ir Sri Mulyani MP tertarik meneliti pemanfaatan kaliandra ini. Dosen Universitas Taman Siswa (Unitas) Padang yang baru saja berhasil meraih gelar doktor pada Program Doktor Ilmu Peternakan Pascasarjana Unand itu, meyakini pemanfaatan kaliandra menjadi pakan ternak sangat terbuka, lebih-lebih kaliandra ini di samping mudah didapat, tanaman ini juga memiliki senyawa bukan protein yang bisa digunakan jadi pakan.
”Kita tahu, kaliandra ini merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis, di samping bisa mempertahankan daunnya sepanjang musim, produksi biomassanya tinggi. Selain itu, tanaman ini toleran terhadap kekeringan dan bisa tumbuh di tanah asam. Itulah sebabnya, tanaman kerap dijadikan suplemen alternatif secara konvensional,” terang istri Ir Zirma Yusri yang juga kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar itu.
Cuma saja, tambah Sri Mulyani dalam disertasinya berjudul ”Optimalisasi Pemanfaatan Kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai Sumber Tannin untuk Meningkatkan Bypass Protein dalam Ransum Pengemukan Ternak Domba” itu, sejauh ini pemanfaatan kaliandra sebagai sumber pakan ternak belum optimal. Hal ini disebabkan tingkat konsumsi dan kecernaannya rendah, akibat kandungan antinutrisi tannin tinggi. Bahkan, berpotensi membentuk senyawa kompleks dengan protein, pati, bahkan selulosa, mineral dan vitamin.
Merujuk inilah, Sri Mulyani dalam disertasinya memfokuskan pembahasan bagaimana mengurangi pengaruh kandungan antinutrisi tannin pada kaliandra. Dia mengasumsikan bahwa pengaruh tannin kaliandra terhadap kecernaan protein kasar dalam kadar tinggi dapat melindungi protein dari kecernaan mikroba rumen dan kecernaan enzimatis dalam usus. Hal ini, bisa menurunkan pemanfaatan nutrien ternak.
”Sebaliknya, tannin dalam kadar rendah mampu melindungi protein dari aktivitas mikroba rumen, namun dapat dicerna secara enzimatis di dalam usus. Sehingga, protein kader yang lolos cerna dari mikroba rumen (protein bypass) dapat dimanfaatkan secara efisien dalam usus halus,” terang alumni SMA 2 Padang ini.
Dalam hal ini, Sri Mulyani mengoptimalkan pemberian kaliandra yang dikominasikan (co-feeding) dengan sumber pakan lain yang kandungan proteinnya tinggi. Namun, mudah terdegradasi di rumen (rumen degradable protein), seperti bungkil kedele dan tepung ampas tahu, serta sumber karbohidrat (energi) yang mudah tersedia (ready available carbohydrate). Di antaranya, tepung onggok dan kulit ubi kayu dengan objek penelitian domba.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Sri Mulyani menyimpulkan bahwa kaliandra sebagai sumber tannin 11 persen dapat menurunkan tingkat degradari protein dalam rumen, sehingga meningkatkan jumlah protein bypass dari bungkil kedelai dan ampas tahu. Selanjutnya, penambahan sumber fermentable karbohidrat 25 persen onggok dan 75 persen tepung kulit ubi kayu dapat meningkatkan retensi N, sintesis protein mikroba dan pertambahan bobot badan dalam penggemukan ternak domba lokal/ ekor tipis.
”Di mana, formulasi ransum terbaik untuk pengemukan domba; 50% rumput lapang, 50% konsentrat terdiri dari 31,45%, tepung kaliandra, 4,9% bungkil kedele, 4,37% ampas tahu kering, 2,32% onggok kering dan 6,96% tepung KUK,” ujar Sri Mulyani di hadapan penguji terdiri dari Prof Dr Tafdil Husni SE MBA, Prof Dr Ir James Hellyward MS, Prof Dr Ir Zaituni Udin MS, Prof Dr Ir Mardiati Zain MS, Dr Ir Irsan Ryanto H, Dr Ir Khasrad MS, Dr Ir M Afdal MSc MPhil. (*)
LOGIN untuk mengomentari.