Abaikan Api, Evakuasi Barang Dagangan
Belum hilang duka pedagang Pasa Ateh, kebakaran kembali menguji iman pedagang Pasar Aurkuning, Kota Bukittinggi. Duka yang dialami pedagang Pasa Ateh itu, kini dirasakan pula pedagang di pusat grosir terbesar kedua di Indonesia itu.
Firdaus, 25, menghiraukan begitu saja kesibukan petugas pemadam kebakaran yang berupaya menjinakkan api di depan tokonya. Untuk meminimalisir asap yang menusuk hidungnya, pria ini tampak menutup wajah dengan sehelai kain bendera merah putih.
Satu per satu gulungan kain yang sudah bercampur abu, disibaknya.
Dia terus memilah barang-barang yang masih bisa dievakuasi. Sudah 12 jam dia melakukan itu. Tanpa kenal lelah ditemani adik dan bosnya. ”Saya pemasok konveksi di toko ini dan beberapa toko lainnya. Baju seragam sekolah ini umumnya produk saya. Tidak banyak yang dapat diselamatkan,” ujarnya sambil terus bekerja memungut barang-barang.
Usaha konveksi miliknya tidak pula besar. Setiap orderan seragam sekolah, diantarkan Firdaus tidak menentu. Tergantung kesiapan dan besarnya orderan. ”Kadang dalam sebulan ada lima kodi hingga 10 kodi. Kadang ada juga yang diminta dalam jumlah besar namun jarang sekali, hanya awal tahun ajaran baru atau usai liburan sekolah,” katanya.
Eda, 46, salah seorang pedagang kaki lima (PKL) menuturkan, tidak satu pun barang dagangannya yang dapat diselamatkan. Pasalnya, sebagai PKL umumnya menyimpan barang dagangan di gudang terletak di lantai dua dan tiga. Gudang inilah yang hangus total.
”Biasanya, saya berdagang di lapak lantai dua. Beberapa petak dari sini ada gudang. Kami simpan di sana kalau sudah tutup. Karena kejadiannya masih subuh, tentu gudang belum buka. Gak ada yang tersisa,” paparnya.
Hal serupa juga dialami pemasok konveksi lainnya. Umumnya bahan dasar untuk membuat barang jadi, memakai sistem uang muka. Sisanya diangsur dengan hasil konveksi.
”Saya mengambil bahan kain di toko grosir bagian belakang. Itupun saya utang dulu dan angsur menggunakan potongan untung hasil konveksi. Saya jahit sendiri, sebelum saya antar ke grosir-grosir,” ujar Yanti, 42, ibu dua orang anak asal Sungaipua itu.
”Biasanya ada penjaga gudang. Kalau dibawa pulang tentu ribet. Rata-rata setiap Rabu dan Kamis kami antarkan hasil jahitan konveksi ke sini. Beratnya sekitar 10 kilogram berupa baju-baju blus ABG,” sahut suami Yanti yang biasanya bertugas memotong kain untuk dijahit istrinya.
Diselamatkan Bantuan Kargo
Ben, 44, salah seorang PKL di lantai satu pasar inpres tahap dua mengapresiasi kekompakan para pedagang menyelamatkan barang dagangan. ”Tadinya, lapak saya sangat dekat dengan api. Ada kawan sesama pedagang yang melihat saya sendirian, akhirnya membantu saya mengevakuasi barang-barang. Padahal, dia juga dalam bahaya. Saya sangat bersyukur ada yang mau membantu,” katanya.
Tidak hanya itu, sejumlah pedagang yang berhasil mengeluarkan barang dagangannya sangat terbantu oleh puluhan armada kargo yang datang secara sukarela. ”Saya dapat kabar dari telepon kawan. Saya langsung ke sini sekitar pukul 04.30. Rupanya kunci toko tinggal di rumah, terpaksa balik lagi. Orang sudah ramai menyelamatkan barang. Toko dekat ruko saya sudah merah semua karena api,” ujar Nasrul Tanjung kepada rekan-rekannya sesama wartawan di lokasi kejadian.
Nasrul yang juga wartawan senior di Kota Bukittinggi itu meyakinkan bantuan armada kargo sangat berandil besar. Menurutnya, peranan kargo dalam proses evakuasi telah meminimalisir tindakan penjarahan. ”Blok J terparah, api sudah menghabiskan lantai dua dan tiga. Separuh lantai satu sekitar toko saya juga mulai dilahap api. Kalau tidak ada kargo, maka barang yang sudah dikeluarkan akan menghambat akses petugas dan rawan penjarahan,” tambahnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.