Bung Hatta tumbuh dan berkembang dalam keseharian Minangkabau. Keluarga Bung Hatta merupakan keluarga yang taat dengan agama, adat dan istiadat Minangkabau melekat dalam sosok Bung Hatta.
Dari sejak kecil Bung Hatta merupakan sosok yang memilikii pola hidup hemat. Bung Hatta pun pernah bercerita kepada siswa INS Kayutanam, untuk mengajarkan pola hidup hemat, Bung Hatta mengambil contoh sabun mandi.
“Sisa-sisa sabun mandi sebesar kuku jangan dibuang, tetapi digabungkan dengan sabun yang baru hingga tidak ada yang tersisa sia-sia,” ujar Gubernur Sumbar, Mahyeldi, yang mengutip pesan Bung Hatta, saat menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Bung Hatta yang mengusung tema “Bedah Pemikiran Bung Hatta Tentang Perkoperasian” Minggu (27/11).
Tidak hanya Gubernur, seminar nasional tersebut juga menghadirkan pemateri yang informatif tentang sosok Bung Hatta, antara lain Ahmad Zabadi, Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM, Prof. Meuthia Hatta, anak pertama Bung Hatta, Revrisond Baswir, pakar ekonomi Universitas Bung Hatta, Prof. Yuliandri, Rektor Unand.
Serta hadir Refrisond Baswir tokoh nasional sebagai narasumber yang juga termasuk Pokja RUU Perkoperasian. Sebagai Keynote Speaker Gubernur Mahyeldi menjelaskan nilai-nilai kehidupan Bung Hatta antara lain pola hidup sehat, religius, jujur, sederhana, disiplin, cinta tanah air, mandiri, demokratis, cinta buku dan gemar membaca, koperasi.
Bagi gubernur, pemikiran Bung Hatta yang menjadikan koperasi tidak hanya sebagai lembaga ekonomi, namun juga sebagai pendidikan yang salah satunya pendidikan antikorupsi bagi anggota koperasi.
“Kekuatan koperasi terletak pada kekompakkan para anggotanya, yaitu saling tolong menolong dan tanggung jawab bersama. Bukan mengadakan permusuhan yang menjadi sifat utama, melainkan memperkuat solidaritas antar anggotanya,” ungkap gubernur.
Sementara itu, Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi, mengutip salah satu pesan Bung Hatta, bahwa Bung Hatta pernah mengatakan Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta tetapi Indonesia akan bercahaya oleh lilin-lilin di desa.
“Koperasi diibaratkan sebagai sosok guru perekonomian Indonesia, hal tersebut berarti anggota koperasi sepakat berhimpun dan mengembangkan usaha bersama dimulai dari desa, daerah-daerah yang jauh dari pusat ekonomi,” ujarnya.
“Lalu, himpunan tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan yang mampu bukan sekadar menghimpun sumber daya ekonomi, tetapi juga meningkatkan kemampuan daya saing untuk menyelenggarakan kegiatan di seluruh lapangan usaha yang tersebar di seluruh Tanah Air, yang mampu meningkatkan kesejahteraan bersama,” lanjutnya. (cr7)