Roosseno Award telah digelar sejak tahun 2011. Tokoh yang pernah menerima Roosseno Award, di antaranya BJ Habibie dan Franz Magnis Suseno.
JAKARTA – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, memperoleh penghargaan Roosseno Award IX. Ahok dinobatkan sebagai tokoh Indonesia yang mengilhami etos kerja dan integritas. Penghargaan itu diberikan kepada Ahok di Roosseno Plaza, Kemang, Jakarta Selatan pada Senin (22/7).
Kemunculan Ahok di acara resmi ini menjadi yang pertama kali sejak Pemilu 2019 selesai digelar. Ahok datang bersama istrinya, Puput Nastiti Devi, sekitar pukul 09.45 WIB. Tak lama kemudian, mantan wakilnya Djarot Saiful Hidayat juga hadir sebagai narasumber acara.
Pelindung Biro Oktroi Roosseno (biro konsultan hak kekayaan intelektual), Toeti Heraty N Roosseno, mengatakan Ahok berhak menerima penghargaan karena dinilai memiliki etos kerja dan integritas tinggi.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga dinilai konsisten menerapkan gagasan-gagasan kreatif yang inspiratif untuk pembangunan demi kesejahteraan masyarakat dan akuntabilitas publik.
“Lucunya, selama ini Roosseno Award diberikan pada prof doktor, sekarang diberikan pada insinyur Basuki Tjahaja Purnama, tadi dia bilang, ‘Semuanya profesor, kalau aku ini provokator’. Bukan saya yang bilang ya, dia sendiri,” kata Toeti Heraty, di Roosseno Plaza, Kemang, Jakarta Selatan.
Roosseno Award adalah penghargaan untuk peneliti dan tokoh Indonesia yang memberi inspirasi atas karya, kegiatan, dan semangat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, atau sosial humaniora. Roosseno Award telah digelar sejak tahun 2011.
Selain Ahok, beberapa tokoh Indonesia yang pernah menerima Roosseno Award, yakni Presiden RI ketiga, B.J. Habibie; budayawan Franz Magnis Suseno; Guru Besar Universitas Tarumanagara, Wiratman Wangsadinata; Ketua Komnas Perempuan pertama, Saparinah Sadli; tokoh kedokteran Indonesia, R Sjamsuhidajat Ronokusumo.
Semangat Baru
Ahok mengucapkan terima kasih dan penghargaan itu merupakan sebuah kehormatan bagi dirinya. Dia lalu berbicara tentang pengalamannya saat di penjara dalam kasus penistaan agama.
“Ini merupakan suatu kehormatan untuk saya. Saya menganggap ini sebagai bagian dari penguasaan diri, seperti yang saya alami di waktu kemarin, di mana saya adalah seorang gubernur, dalam waktu sekejap kehidupan saya berubah, kalah di pilkada divonis bersalah, langsung masuk tahanan,” kata Ahok.
Saat itu, Ahok mengaku kecewa dan merasa tidak adil. Dia merasa marah dan dikorbankan. Pada akhirnya, Ahok menelan kekecewaannya itu dan menjalani masa tahanan di Mako Brimob.
“Pelajaran yang saya dapat dari kondisi awal saya di Mako Brimob adalah dalam kesulitan saya menyikapinya sebagai ‘blessing in disguise’. Saya mulai bisa menguasai diri saya, membangkitkan kembali semangat saya.”
BTP juga berbicara soal memaafkan kesalahan masa lalu. Menurut dia, itu juga merupakan hal yang penting. “Harus ada rekonsiliasi nasional bagi seluruh kekhilafan terjadinya kejahatan kemanusiaan demi kekuasaan. Ini harus dilakukan supaya kita tidak terjebak dalam polemik saling menyalahkan soal masa lalu.”
Pada sesempatan itu, Ahok juga dengan tegas mengatakan bahwa karier politiknya sudah selesai. Dia juga mengaku tidak akan mengambil posisi siapa pun di pemerintahan.
“Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista, masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya. Jadi, ya sudah, sebetulnya sudah selesai (karier politik),” kata Basuki.
Dia juga mengatakan dia tidak ingin ada siapa pun yang merasa akan direbut posisinya olehnya. Ke depan, Ahok tetap ingin membantu rakyat dengan caranya sendiri. Salah satunya dia mengatakan ingin menjadi pembawa acara di salah satu stasiun televisi.
“Host, saya jangan ditahan-tahan lagi jadi host, ya ngelawak, saya nyanyi agak lumayanlah,” kata Ahok. Ant/ags/P-4