in

Edwin Ganadhi, Distributor Kubota Sumbar

Dorong Mekanisasi Pertanian, Biaya Panen Murah

Bergelut di dunia pertanian selama bertahun-tahun membuat Edwin Ganadhi, distributor Kubota Machinery Indonesia, Sumbar semakin matang dalam menjalani bisnisnya. Bagaimana kiprah dan strateginya menjalani bisnis ini? Berikut petikan wawancara wartawan Padang Ekspres Almurfi Syofyan dengan Edwin Ganadhi, pekan kemarin.

Bagaimana awal mula bapak tertarik dengan bisnis ini? 

Kita tahu, Sumbar diberikan kekayaan alam seperti tanah, air, udara dan cuaca yang bagus untuk bercocok tanam. Apabila alam yang subur ini tidak kita manfaatkan secara efisien tentu kita tidak menghargai alam. Sedangkan di daerah lain yang gersang dan tandus masyarakatnya mencoba berbagai cara untuk bisa bercocok tanam. Dengan lahan yang subur, kita harus bersyukur dan memanfaatkannya untuk bercocok tanam.

Alam yang subur itu, tidak selamanya digarap secara manual, sesuai perkembangan zaman, mekanisasi juga dibutuhkan oleh dunia pertanian agar hasil yang didapat lebih banyak dan waktu yang terpakai lebih efisien. Ongkos panen pun jadi relatif murah. Apalagi dengan program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah. Mekanisasi adalah syarat mutlak untuk mencapainya.

Mesin apa saja yang dipasarkan untuk menunjang hasil pertanian?

Kubota memiliki alat mesin pertanian (alsintan) tiga macam untuk tiga kerja juga. Yang pertama mesin untuk memanen, harganya mulai dari Rp 300 hingga Rp 500 juta. Selain itu juga punya mesin bajak kisaran harga Rp 200 sampai Rp 360 juta. Terakhir Kubota memiliki mesin tanam harga Rp 82 juta sampai Rp 220 juta.

Apa keunggulan mesin Kubota ini dari alsintan lainnya?

Keunggulan dari mesin ini, jelas lebih efektif dan efisien dengan hasil yang bagus, serta pemakaiannya lebih tahan lama dengan biaya perawatan yang tidak besar. Apalagi dalam hal produksi seperti memanen kita bisa menghemat waktu hingga 5 jam per hektarenya. Untuk mesin panen, memotong, mengumpul, dan merontok dalam sekali kerja. Jika manual tentu memotong, mengumpul dan merontok itu tidak bisa sekaligus dan butuh waktu dan tenaga yang banyak.

Mesin untuk membajak, kelebihannya dibanding bajak tangan secara manual, tanah yang dibajak lebih gembur dan pupuk lebih merata tersebar sehingga gulma lebih cepat tumbuh. Untuk mesin penanam sama dengan meain yang lainnya lebih cepat dan efisien. Kalau manual jarak padi yang ditanam tidak sama akibatnya padi yg ditanam hasilnya berbeda juga. Efisiensi waktu, 1 hektare sawah, dengan Kubota penanam satu setengah jam bisa selesai. Namun kalau menanam secara manual sekitar 20 petani satu setengah hari baru selesai. 

Sudah berapa tahun Kubota hadir di Sumbar?

Kita hadir sudah hampir tiga tahun. Untuk mencapai swasembada beras, di zaman teknologi sekarang kita tidak bisa mengandalkan pola bertani dengan cara tradisional atau manual. Butuh sentuhan mekanisasi, kita haru menggerakan tenaga mesin seperti negara-negara luar. Jika dibandingkan dengan provinsi lain pun, kita masih tertinggal.

Sumbar daerah mana saja yang memakai Kubota?

Daerah pertama yang menjadi target adalah Dharmasraya. Di sini, lahan pertaniannya luas dan masyrakat bertani masih menggunakan pola tradisional. 

Kini, di sana populasi mesin mencapai 40 unit. Sedangkan di Sijunjung sudah beroperasi 6 unit milik perorangan. Tahun ini, kita pasarkan ke Pesisir Selatan dan Pasaman, kedua lumbung padi Sumbar.

Cara bapak menghadapi persaingan saat ini?

Saya lihat untuk sekarang, pertama harus perluas networking. Lalu tingkatkan efisiensi, ketepatan waktu, SDM harus ditingkatkan. Di era global ini kita harus berpikir secara detail, efektif dan efisien.

Target ke depan?

Kami mau mempopulerkan mekanisasi dalam bidang pertanian, namun juga mekanisasi dalam tanaman lainnya seperti jagung. Hal itu untuk mendorong semakin majunya teknologi pertanian dan meningkatnya  hasil yang diperoleh petani kita. 

Dengan panen jagung 1 hektare lahan bisa digarap dengan waktu 2 jam. Jika panen secara manual, 1 hektare di garap sekitar 15 orang selesai 3 hari, bisa kita bandingkan efisiensi waktunya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Menakar Prospek Investasi di Kota Padang

Ingatlah Hiroshima