Bagi kalangan guru dan kepala sekolah serta OPD lainnya, nama Dra. Yasmi, M.Pd mungkin sudah tidak asing lagi. Beliau merupakan sosok guru sekaligus tokoh penggiat Literasi.
Saat ini, dia merupakan pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat cabang dinas I (Bukittinggi, Padangpanjang, Agam).
Beliau juga merupakan seorang tokoh yang tidak hanya unggul secara pribadi namun juga terus berusaha agar orang-orang yang di sekitarnya ikut berhasil dalam berliterasi. Selain itu, beliau juga aktif dalam membuat karya tulis dan juga mengajak para guru serta para petinggi lainnya untuk melakukan literasi.
Sebelum menjabat sebagai pengawas SMA di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, beliau juga merupakan seorang tenaga pengajar di SMAN 1 Candung Kabupaten Agam. Beliau menjabat sebagai guru Geografi.
Sebagai seorang penggerak literasi yang sudah mengajak banyak guru kepala sekolah untuk menggiatkan literasi, awalnya beliau termotivasi untuk lebih giat dalam memahami literasi, karena sebagai pengawas tidak hanya mengajak para guru untuk menggiatkan literasi dan menciptakan karya, namun beliau juga harus terjun langsung dalam dunia literasi.
Beliau berharap guru dapat mengaplikasikan literasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kurikulum pendidikan. “Sebagai pengawas, saya harus terjun langsung mengenal literasi ini, agar saya dapat mengajak para guru untuk ikut memahami literasi,” ujarnya.
Yasmi juga pernah melakukan pelatihan ke Jakarta bersama dengan 3 perwakilan dari Sumatera Barat untuk menambah ilmu mengenai literasi agar bisa dikembangkan dan disalurkan pada guru-guru yang mengajar di sekolah.
Pertama kali terjun dalam dunia literasi yaitu pada Awal tahun 2017. Beliau mengikuti pelatihan menulis Sagusabu (satu guru satu buru) yang dilaksanakan di Kemendikbud, digawangi oleh media guru.
Dari sanalah beliau menulis buku yang pertama yang berjudul “Mengenal Hidrologi” yang diterbitkan oleh pustaka media guru. Dari buku tersebut, banyak pembaca dari kalangan guru yang berminat untuk mengikuti pelatihan yang sama.
“Setelah buku pertama memiliki ISBN, buku tersebut saya share, sehingga banyak yang berminat untuk mengikuti pelatihan serupa yang saya lakukan,” ungkapnya.
Sebanyak 19 orang di Sumatera Barat dari kalangan guru dan kepala sekolah akhirnya mengikuti pelatihan yang diadakan oleh P4PK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga Kependidikan) di Sawangan Jakarta.
Setelah pelatihan tersebut, diadakan juga pelatihan ini di Sumatera Barat tepatnya di Hotel Pusako di Bukittinggi, dengan jumlah peserta hampir 200 orang. Karena antusias yang sangat tinggi, banyak dari kalangan guru sepakat membentuk sebuah organisasi yang didukung dinas pendidikan provinsi.
Maka terbentuklah sebuah komunitas IGPPL (Ikatan Guru Penulis dan Penggiat Literasi) Sumatera Barat dan beliau sebagai Ketua Umum komunitas tersebut.
“Saya juga ikut pelatihan merdeka belajar, dari Sumatera barat ada 3 orang yang menjadi perwakilan di tingkat Nasional. Dalam pelatihan tersebut terdapat praktek, pada waktu itu saya mengajak orang menulis melalui aplikasi literasi, dan disambut baik oleh Kemendikbud,” tuturnya.
Dari 3.000 peserta yang ikut pelatihan, hanya 275 peserta yang dinyatakan lulus. “Sedikit dari saya, jika ingin berubah, mulailah dari diri sendiri. Sebelum mengajak orang untuk berubah, buktikan dulu diri kita. Sehingga kalau kita sudah merasakan hasilnya maka kita bisa dengan mudah mengajak orang lain, karena kita sudah memiliki pengalaman sebelumnya,” tambahnya.
Tantangan yang dihadapi adalah salah satunya cemooh yang dilontarkan oleh orang sekitar yang tidak senang dengan karya yang telah dihasilkan oleh beliau. Beliau berharap para pegiat literasi di Sumbar mampu mengajak dan mengayomi guru lainnya untuk menggiatkan literasi.
“keberhasilan kita adalah ketika berhasil mengajak orang lain untuk sukses. Saya siap jika dibutuhkan untuk membantu membimbing guru dalam literasi dan karya tulis,” tutupnya. (cr6)