Jakarta ( Berita ) : Anggota DPR RI Fraksi PKS, Mardani Ali Sera, mengingatkan agar bangsa Indonesia jangan sampai melupakan sejarah kelam dari peristiwa tragis yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. “Konspirasi berdarah dan niat kudeta 30 September 1965 tidak boleh kita lupakan begitu saja,” kata Mardani Ali Sera dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat [22/9].
Dia mengingatkan sejarah 1965 harus menjadi pelajaran mahal untuk bangsa Indonesia ke depannya tidak diam terhadap ideologi seperti ini. Lebih jauh Mardani mengatakan, ideologi Pancasila sudah paling tepat untuk bangsa Indonesia. Untuk itu, lanjutnya, dinilai wajar bila ada warga yang resah terhadap isu PKI baru-baru ini.
Mardani juga menyatakan setuju agar film G30S/PKI ditayangkan kembali guna meningkatkan kewaspadaan akan bahaya laten ideologi Komunisme. Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut kegiatan nonton bareng film G30S/PKI yang di selenggarakan PKS di berbagai daerah.
Sebagaimana diwartakan, percakapan tentang isu Partai Komunis Indonesia (PKI) ramai diperbincangkan “netizen” di media sosial, bahkan kembali meningkat tajam sepanjang September 2017 dan menjadi percakapan tertinggi sejak 2016.
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang, di Jakarta, Jumat, mengungkapkan hingga Kamis (21/9) pukul 20.40 WIB terdapat sebanyak 437.221 “tweets” (cuitan) tentang PKI di media sosial Twitter.
Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan “software AI” (Artificial Intelligence) mencatat, intensitas percakapan tentang PKI meningkat tajam lantaran dipicu oleh ajakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk kembali menonton bersama Film G30S/PKI.
“Intensitas tersebut meningkat tajam dalam seminggu terakhir, khususnya 18 september 2017, yang dalam sehari mampu menggerakkan 101.459 percakapan di Twitter,” ungkap Rustika dalam hasil risetnya bertajuk “PKI dalam Respons Netizen”.
Wacana film G30S/PKI menempati porsi sebesar 31 persen dari seluruh pembicaraan netizen, yang ditanggapi dengan pro dan kontra. Apalagi, Presiden Jokowi turut memberikan pernyataan dan mengharapkan agar dibuat versi terbaru, sehingga bisa diterima generasi milenial tanpa menghilangkan konteks dari maksud film itu sendiri.
Secara demografi, tutur Rustika, 37 persen netizen yang merespons isu PKI berasal dari usia 26-35 tahun. Sisanya, usia 19-25 tahun sebanyak 28,2 persen, netizen berusia di atas 35 tahun sebanyak 25,3 persen. Sementara itu, netizen yang berusia di bawah 18 tahun atau belum pernah merasakan tayangan wajib setiap tahun di televisi, turut berpendapat sebanyak 9,5 persen. (ant )