Jakarta (ANTARA News) – Google meluncurkan produk baru yang berdampingan dengan Pixel dan Google Home terbaru, yaitu kamera Google Clips.
Kamera ini terlihat sederhana, kecil, flat, berbentuk persegi, dengan kamera nirkabel yang muat di saku baju Anda untuk kemudian mengambil gambar.
Adapun yang membuat kamera ini berbeda adalah Anda tidak selalu mengambil foto sendiri, sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/ AI) yang ada pada kamera tersebut dapat melakukannya.
Saat Anda sibuk dengan momen keluarga yang berharga dan tidak memperhatikan kamera yang Anda pasang di sudut ruangan, AI yang ada dibelakang Google Clips akan memilih sendiri momen ideal untuk diabadikan dalam foto.
“Bagaimana caranya Anda bisa berada dalam sebuah foto, sementara Anda sendiri menjadi bagian dari momen itu?,” tanya Juston Payne, Manager Product Google, seperti dikutip dari laman Futurism.
Kamera tersebut juga menjadi semakin pintar dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin Moment IQ yang mampu mengenali orang dan hewan peliharaan yang menghabiskan banyak waktu dengan Anda, serta mengetahui kondisi yang bagus untuk mengambil foto.
Meskipun mungkin konsep ini menyeramkan bagi beberapa orang, idenya adalah kamera tersebut dapat menangkap momen yang jujur dan sungguh-sungguh di rumah — saat-saat yang Anda lewatkan atau saat Anda tidak bisa memotret diri Anda.
Robot di mana-mana
Ketika produk seperti Google Home diperkenalkan pertama kali, banyak orang ragu untuk menggunakan mesin ini di dalam rumah mereka. Namun, sepertinya hal itu berubah, dan orang-orang perlahan beralih untuk menerima teknologi yang menggabungkan AI, machine learning dan teknologi canggih lainnya.
Kompatibel dengan ponsel Pixel, iPhone 8 dan 8 Plus, Samsung Galaxy S7 dan S8, kamera Google Clips beroperasi menggunakan WiFi dan dibandrol 249 dolar AS atau sekitar Rp3,4 juta.
Namun, berapa banyak orang yang bersedia menguji fotografi di wilayah AI ini? Dapatkah Google Clips membiarkan keluarga untuk lebih fokus menghabiskan waktu bersama daripada mengambil foto, atau akankah hal ini menjadi sebuah gangguan?
Bagi mereka yang takut dengan AI, kolumnis New York Times Nick Bilton menulis, “Pergolakan (kecerdasan buatan) dapat meningkat dengan cepat menjadi lebih menakutkan dan bahkan dahsyat. Bayangkan bagaimana sebuah robot medis, yang pada awalnya diprogram untuk menyingkirkan kanker, dapat menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk melenyapkan kanker adalah dengan membasmi manusia yang secara genetik rentan terhadap penyakit ini.”
Kini, kamera tersebut berada di dekat manusia yang berpotensi untuk dilenyapkan oleh teknologi seperti disebutkan Bilton. Meski demikian, penting untuk merangkul kemajuan dan mempertanyakan bagaimana teknologi jenis ini akan berinteraksi dengan kehidupan kita.
Kamera ini bisa saja digunakan polisi untuk mengawasi rumah dari tindak kejahatan. Masalahnya adalah jika kamera tersebut menangkap foto yang Anda tidak sukai secara estetis, atau memiliki kemampuan fotografi lebih rendah dibanding Anda sendiri.
Ada banyak kemungkinan, dan untungnya Google membuat kamera tersebut beroperasi tanpa terhubung ke internet yang dapat mengurangi masalah keamanan.
Hanya waktu yang dapat menjawab hal itu, dan semoga, kamera tersebut akan melayani seperti bagaimana tujuan utamanya dan membiarkan keluarga menikmati kebersamaan sembari mendokumentasikan momen-momen berharga, demikian Futurism.
Mgg/ Egy Mahstya
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017