Kadis Perdagangan akan Memantau
Sejumlah daerah di Indonesia mengalami kelangkaan garam. Harganya pun mengalami lonjakan. Hal tersebut juga terjadi di Padang. Dari pantauan Padang Ekspres di Pasar Raya Padang kemarin, kondisi tersebut bahkan sudah dirasakan para pedagang dan konsumen sejak sebulan lalu.
Nurhayati, pedagang di Pasar Inpres II menyebut, kenaikan harga garam karena alur perdagangan garam yang berubah. Biasanya, garam dipasok dari India. Namun saat ini garam dipasok dari Australia.
Garam kasar mengalami kenaikan harga yang signifikan, disusul garam halus. Kualitas garam pun tidak sebagus biasanya. “Saat ini, garam kasar dihargai Rp 23 ribu untuk satu bungkus dengan isian eceran 10 bungkus. Sebelumnya, satu bungkus garam Rp 12 ribu. Untuk ecerannya, saat ini dijual Rp 3 ribu sebelumnya Rp 2 ribu,” tuturnya.
Biasanya, sebelum garam naik terdapat garam curah per kilo yang dihargai Rp 4 ribu. Saat harga garam merangkak naik, harga garam curah pun ikut naik jadi Rp 8 ribu per kilogramnya. Namun karena tingginya kenaikan harga, saat ini tidak ada peminat garam curah dan garam curah pun mulai hilang.
“Namun peminat selain garam curah masih bagus. Mengingat garam sangat penting untuk memasak,” katanya. Wanita 43 tahun ini mengatakan, ini kali pertama terjadinya kelangkaan garam disusul meroketnya harga garam.
Hendra, pedagang lainnya juga mengakui adanya kelangkaan garam. Bahkan ia belum mendapatkan stok garam terbaru. “Stok saya garam yang lama, yang baru belum masuk,” akunya.
Garam halus dikatakan Hendra naik tidak setinggi garam kasar. Garam halus setengah kilo saat ini dijual Rp 5 ribu, sebelumnya Rp 4 ribu. Tak hanya garam yang langka, asam jawa pun ikut langka.
Upik, salah satu pedagang asam jawa mengaku, kenaikan ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu. Bahkan sempat hilang di peredaran. “Setelah Lebaran sudah mulai langka,” ujar wanita 51 tahun ini.
Saat ini, satu bungkus asam jawa isi 120 buah Rp 115 ribu sebelumnya sempat dijual Rp 90 ribu. Satu pak asam jawa isi 20 buah dihargai Rp 22 ribu sebelumnya Rp 19 ribu. Sedangkan untuk eceran, satu bungkusnya Rp 1.500 biasanya Rp 1.000.
Upik mengambil asam jawa di daerah Pondok. Untuk stok di kedai, Upik menguranginya karena berpikir tidak banyak konsumen yang membeli asam jawa karena harga naik.
Kenaikan harga juga terjadi untuk sayur-sayuran. Bahkan menurut pedagang sayur di Pasar Raya Inpres II, Rinawati, harga sayuran seperti buncis, bawang prai, jahe, dan selada naik hingga 50 persen.
“Pembeli banyak yang protes. Tapi mau bagaimana lagi, memang harganya naik. Tapi walaupun begitu konsumen tidak berkurang karena sayur memang kebutuhan,” tutur perempuan 36 tahun ini.
Cabai sepertinya tak mau ketinggalan. Dalam kurun waktu dua hari ini, tiga jenis cabai di pasaran serentak naik. Seperti cabai jawa yang menjadi idola masyarakat Kota Padang, semula dihargai Rp 20 ribu per kilogram naik menjadi Rp 24 ribu per kilogram. Cabai medan dan cabai lokal pun demikian, semula Rp 18 ribu per kilogram, jadi Rp 20 ribu per kilogram.
“Stok memang sedang sedikit. Dan sepertinya juga karena mau Idul Adha,” ujar Antoni, salah satu pedagang cabai di Pasar Raya Inpres II.
Antoni melanjutkan, bawang merah peking juga ikut naik dari harga Rp 12 ribu menjadi Rp 14 ribu per kilogram. Bahkan sempat selama tiga hari tak masuk.”Stok memang sedikit. Stok kurang makanya harga naik,” tambah Antoni.
Namun kenaikan harga tak diikuti bawang merah lokal. Bawang merah lokal tetap stabil Rp 24 ribu per kilogramnya. Sedangkan bawang putih turun dari harga Rp 26 ribu menjadi Rp 24 ribu per kilogramnya. Turunnya bawang putih karena harga beli juga turun. “Harga bawang bombai masih Rp 14 ribu per kilogram. Kalau kentang turun, pasokan sedang banyak,” kata lelaki 28 tahun ini sambil menunjuk stok kentang di kiosnya.
Harga kentang turun dari Rp 12 ribu per kilogram menjadi Rp 11 ribu per kilogramnya. Telur ayam buras kembali naik dari harga Rp 36 ribu-Rp 37 ribu per karton menjadi Rp 37 ribu-Rp 38 ribu per karton.
Ravika Oktaviani, pedagang telur di Pasar Raya Inpres II mengatakan, kenaikan harga itu tidak disusul telur lainnya seperti telur itik dan telur puyuh. Telur itik masih diharga Rp 75 ribu per karton dan telur puyuh masih seharga Rp 23 ribu per karton.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang, Endrizal saat dihubungi Padang Ekspres mengaku sudah tahu kelangkaan garam maupun asam jawa. “Saya baru kembali dari Jakarta. Kami akan segera melakukan pemantauan,” tukasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.