Jakarta (Antarasumsel.com) – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan gerakan tanah atau longsor masih berpotensi terjadi disepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara hingga Papua pada Maret 2017.
“Gerakan tanah masih mungkin terjadi di wilayah Indonesia yang disebabkan curah hujan yang tinggi dengan durasi lama, sifat tanah yang gembur dan menambah beban bila terkena hujan dan drainase yang kurang baik,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syarial melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Ego menjelaskan gerakan tanah longsor terakhir terjadi di Cianjur, Jawa Barat dan Kulonprogo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu yang dipicu oleh curah hujan yang tinggi di daerah yang gembur.
Menurut dia, longsor itu berawal hujan deras pada Rabu (1/3) yang menyebabkan tebing setinggi 30 meter di tepi jalan utama tersebut longsor.
Material longsor berupa tanah, bebatuan, dan pohon berukuran besar menutup landasan jalan utama.
Ia meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai gerakan tanah berupa longsor tersebut karena termasuk bencana yang paling berbahaya dan memakan korban jiwa paling banyak dibandingkan erupsi dan gempa bumi dengan skala besar.
Badan Geologi mencatat Jawa Barat merupakan wilayah yang rentan terjadi pergerakan tanah karena banyak terdapat lereng-lereng, sifat tanahnya yang sensitif terhadap air dan wilayah tersebut juga berada di pertemuan tiga lempeng yang terus bergerak setiap harinya sehingga sifat tanahnya gembur.
Berdasarkan historis dan penelitian, sejumlah wilayah di Jawa Barat yang tercatat berpotensi memiliki pergerakan tanah yang tinggi, antara lain Kabupaten Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Cianjur, Sumedang, Bogor, dan Sukabumi.
“Untuk menghindari terjadinya tanah longsor ini, pembersihan material longsoran agar tidak dilaksanakan pada saat dan setelah turun hujan karena dikhawatirkan adanya longsor susulan serta tidak melakukan pemotongan lereng yang dapat memicu longsor,” ungkap Ego.
Editor: Ujang
COPYRIGHT © ANTARA 2017