Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan menyelenggarakan Dialog Nasional “Model Kelola Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan”, di Hotel The Alana, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa (29/11/2022).
Dialog ini bagian agenda acara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan tema “Aktualisasi Kerja Lingkungan Dalam Spirit Religi”. Tujuannya membuka wawasan sekaligus penyadartahuan seluruh lapisan masyarakat tentang konsep, kebijakan dan penerapan model kelola kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.
Dialog menghadirkan Ketua PBNU Prof.Dr. KH. Moh. Mukri, M.Ag sebagai narasumber dengan materi berjudul ”Kelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Perspektif Islam”. Kemudian, Wali Kota Madiun H. Maidi dengan materi berjudul ”Kebijakan dan Peran Pemerintah Daerah dalam Implementasi Tata Kelola Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan”. Dan, Ketua KTH Sedyo Rukun Sudarmi yang berbagi pengalaman tentang ”Implementasi dan Praktik-praktik Kelola Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Perhutanan Sosial pada KTH Sedyo Rukun”.
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Bambang Supriyanto saat membuka dialog menyampaikan bahwa dialog ini salah satu upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerjemahkan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan dan hutannya secara arif dan bijaksana, melalui pendekatan nilai religi dan berakhlak, serta penguatan modal sosial.
“Perhutanan sosial memastikan sarana pengentasan kemiskinan masyarakat, khususnya di sekitar hutan dapat dilakukan dengan model yang menciptakan keharmonisan antara peningkatan kesejahteraan dengan setaraan dan pelestarian lingkungan,” katanya.
Ketua PBNU Moh. Mukri mengatakan bahwa terdapat tiga ukhuwah atau hubungan dalam Islam, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan ini perlu bersinergi dan saling mendukung untuk mencapai kesempurnaan iman.
“Kepedulian kepada lingkungan dengan tidak merusaknya bisa menjadi pembeda amalan antara orang beriman dan yang ingkar. Orang beriman menjadikan penciptaan bumi dan isinya sebagai sarana meningkatkan keimanan karena banyak ibrah (contoh) dan hikmahnya,” ungkapnya.
Sementara Wali Kota Madiun Maidi menyebutkan, pemerintahan yang baik dimulai dari pelayanan masyarakat yang baik. Kota Madiun sudah siap menjadi Smart City, melalui enam indikator utama, yaitu: Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living, Smart Society dan Smart Environment.
“Indikator Smart Environment diarahkan dalam mewujudkan tata kelola lingkungan yang baik, bertanggung-jawab, dan berkelanjutan, salah satunya melalui program Kampung Iklim Literasi, yang menjadi kerja bersama antara pemerintah dan masyarakat,” tuturnya.
Sedangkan Sudarmi menyampaikan bahwa Kelompok Tani Sedyo Rukun senantiasa berinovasi mengembangkan potensi yang ada dalam pengelolaan lahan dan sumber daya hutan.
“Sehingga melalui perhutanan sosial dapat mewujudkan kelestarian hutan sebagai sistem penyangga kehidupan, dan memperkuat ekonomi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Di akhir dialog, para narasumber sepakat bahwa kata kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan adalah pengarasutamaan peran local champions sebagai katalis yang memperkuat modal sosial masyarakat.
Kehadiran local champion yang dipercaya oleh masyarakat juga berperan penting untuk membentuk dan membangun kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungannya.(rel)