in

Dua Aktor di Balik Para Pelaku Teror

Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam kelompok teroris. Dalam waktu sehari, Rabu (21/12), polisi melakukan penggerebekan di empat kota; Tangerang Selatan, Payakumbuh, Deli Serdang, dan Batam. Mereka yang ditangkap memiliki hubungan dengan jaringan kelompok teroris global, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Bahrun Naim, anggota ISIS asal Indonesia yang kini berada di Suriah, ikut disebut polisi.

Pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib menyebut Bahrun Naim sengaja membentuk kelompok teroris di Indonesia dalam sel kecil di beberapa kota. Tujuannya agar polisi sulit mengurai jaringan mereka dengan cepat. “Ini bagian dari perencanaan strategi kerja Bahrun Naim untuk membagi kelompok penyerang itu dalam sel-sel kecil,” kata Ridwan, Rabu (12/21) malam, dilansir dari CNN Indonesia.

Tahun lalu, ketika salah satu kelompok teroris ditangkap pada Desember 2015, tak berselang lama pada 14 Januari 2016, ada kelompok lain yang melakukan aksi teror di Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka masih terkoneksi dengan Bahrun Naim. “Kali ini sama, ketika kelompok Bekasi yang merakit bom panci tertangkap, mereka akan melakukan serangan pengganti dengan menyerang pos polisi di Tangsel,” jelas Ridwan. Kelompok-kelompok kecil itu, menurut Ridwan, berasal dari jaringan lama. Mereka sudah memiliki basis ideologi yang sama dengan kelompok teroris yang ada sebelumnya. 

Beberapa di antaranya mantan anggota Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharut Tauhid, maupun Jamaah Anshar Daulah (JAD). “Dari para mantan itu sebagian kecil berbaiat pada ISIS,” katanya. Jumlah mereka, kata Ridwan, cukup banyak di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Solo, Malang, Makassar, Medan, Lamongan, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. “Ini adalah kelompok yang dulu sebelum ada ISIS, mereka sudah radikal. Sekarang setelah ada ISIS, mereka berbaiat, lebih radikal lagi,” ujarnya.

Radikalisasi semakin menguat karena perintah ISIS adalah melakukan serangan kepada pemerintahan yang dianggap thogut atau kafir. Dalam konteks ini, sosok Bahrun Naim dipercaya kelompok radikal di Indonesia mampu mengatur strategi aksi teror. Dia memanfaatkan teknik baru untuk melakukan serangan. Strategi yang disiapkan Bahrun dianggap cukup cerdas dan taktis. “Mereka merasa Bahrun Naim cocok sebagai perencana yang baik,” ujarnya.

Sebelumnya, Mabes Polri menyatakan empat terduga teroris di Tangerang Selatan berhubungan dengan jaringan teroris di Bekasi dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Dua jaringan yang berbaiat pada ISIS ini ditangkap dalam dua pekan terakhir. Sementara penangkapan terduga teroris di Deli Serdang, Sumatera Utara, dan di Batam, Kepulauan Riau, masih dalam kelompok yang sama. Polisi menyebut mereka bagian dari kelompok teroris Khatibah Gigih Rahmat (KGR) yang memiliki hubungan dengan Bahrun Naim.

Sedangkan seorang terduga teroris yang ditangkap di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, memiliki hubungan dengan mantan jaringan Jamaah Islamiyah yang berkorelasi dengan ISIS. Kepolisian menduga kelompok-kelompok teror kecil itu sebagai bagian dari sel-sel kecil yang dibentuk anggota ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim.

Anak-anak Cipinang

Selain Bahrun Naim, sosok lain yang memegang peranan penting dalam aksi teror di Indonesia adalah Aman Abdurahman. Jika Bahrun mengatur serangan di lapangan, Aman berperan sebagai penyebar ideologi terorisme di Indonesia. Aman Abdurahman mengklaim dirinya sebagai amir ISIS di Asia Tenggara. Kebanyakan anak buah Aman merupakan para pemuda yang masuk penjara akibat kasus kriminalitas. Polisi menyebut para terduga teroris yang digerebek di Tangerang Selatan merupakan jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD), organisasi pimpinan Aman Abdurahman yang pernah ditahan di LP Cipinang, Jakarta Timur, sebelum dipindah ke Nusakambangan, Cilacap. 

Selain itu, pelaku bom bunuh diri di Thamrin Jakarta pada awal tahun ini, Afif alias Sunakim, adalah tukang urut Aman Abdurahman. Dia pernah dipenjara karena kasus teror di Aceh selama tujuh tahun di Cipinang dan menjadi murid Aman. “Ini jaringan rekrutan dari Cipinang, anak-anak Cipinang. Figur selain Bahrun Naim adalah Aman Abdurahman. Urusan ideologi atau pemahaman takfiri ini diisi oleh Aman,” kata pengamat terorisme Muhammad Jibriel Abdul Rahman.

Jibriel menilai, ideologi sebagai akar masalah terorisme harus diselesaikan aparat penegak hukum untuk memberantas terorisme. Begitu pula dengan para penyebar ideologi tersebut, seperti Aman Abdurahman. Selama ini hukuman penjara tak mampu mengubah ideologi Aman. “Dia dalam penjara masih bisa mentransfer ideologi, apalagi sudah bebas,” katanya. Jibriel menambahkan, banyak di antara para eksekutor atau pelaku bom bunuh diri adalah anak muda yang memiliki pemahanan sempit. Mereka tidak belajar aqidah sejak kecil. “Ketemu di penjara sebagai kriminal, lalu dimasuki ideologi, menganggap cocok dan secara tak langsung mengiyakan (pemahaman takfiri),” ujarnya.

Ketika didoktrin bahwa Islam butuh martir untuk melakukan bom bunuh diri, mereka serta merta menerima tanpa berpikir mengenai dampak dan mudaratnya. Kepentingannya hanya melakukan teror dan balas dendam kepada aparatur negara yang telah memberantas anggota mereka. Mereka melakukan serangan secara serampangan, bahkan menyerang polisi lalu lintas yang tidak memiliki hubungan penaggulangan terorisme secara langsung. “Misi membunuh polisi adalah kebencian semata, tapi yang besar adalah dampak liputannya, bahwa eksistensi ISIS di Indonesia masih ada,” katanya.

Karena itu, Jibriel mengapresiasi upaya kepolisian yang mampu melakukan penangkapan sebelum para terduga teroris melancarkan aksinya. Dia tidak menyoal jika mereka yang ditangkap ternyata tidak terbukti terlibat terorisme. Toh, mereka bakal dibebaskan nantinya. “Kalau mereka meledakkan di tempat yang korbannya orang awam, tidak berdosa, maka apa yang dilakukan polisi sudah baik,” tuturnya. Senada dengan Jibriel, Ridwan juga mengapresiasi upaya Polri dalam mengurai jaringan terorisme dan mencegah aksi teror. “Ini prestasi kepolisian untuk memangkas sel Bahrun Naim,” katanya.

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Menpar Arief Yahya Tetapkan Tiga Prioritas di Tahun 2017

PBB Bentuk Panel Investigasi Kejahatan Perang di Suriah