in

Harga Gabah Bulog Tak Kompetitif

Serapan gabah oleh Bulog akan tetap rendah karena harga pembelian dari perusahaan umum tersebut lebih rendah dari pihak lain. Karena itu, petani memilih menjual hasil panen mereka ke pihak lain.

JAKARTA – Penurunan serapan gabah sepanjang tahun lalu mejadi catatan penting bagi Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Urusan Logistik (Bulog). Terlebih lagi, Kementan telah mengklaim produksi surplus. Semestinya, catatan positif itu sejalan dengan capaian serapan gabah, minimal mendekati target pengadaan tahunan Kementan sebesar 3,7 juta ton.

Anggota Pojka Dewan Ketahanan Pangan, Gunawan, meminta pemerintah segera merevisi Instruksi Presiden No 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/ Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. “Harga pembelian gabah dan beras harus dinaikkan, jika tidak maka serapan Bulog akan tetap rendah karena harga yang pembelian Bulog lebih rendah dari pihak lain,” tegasnya, di Jakarta, Minggu (7/1).

Menurut Gunawan, alasan petani menjual gabah tentu sangat terkait erat dengan terus membengkaknya kebutuhan harian. Karena itu, penjualan gabah harus benar-benar ekonomis. “Harus ada keuntungan bagi petani, tidak boleh pendapatan dari menjual gabah lebih rendah dari biaya pokok produksi (BPP),” ujarnya.

Terkait surplus beras, menurut Gunawan, hal itu sangat terkait erat dengan luasan lahan pertanian pangan. Realisasi penambahan sawah baru harus lebih besar dibandingkan masifnya konversi lahan pertanian menjadi industri. Lalu, serapan gabah juga sangat bergantung pada cadangan pangan masyarakat berupa gabah serta kapasitas Bulog.

Lebih lanjut, kapasitas Bulog akan dipengaruhi oleh harga pembelian pemerintah. Jika terlalu rendah atau tidak sesuai dengan biaya produksi maka tentu saja Bulog akan susah bersaing dengan perusahaan beras lainnya, apalagi bila swasat bersangkutan memiliki penggilingan beras berskala besar. Harga pembelian pada 2017 masih mengacu pada harga yang diatur dalam Inpres 5/ 2017.

Harga gabah kering panen (GKP) di penggilingan sebesar 3.750 rupiah per kilogram (kg). Untuk gabah kering giling (GKG) 4.600 rupiah per kg dan harga pembelian beras dalam negeri ditetapkan sebesar 7.300 rupiah per kg. Seperti diketahui, pada 2017, serapan beras dari petani rendah yakni hanya 2,2 juta ton. Hal itu tidak sesuai dengan target tahunan sebesar 3,7 juta ton. Realisasi 2017 lebih rendah dari serapan 2016 yang mencapai 2,9 juta ton.

Serap Panen

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR, Rahmad Handoyo, mengatakan peran Bulog dalam menstabilkan harga bahan pangan yang beredar di pasaran harus dapat dioptimalkan, termasuk pula dalam menjalankan fungsinya guna menyerap hasil panen produksi sektor pertanian di Tanah Air.

“Tugas Bulog menstabilkan harga bahan pangan sekaligus menyerap hasil panen petani,” kata Rahmad, akhir pekan lalu. Menurut dia, saat ini ada banyak faktor yang bisa berdampak kepada kenaikan harga bahan pangan seperti beras, misalnya kondisi hasil panen yang tidak bagus. Politisi PDIP itu juga menyorot faktor adanya permainan di pasaran oleh pihak swasta yang juga bisa memengaruhi harga bahan pangan tersebut.

Untuk itu, dia menginginkan ketika hasil panen berlebih agar Bulog bisa menyerap hal tersebut dengan maksimal. Namun, lanjutnya, karena harga pembelan yang ditawarkan pihak swasta kepada petani biasanya lebih tinggi, maka biasanya petani lebih memilih untuk menjual hasil panennya ke swasta.

Karena itu, Rahmad menegaskan agar pemerintah dapat mengkaji ulang kebijakan terkait Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sehingga dapat menjadi solusi yang memuaskan seluruh pihak. 

ers/Ant/E-10

What do you think?

Written by Julliana Elora

Impor beras belum dibutuhkan Indonesia

Yanto Basna Meneruskan Karir di Thailand